LOGINNisa dan Keira membantu adik iparnya untuk pergi menghampiri suaminya yang sudah menunggunya setelah acara ijab kabul selesai. Di karpet putih bertaburan bunga marah putih Rara berjalan didampingi kedua kakak iparnya, dia terpaksa harus tersenyum hanya karena suruhan kedua kakak iparnya yang memaksanya untuk tersenyum pada para tamu yang sudah menunggunya dan menyambutnya dengan senyuman kebahagiaan.
Di depan sana suaminya Davin sudah menunggunya dengan senyuman lebarnya, dia terlihat sangat senang sekali. Dia terlihat lega karena acara sakral tadi sudah dilewati, sebelumnya dia hampir pingsan karena saking gugupnya. Rara muak sekali melihat suaminya itu, sebisa mungkin dia terus menerus mencoba untuk tersenyum meski dalam hatinya dia merasa sangat dongkol sekali. Saat keduanya saling berhadapan satu sama lain, Rara mencoba untuk bersikap jutek pada suaminya itu. Tapi suaminya justru tersenyum terus sedari tadi. Ah, cukup menyebalkan menurutnya. Davin benar benar dibuat tercengang kala melihat istrinya. Dengan kebaya dan kesederhanaan yang dia miliki Rara terlihat sangat menawan, aura kecantikannya keluar sehingga membuatnya tak berhenti memuji istrinya itu. Ternyata ibunya tidak salah memilih istri untuknya, ibunya benar benar pintar sekali mencarikan istri yang sangat cantik untuknya. Meski Davin sadar kalau sedari tadi Rara terlihat tidak suka. "Cium tangan suamimu," titah Dito pada putrinya itu. Rara sempat terkejut mendengarnya. Haruskah dia melakukan itu, dia enggan sekali. Namun dia tidak boleh menolak, karena dia takut ayah dan ibunya marah. Terpaksa dia harus melakukannya. Dengan senang hati Davin memberikan tangannya pada istrinya itu dengan senyuman lebarnya. Namun senyumannya langsung menghilang kala dia merasakan kalau tangannya di gigit oleh istrinya itu, sehingga spontan dia berseru pelan karena gigitannya begitu sakit. "Rara." Rani sangat panik, dia lansung menarik tubuh anaknya untuk menjauh, dia syok sekali karena anaknya malah menggigit tangan suaminya. Rara merasa sangat puas, dia yang tadinya hanya tersenyum terpaksa kini dengan lebar dia memberikan senyuman kebahagiaannya. Rani dan Dito kompak menghembuskan nafasnya dengan kasar, mereka tak habis pikir dengan tingkah anak mereka yang tiba tiba menggigit suaminya sendiri. "Hahaha gak apa-apa kok tante, gak sakit, saya cuma kaget tadi," ujar Davin sembari terkekeh pelan. Perlahan dia menarik istrinya itu dan merangkulnya dan meremas pelan pundak sang istri. "Gak sakit kok istriku, kamu gak perlu cemas." Apa apaan ini! Rara tidak suka dengan tindakannya, sebisa mungkin dia mencoba menyingkirkan tangan suaminya yang merangkul pundaknya. Kedua matanya melotot memberi peringatan pada suaminya untuk segera melepaskan tangannya itu. Namun Davin tidak mau melakukannya, kalau istrinya bisa iseng padanya, maka dia pun akan melakukannya. "Om, lepasin gak!" Om lagi? Ah, lama-lama Rara menyebalkan juga. Mau berapa kali Davin katakan kalau dia bukan Om Om! Dia masih muda. Tapi istrinya itu tidak mau mendengarkannya. "Lepasin gak!" Rara memberikan peringatan pada suaminya itu. "Diem, biar dikira kalau kita romantis! Sekarang lihat ke depan sana dan tersenyum biar gak ada yang curiga kalau kita lagi berantem," bisiknya. Rara ingin memberontak, tapi dia sadar kalau saat ini posisinya tengah ada di keramaian, akhirnya dia pun memutuskan untuk mengikuti apa pun yang dikatakan oleh suaminya itu. Dengan terpaksa dia harus mengikuti drama yang diciptakan oleh suaminya, yaitu tersenyum di depan keluarga dan para tamu yang tengah memperhatikan keduanya. "Awas aja ya, Om! Habis ini gue bales lo!" Davin hanya bisa tersenyum mendengarnya, "Saya tunggu balasan kamu, istri kecil ku." Cih, Rara geli sekali mendengarnya. Apa katanya? Istri kecil? ****** Seharian full Rara dan Davin berada diatas pelaminan menyalimi ratusan tamu yang hadir. Rara dan Davin benar benar heran karena banyak sekali tamu yang datang, padahal yang mereka undang sedikit, tapi kenapa sebanyak itu tamu yang datang. Ah mereka lupa, itu tamu orang tua mereka. Dan malam ini, tepat pada pukul 11 malam, mereka baru saja kembali ke kamar mereka dengan raut wajah keduanya yang terlihat sangat kelelahan. Mereka juga terlihat sangat lemas. Terbukti dari Rara yang langsung membaringkan tubuhnya diatas ranjang miliknya dalam keadaan masih mengenakan gaun resepsinya itu. "Rara, bersihkan dulu diri kamu, nanti setelah itu kamu tidur," titah Davin dengan lembut. Rara tidak menjawab sama sekali, dia sudah sangat lemas sampai tak mampu untuk menjawab. "Ra." "Apa sih?" Rara bersungut kesal. "Bersihkan dulu diri kamu, jangan langsung tidur, gak akan enak kalau langsung tidur," titah Davin dengan sangat lembut. Rara menghembuskan nafasnya dengan kasar, dia pun beranjak dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi dengan gaunnya yang terlihat ribet sekali. Namun dia berjalan tanpa menoleh sama sekali pada suaminya, raut wajahnya terlihat sangat kesal. Sementara Davin hanya bisa menghela nafasnya dengan perlahan, disaat menunggu Rara di kamar mandi, Davin memutuskan untuk istirahat sejenak sembari memainkan ponselnya. Selama seharian ini Davin tidak memegang ponsel karena dia sibuk sekali menyapa tamu. Banyak sekali ucapan selamat yang terkirim pada pesan di ponselnya, entah dari keluarga jauh yang berhalangan hadir, teman temannya yang juga berhalangan hadir atau pun yang hadir, ada pula dari rekan kerjanya di rumah sakit yang juga mengucapkan turut bahagianya karena pernikahan yang sudah berlangsung hari ini. Davin tidak bisa membalas pesan mereka satu satunya, karena dia tidak bisa melakukan itu. Pesannya terlalu banyak sampai tak bisa dia balas satu satu. Namun dia senang karena semua orang terdekatnya turut bahagia akan pernikahan yang dia jalani hari ini. Tak lama Rara terlihat baru saja keluar dari piyama tidurnya, rambutnya terlihat basah. Cukup lama Rara di kamar mandi sampai membuat Davin tertidur tak sengaja di sofa. Mungkin Rara kesulitan membersihkan dirinya karena posisi make upnya yang tebal dan rambutnya yang terlihat rusak. Melihat Rara telah keluar dari kamar mandi, segera Davin beranjak dengan raut wajahnya yang terlihat mengantuk. Sebagai orang yang sangat menjaga kebersihan, Davin tidak bisa tidur diatas ranjang yang bersih dalam kondisi tubuhnya yang penuh keringat. Mau selarut apa pun malam ini, dia akan mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya. Rara menatap sinis pada suaminya yang terlihat melewati jalannya. Tatapan itu tentu saja disadari oleh Davin. "Kenapa natap saya kek gitu? Ah mau nagih malam pertama kah? Nanti dulu ya, saya--" "Apaan sih, enggak! Ogah juga," seru Rara yang langsung memotong perkataan suaminya itu. Sontak Davin langsung tertawa geli mendengarnya, "Kirain kan." "Dih." Rara langsung mendelik kesal, "Sana pergi ke kamar mandi, Om baru keringat!" "Sayang banget tadi kita gak mandi bareng, soalnya kamu mandinya lama, mungkin tadi kalau bareng gak akan nyita waktu." "OM! JANGAN MACAM-MACAM YA!"Pagi telah menyapa, di pukul 9 pagi Rara baru saja bangun, dia terbangun juga karena cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Biasanya dia bisa bangun lebih dari jam 9 ini, tapi karena cahaya matahari menyorot sangat tajam membuatnya merasa sangat terganggu."Ah siapa sih yang buka gordennya!" Gerugutnya sangat kesal. Sepertinya ada yang membuka gorden jendela kamarnya. Tapi siapa? Ibunya tidak akan berani melakukan itu, dan setiap malam juga pintunya selalu di kunci supaya tidak ada yang mengganggunya yang ada di kamar.Terpaksa Rara harus bangun, dia tidak punya pilihan lain. Saat dia menyibakkan selimutnya, betapa terkejutnya dia saat melihat sosok pria dewasa dengan pakaian santainya namun terkesan sangat rapi dan wangi itu berdiri tepat di depan matanya menatapnya dengan sangat lekat."AAAAA." Rara tentu saja sangat kaget, dia bahkan hampir terjatuh ke bawah sana kalau saja pria dewasa itu tidak langsung menarik tangannya dan menghalangi nya supaya tidak jatuh ke bawah sana.
"Gue gak mau tidur bareng sama Om, jadi om tidur aja di sofa, atau Om tidur aja di lantai sana! Atau mau dimana pun juga terserah, yang pasti gue gak mau tidur bareng!"Davin sangat terkejut, baru saja keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar dan merasa lebih baik. Namun tiba-tiba saja dikagetkan dengan bantal serta selimut yang berserakan di bawah lantai sana. Davin hanya bisa melongo kala melihatnya.Apalagi saat dia mendengar suara istrinya yang berseru sembari menatapnya tajam diatas tempat tidur empuk itu."Apa maksud kamu?" Tanya Davin yang sama sekali tidak mengerti dengan tingkah laku istrinya itu."Kurang jelaskah? Gue bilang tadi kalau gue gak mau tidur bareng sama lo! Inget ya Om, gue gak cinta sama lo, gue gak punya perasaan sama sekali! Dan jangan harap kalau kita akan tidur bareng. Malam ini gue tidur diatas ranjang, sedangkan om tidur aja di bawah atau di sofa. Terserah mau dimana pun yang penting gak tidur di ranjang yang sama!" Ujarnya dengan penuh penekanan.Davi
Nisa dan Keira membantu adik iparnya untuk pergi menghampiri suaminya yang sudah menunggunya setelah acara ijab kabul selesai. Di karpet putih bertaburan bunga marah putih Rara berjalan didampingi kedua kakak iparnya, dia terpaksa harus tersenyum hanya karena suruhan kedua kakak iparnya yang memaksanya untuk tersenyum pada para tamu yang sudah menunggunya dan menyambutnya dengan senyuman kebahagiaan.Di depan sana suaminya Davin sudah menunggunya dengan senyuman lebarnya, dia terlihat sangat senang sekali. Dia terlihat lega karena acara sakral tadi sudah dilewati, sebelumnya dia hampir pingsan karena saking gugupnya.Rara muak sekali melihat suaminya itu, sebisa mungkin dia terus menerus mencoba untuk tersenyum meski dalam hatinya dia merasa sangat dongkol sekali.Saat keduanya saling berhadapan satu sama lain, Rara mencoba untuk bersikap jutek pada suaminya itu. Tapi suaminya justru tersenyum terus sedari tadi. Ah, cukup menyebalkan menurutnya.Davin benar benar dibuat tercengang kal
Davin merasa sangat gugup, selama di perjalanan dia tak berhenti mengatur nafasnya yang terasa sangat berat sekali. Tak pernah terbayangkan kalau hari H pernikahan akan sangat gugup seperti ini. Jantungnya sampai berdebar-debar sampai membuatnya merasa lemas karena saking gugupnya."Jangan gugup, Davin. Semuanya akan baik-baik saja," ujar sang ayah yang bernama Tama. Ayahnya duduk di kursi depan bersama supir yang membawa mereka untuk pergi ke rumah pengantin perempuan.Ibunya Sora tampak terkekeh geli saat melihat raut wajah putranya yang terlihat masam akibat mendengar perkataan ayahnya, perlahan dia genggam tangan anaknya yang terasa dingin, lalu dia usap dengan lembut, "Semuanya akan baik-baik saja."Davin merasa tenang kala mendengar perkataan ibunya, dengan perlahan dia menganggukan kepalanya sembari tersenyum hangat."Apa nanti setelah menikah abang gak akan tinggal di rumah kita lagi?" Celetuk adiknya Rayhan yang baru saja berumur 17 tahun."Iya tentu saja, setelah menikah aba
Pintu rumah dibuka dengan kasar, kedua anak laki-laki berjalan memasuki rumah besar milik mereka sembari menarik kasar anak perempuan di rumah itu yang hampir saja berhasil melarikan diri dari rumah kalau saja kedua kakak laki-lakinya itu tidak langsung mengetahuinya.Dito dan Rani sebagai orang tua kandung dari anak perempuan itu menunggu kedatangan kedua anaknya yang berhasil membawa pulang anak perempuan mereka yang sangat bandel. Mereka kompak menghembuskan nafasnya dengan kasar kala melihat anak perempuan mereka menunduk dengan tubuh yang bergetar karena menangis.Akibat pergaulan, sang anak perempuan menjadi sangat tidak terkendalikan! Pergaulan bebas yang selalu ditakutkan oleh kedua orang tua tersebut telah memasuki kehidupan putrinya.Selaku orang tua, mereka mengaku kecolongan. Mereka benar-benar tidak menduga kalau anak perempuan mereka bisa melakukan itu. Apalagi diam-diam ternyata dia mengenal dunia bebas tanpa sepengetahuan mereka.Ini dikarenakan setelah sang anak menge
1 minggu sebelum menuju pernikahan, Rara semakin dibuat ketar ketir. Hanya tinggal menghitung jari, pernikahannya akan segera dilangsungkan. Rara semakin kalang kabut. dia tetap saja menolak pernikahan itu, sebelum pernikahan itu terjadi, Rara selalu berusaha keras untuk mencari cara supaya dia bisa lepas dari perjodohan ini! Berbagai cara sudah dia lakukan. Namun tetap saja, semua cara yang dia lakukan tidak membuahkan hasil. Keluarganya tetap bersikeras untuk menjodohkannya. Dan sekarang hanya tinggal satu cara supaya Rara benar-benar terlepas dari perjodohan ini. Yaitu, kabur! Ya, kabur! Malam ini Rara sudah membuat rencana untuk kabur dari rumahnya, entah akan pergi kemana namun yang pasti malam ini dia harus kabur bersama teman temannya yang akan membantunya. Kalau bukan karena teman-temannya, Rara tidak akan bisa kabur dari rumahnya. Pukul dini hari Rara sudah bersiap di kamarnya, disaat semua anggota keluarganya sudah terlelap dan damai dalam tidurnya, Rara akan menja

![Memantai [Tamat]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)





