Share

Dinding Rumah Pak Lurah

"Ham, ngomong-ngomong, dapat dari mana baju partai? Ini masih 2022 belum musim kampanye, kok, sudah pakai baju seperti itu?" tanya Pak Lurah keheranan.

"Eh, kaos ini? Sebagian besar baju saya dibawa istri ke sana. Makanya tadi main sambar kaos saja buat ganti dan kebetulan dapat ini, ya, saya pakai tanpa pikir panjang, Pak." Aku berkata sekenanya.

Mustahil bukan kalau kuceritakan bahwa kaos ini hasil ngemis.

Rasanya kurang sopan membiarkan Pak Lurah tanpa suguhan apa pun. Jadi demi sopan santun, aku ke dapur sekedar menyiapkan minum air putih. Yang betul putih atau jernih, sih?

"Pak, diminum. Di rumah cuma ada ini. Maklum jomlo, jadi tidak punya stok makanan."

Mendengar kata jomlo, Pak Lurah tertawa terbahak-bahak. Ia pasti juga merasa tersindir. Wong kami berdua sama.

"Kamu betul. Kita jadi jomlo sementara. Makan, makan sendiri. Tidur, tidur sendiri, ha ... ha ... ha."

Aku senyam-senyum, dengar perkataan Pak Lurah, sudah mirip lirik lagu. Emang sengenes itukah jadi jomlo? Kok, menur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status