Part 38
"Astaga! Bocah ituuuu! Kerasukan setan mana dia?! Bisa-bisanya pulang gak nemuin ibu tapi malah pergi lagi! Ck!"Belum sempat Reno mengejarnya, Ristha sudah lebih dulu pergi dengan sebuah mobil mewah yang berjalan menjauh dari rumahnya."Malam-malam begini mau kemana sih dia pergi? Sama siapa? Kenapa dia diantar pakai mobil?"Reno menggeleng pelan. Seberapapun besar memikirkannya, tapi otaknya belum nyampe."Apa Ristha sudah dapat pekerjaan? Pekerjaan apa? Kenapa sekarang adikku berubah begini?" gumamnya sendiri."Ren ... Reno ...." Panggilan sang ibunda membuyarkannya. Lelaki itu bergegas ke kamar sang ibunda usai menutup pintu depan."Ya, Bu?""Siapa tadi yang datang, Ren?""Tadi Ristha pulang, Bu."Wajah wanita paruh baya itu tampak berbinar dan bersemangat usai mendengar ucapan anak lelakinya. Bu Witi berusaha duduk sambil tersenyum."Mana dia, Nak?"Reno langsuPart 39Devi tersenyum. "Aku senang kalau kamu menyukainya. Setelah Rita menikah nanti, kita akan pindah ke sini. Sekalian nyicil beli barang-barang yang kita butuhkan nanti.""Iya, Mas. Emmhh, apa boleh aku meneruskan usahaku yang pernah gagal?"Reyhan tersenyum. "Usahamu tidak gagal, Sayang. Hanya tertunda saja. Tentu saja, lalukan apapun yang kamu suka. Asalkan masih dalam hal positif."Devi mengangguk dan tersenyum lagi. Sungguh, perlakuan sang suami membuatnya merasa teristimewa. Padahal ia pernah berada di kubangan luka yang dalam. Bila mengingat dahulu, ia lantas teringat dengan mendiang putri tercintanya. Seketika hatinya jadi pilu."Mas, pulang dari sini apa boleh mampir dulu?""Mau kemana?""Ke makam Silvi," jawab Devi sambil tertunduk."Ya, tentu saja, Sayang. Kita akan ke makam Silvi.""Terima kasih, Mas.""Jangan terus-terusan berterima kasih padaku. Hei, apakah kau tidak
"Sayang ...?""Ya?""Aku baru saja nerima telpon dari rekanku, ada kepentingan di luar kota, ini mengenai riset yang akan kulakukan untuk pembuatan buku aku. Apa kamu gak apa-apa kalau ditinggal sendiri di sini?" tanya Reyhan.Jadi, selain mengelola toko bukunya, sekarang Reyhan merambah pekerjaan menjadi seorang penulis. "Berapa hari, Mas?""Mungkin sekitar seminggu, Yang.""Kapan berangkatnya, Mas?""Besok, Yang. Jadi, nanti aku gak bisa nemenin kamu lapor ke pak RT, gak apa-apa kan?" tanya Reyhan lagi.Meski perumahan baru, tapi kompleks ini sudah banyak ditempati para warga dan sudah dibentuk RT dan RW setempat."Tadi sih aku udah ketemu Pak RT tapi cuma ngobrol sebentar doang.""Kapan?""Tadi, pas kamu tertidur."Devi mengangguk. "Semoga lancar ya, Mas.""Aamiin ya Allah.""Ya sudah, aku mau masak buat makan malam dulu.""Eh, gak usah, Yan
Part 41Devi masih mendengar obrolan mereka dengan jelas. Lastri yang kemarin begitu ramah padanya kenapa menyebarkan berita hoax begitu?Ia sebenarnya merasa heran dengan para tetangga barunya, kenapa bisa mereka berpikiran seperti itu.Tak mau ambil pusing, Devi bergegas ke rumahnya sendiri. Ia sempat berhenti sejenak melihat ke rumah yang pintunya masih tertutup rapat. Jaraknya tidak jauh dengan rumahnya, berseberangan tapi bukan persis di depan rumah. Ia merasa heran, karena sejak tinggal di sana ia tak melihat penghuni rumahnya. Hanya sesekali melihat pintunya terbuka jikalau malam hari. Devi menggeleng kepalanya pelan. 'Dasar aneh aku! Kenapa harus mikirin orang lain. Ck! Mungkin saja penghuni rumah itu seorang introvert.' Batinnya.Sampai di rumah, ia langsung menuju ke dapur dan membereskan belanjaannya. Sebagian taruh di kulkas, sebagian lagi akan ia siapkan untuk dimasak. Dering ponsel membuyarkannya, Devi b
"Eh ti-tidak," sahut Mbak Lastri menutup mulut dan tersenyum gugup."Eh Mbak Devi, tau gak tadi suamiku pulang tapi langsung berangkat lagi. Terus dia ngasih aku hadiaaaah," ujarnya heboh. "Mau tau gak hadiahnya apa?""Wah hadiahnya apa, Mbak? Kok seneng banget?" tanya Devi sengaja memancingnya."Hadiahnya handphone baru mbak yang mahal dan keluaran terbaru itu lho, yang layarnya gak pecah meski ditutuk-tutuk gini, Mbak. Haha padahal baru kemarin aku minta ganti hape dan langsung dikasih dong. Besok-besok aku mau minta dibeliin motor ah. Biar aku bisa jalan-jalan. Hihi.""Wah, ikut senang mendengarnya, Mbak.""Iya dong. Suamiku ini kerjanya enak lho, Mbak. Gajinya besar. Dipercaya banget sama bosnya. Uw makanya dia tuh so sweet banget sama aku. Minta apa-apa langsung dituruti."Devi tersenyum lagi, padahal ia paling malas menanggapi basa-basi begini. Tapi apa boleh buat, ia hanya orang baru di sini. "Hahah iya, tapi say
Devi dan Reyhan saling berpandangan, lalu tersenyum. Saat hendak menutup pintu, rupanya Lastri masih berdiri di depan. "Ada apa lagi ya, Mbak Lastri?" tanya Devi.Lastri menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Anu, maaf Mbak Devi, saya sudah salah paham," ucapnya sambil nyengir."Iya, tidak apa-apa, Mbak.""Kalau begitu saya permisi ya, Mas, Mbak. Besok mampirlah ke rumah, aku buatkan teh manis dan cemilan spesial," ujarnya lagi seraya mengedipkan mata, kelilipan mungkin.Setelah mengatakan hal itu kemudian Lastri kembali pulang. "Ada-ada saja ya, Dek, tetangga kita.""Hmmm ... itu yang paling ajaib Mas, namanya Mbak Lastri. Orangnya gimana ya, suka nggosip, emmh pokoknya begitulah bikin gggrrhhh ...""Sssttt .... sudah jangan dibicarakan lagi, sudah cukup. Kita fokus sama hubungan kita saja ya. Kamu kangen gak sama aku?""Ya kangen lah, Mas."Terdengar suara adzan berkumandang."Kita
Reyhan dan Devi saling berpandangan sejenak."Maksudnya?""Masa kamu gak tau! Aku hamil, Mas!""Ha-hamil?""Iya! Mana Mbak Devi? Biar aku bicara sama Mbak Devi."Reyhan segera menyerahkan ponsel itu pada istrinya. Ia cukup shock dengan kabar yang dibawa oleh adiknya itu. Lalu bagaimana jika Rita tahu kalau suaminya selingkuh, sedangkan dia sedang hamil? Apakah dia akan baik-baik saja?"Hallo, Mbak.""Iya, Rita, aku di sini.""Alhamdulillah, Mbak, aku senang banget. Aku sedang hamil sekarang, Mbak!""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Rita. Selamat ya, kamu akan jadi seorang ibu," jawab Devi."Iya, Mbak. Terima kasih banyak. Aku gak nyangka bisa secepat ini diberi amanah oleh Allah.""Iya, jaga kandunganmu baik-baik.""Tentu saja, Mbak.""Emmhh Rita, apakah suamimu tahu kalau kamu sedang hamil?""Ya, tentu saja, Mbak. Tadi kami habis check up dari do
Seketika wajahnya shock dan menegang saat tau di hadapannya adalah .... "Ma, Mas Reyhan? Mas Reyhan kenapa bisa ada di sini?""Kenapa? Kaget ya?"Reyhan tersenyum sinis melihat kegugupan di wajah adik iparnya itu. Apalagi saat melihat ada seorang perempuan di balik selimut. Tanpa basa-basi Reyhan langsung memukul lelaki itu.Buuughht!! Suara pukulan Reyhan membuat Ristha menjerit."Dasar laki-laki brengs*k! jadi ini yang kau lakukan di belakang adikku hah?!""Mas, biarkan aku menjelaskannya dulu!""Jelaskan jelaskan apa, brengs*k! Semua yang kulihat sudah jelas!! Kau tega melakukan ini pada adikku!!"Buuughhtt!! Bugghhtt!! Pukulan-pukulan itu ia layangkan kembali di perut Jordan membuat lelaki itu terhuyung.Jordan berusaha bangkit, sedangkan Ristha yang ada di balik selimut segera membalut tubuhnya dengan selimut itu dan memungut bajunya yang tadi sempat dilepas, lalu berlari ke kamar mandi dan mengun
[Maksudnya gimana, Mas][Nanti kau temani dia datang ke lokasiku saat ini][Kamu di mana, Mas?][Akan kukirim alamatnya menyusul. Aku akan telpon Rita dulu][Ya, baiklah.]Benar saja, usai bertukar pesan dengan sang istri. Reyhan langsung menelepon ke nomor adiknya.Dering ponsel membuat Rita terhenyak. Ia tersenyum tipis melihat nama yang tertera di ponsel."Hallo Mas Reyhan, ada apa? Tenang saja, kakak ipar aman di sini!" seru Rita menggodanya membuat Devi tersenyum."Iya, aku tahu," jawab Reyhan singkat."Terus?""Dek, kamu bisa gak datang ke sini? Minta Mbak Devimu buat nemenin.""Kemana, Mas? Emang ada masalah apa?""Datang saja ya, Dek. Aku gak bisa menjelaskannya di telepon.""Ya, baiklah.""Aku akan share lokasinya ya di WA.""Baik, Mas.""Ya udah nanti hati-hati di jalan.''Panggilan itupun terputus. "Mbak, apa mb