Share

Bab 65

Author: Mutiara Sukma
last update Last Updated: 2025-01-29 17:48:45

"Kamu ....?"

Mami Karla menunjuk nunjukku dengan raut tak percaya. Tanganku terangkat begitu saja. Emosi menguasai diri. Ternyata, dia lah yang menerorku, melontarkan kata kata yang selalu merendahkan.

"Anda tidak punya hak untuk menghina saya. Jika anda tidak mau anak anda menikah dengan saya, tunjukkan power anda sebagai seorang ibu yang berkuasa atas anaknya. Jangan seperti anak kecil, main teror dan pakai drama murahan!"

Mata mami Karla melotot lotot menahan amarah. Aku membalas tatapan itu, kemudian berlalu meninggalkan tempat yang sedari awal sudah memberikan kesan tak mengenakkan.

Abrar mulai risih dalam gendongan. Aku segera memasukkan ke mobil dan menaruhnya di baby car seat. Dengan cepat aku pun pergi, melajukan mobil tanpa menengok lagi. Sudahlah, aku tak akan pernah menginjakkan kaki lagi di rumah itu. Dan tak akan tergoda bujuk rayu, iming iming pernikahan yang indah. Tak akan. Harapan itu tak akan tercipta selama orang tua dari salah satu pihak memiliki ego yang tinggi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 66

    "Sampai kapan aku akan merepotkan Mas, Mbak Rahma dan Ibu? Setiap hari Mas harus mengawasi aku dan anak-anak. Sementara mas sendiri kan punya keluarga.""Emang tugas Mas menjaga adik perempuan Mas kok. Ngapain kamu yang pusing. Mbak Rahma mu juga ga keberatan. Dia malah seneng tinggal disini, rame sama anak-anak." Dia tersenyum."Makasih ya, Mas.""Makasih untuk apa? Mas lho yang makasih kamu udah bantuin perekonomian Mas. Mas jadi punya usaha dan sedikit sedikit bisa menabung untuk keperluan nanti. Doakan Mas, biar Mbak mu segera hamil. Mas juga pengen ngendong bayi.""Iya, Mas. InsyaAllah aku do'akan Mas dan Mbak Allah kasih keturunan yang banyak, sehat, sempurna dan menjadi anak-anak yang Sholeh Sholehah.Mas Fatan tersenyum lalu meng-Aaminkan. Kemudian pamit mau menjemput Alif yang pergi mengaji. Walau, kadang was was jika Mas Arsen akan kembali menganggu. Menyesal juga aku tidak melaporkan laki-laki itu ke polisi.Malamnya, kami sedang asik mengobrol diruang tamu. Sembari menemani

    Last Updated : 2025-01-31
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 67

    "Kamu terlalu sabar. Adakan konferensi pers dong. Ini tentang nama baik." Remon mulai memanas-manasi."Iya, Dek. Kalau kamu ga bicara, bagaimana orang bisa tahu kejadian sebenarnya." Mas Fatan juga gregetan. "Tapi, aku tak punya bukti, Mas. Kehadiranku memberikan penjelasan pasti hanya dianggap membela diri. Dan menimbulkan hujatan baru.""Iya juga, sih. Licik juga ya, ibunya si dokter itu. Dia membawamu ke kandangnya dan sepertinya memang sudah direncanakan."Remon manggut-manggut. "Jadi apa rencanamu, Ri?" Tanyanya kemudian."Aku tak punya rencana apa apa. Biarkan kedzaliman menemukan muaranya. Pembalasan dari Allah pasti lebih menyakitkan dibandingkan aku harus menghabiskan energi untuk melakukan hal buruk seperti yang mereka lakukan padaku. Aku yakin Allah tidak tinggal diam melihat aku disakiti.""Tapi, Tari ..."Aku bangkit. Jujur, aku kecewa, sakit hati. Tapi, ibu selalu mengajarkan untuk tidak mengotori tangan kita sendiri karena dosa orang lain."Aku hari ini mau bertemu Pa

    Last Updated : 2025-02-01
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 68

    "Oleh oleh sedikit, Bu.""Makasih banyak, ya Nak." Mata ibu berkaca-kaca melihat isi hadiah yang diberikan Pak Nadhif. Sebuah Al Qur'an lansia jumbo yang begitu indah. Dan sehelai kerudung besar juga satu setel mukena yang sangat mirip dengan punya Ibu. Mukena pemberian ayah sewaktu ibu muda dulu. Yang sampai sekarang masih disimpan ibu. Tapi, bagaimana Pak Nadhif tahu tentang mukena itu? Mukena yang selalu ibu cium ketika ibu merindukan ayah. Ibu menangis sambil memeluk hadiah itu."Terimakasih, Nak. Terimakasih ..." Air mataku juga tak sengaja turun. Kami memang sangat merindukan ayah. Sosok lelaki yang menjadi cinta pertamaku. "Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya pamit." Pak Nadhif menoleh ke arahku."Bu tari sepertinya mau pergi?""Eh iya, Pak. Saya ada perlu mau ketemu teman." Aku gelagapan. Dengan cepat menghapus ujung mata yang sempat basah karena melihat Ibu."Mau bareng? Tapi saya pakai motor."Aku terdiam. Pakai motor? Aku melirik jam tangan. Sudah jam delapan. Sementara jam

    Last Updated : 2025-02-01
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 69

    Pak Raka menyibak kerumunan wartawan itu dengan tegas."Maaf ... maaf, permisi ...Mbak Tari ada urusan dengan saya. Tolong kasih jalan, ya."Laki-laki berkacamata itu menarik tanganku agar mengikuti langkahnya. "Ijin wawancara sebentar dong, Pak. Biar clear masalahnya." "Maaf ya, hari ini Tari ada pekerjaan. Lain kali, Oke!""Sebentar saja, Pak. Ini masalahnya rame sekali di media sosial. Minta waktu sedikit saja, Pak. Apa benar Mbak Tari ini pelakor yang temperamental."Astaghfirullah ... "Bentar, Pak. Ijinkan saya bicara sebentar dengan mereka. Saya harus meluruskan. Saya bukan pelakor." Aku melepas pegangan tangan Pak Raka. Dengan dada yang masih berdenyut kencang aku memejamkan mata sejenak lalu mulai menyapa wartawan wartawan itu.Semua pertanyaan dari mereka ku jawab dengan lugas. Menceritakan apa yang terjadi kemarin dan perjanjian aneh yang dibuat oleh Bu Karla. Tentang hubungan Elzio dan dokter Viola itu aku sama sekali tak paham bagaimana. Karena dokter itu ada setelah ak

    Last Updated : 2025-02-02
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 70

    "Mau pulang?" Aku yang sedang memijit mijit keyboard ponsel mau memesan taksi online mengangkat kepala. "Lho? Pak Nadhif?"Laki-laki itu tersenyum."Saya juga baru selesai ketemu klien, tadi niatnya mau langsung pulang. Kebetulan ketemu Bu Tari disini.""Hah? Serius Pak? Kok bisa kebetulan.""Yah, mungkin jodoh, Bu." Mataku membola."Hahah becanda, Bu. Hanya kebetulan. Klien saya juga di kantor ini." Ralat nya. Tapi masih menyisakan senyum, yang membuat hatiku tiba tiba berdebar aneh.Aku menghela napas lega. Kami serentak tertawa kecil. Ternyata ayahnya Wildan ini bisa juga mencairkan suasana. ***"Dek, mas bangga sama kamu. Jawaban kamu pada paparazi itu keren banget. Kelas!""Ah, biasa aja, Mas. Aku hanya bicara fakta." Timpalku."Iya, ibu pun seneng denger nya. Semoga setelah ini tak ada lagi berita miring tentang kamu ya, Nduk.""Iya, Bu. Aamiin semoga, Bu."Sore ini kami sedang duduk santai di depan. Ngeteh dan mengawasi anak-anak yang sedang lesehan di teras sambil mewarnai.

    Last Updated : 2025-02-02
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 71

    "janda? yang gatel? Ini saya kasih tau mana yang gantel itu, ya! Niiih ... Ini ... Rasakan nih. Makan tuh janda gatel." Ibu dengan beringas mengacak acak rambut Mami Karla dengan kedua tangannya. Mahkota yang pasti ditata di salon dengan bayaran mahal, seketika berubah seperti rambut emak emak yang habis diseruduk kerbau. Berantakan.Perempuan muda yang mirip dokter Viola yang tempo hari bertemu denganku itu berteriak-teriak. "Heh! beraninya keroyokan! Dasar kampungan. Ga tau malu. Lepas!" Pekiknya. Ibu tak menghiraukan. Tangannya tetap lincah mengeksekusi mami Karla yang terlihat memprihatinkan."Makan nih, janda. Anakmu yang gatal, nyamperin anakku terus, sekarang nuduh anakku yang gatal!" Ibu tak menghiraukan ocehan Dokter Viola, maupun lolongan mami yang memprihatinkan."Ampun, dasar kampungan! Lepas! Violaa ... Bantuin Mami, Vi!" Pekiknya.Mendengar Maminya berteriak memanggil, Viola seperti punya kekuatan untuk melepaskan diri. Pak Rudi jadi kewalahan.Aku ngefreeze, terpak

    Last Updated : 2025-02-04
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 72

    Setelah puas berorasi di depan, laki-laki itu mengirim pesan padaku. Aku membalas dengan mengirim emoticon "AMPUN SUHU!" eh, tak lama gambar profil laki-laki berjas putih mengenakan stetoskop itu berubah menjadi putih. Aku di blokir. Lucu sekali. Aku menaruh kembali ponsel di atas meja. Melanjutkan pekerjaanku di atas komputer. Terkadang hal hal seperti itu juga aku butuhkan agar tidak mengantuk ketika merangkai rangkai kata."Bunda, tadi kenapa sih, Bun? Siapa yang marah-marah sama kita?" Alif yang mulai paham situasi menghampiriku. Mengharap jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan."Ga ada, Sayang. Hanya orang yang tak rela kita berbuat baik, mengungkapkan kebenaran."Alif menunduk dalam."Kenapa, Sayang? Apa ada yang menganggu pikiranmu?"Alif kembali menatapku."Kemarin di sekolah teman teman ribut ngatain Alif anak pelakor, Bunda. Memang pelakor itu apa, Bunda?"Dadaku tiba-tiba bergemuruh. Ini akibatnya jika aku sedikit saja salah bertingkah."Ga sayang, bunda bukan pelakor.

    Last Updated : 2025-02-04
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 73

    "Maaf Pak, saya tak bisa!" Ucapku tegas."Ga bisa? Kamu bisa seperti sekarang ini karena saya, Tari. Kamu bisa setenar sekarang karena saya! Bisa bisanya kamu menolak saya, sementara diluar sana banyak yang mau menjadi istri saya."Telingaku berdenging mendengar ucapan laki-laki tau tahu diri ini. "Dengar ya, Pak Raka yang terhormat. Sebelum saya mengenal anda, tulisan saya sudah booming. Beberapa rumah produksi menawarkan kerjasama. Tapi, saya memilih Anda. Karena saya melihat anda profesional. Namun, jika anda menganggap keberhasilan saya karena anda. Mohon maaf, saya pamit. Beberapa waktu lalu Rans entertainment menawarkan kerjasama dengan saya. Kali ini saya akan terima.""Lho ... Lho Tari ...kok bawa bawa pekerjaan?"Aku tersenyum sinis."Anda yang duluan, kan! Silahkan buat surat pembatalan kerjasama. Kembalikan semua naskah naskah saya yang sudah masuk. Dan kita tak ada hubungan apa apa lagi!""Ga bisa gitu Tari! Gimana dengan cost yang selama ini keluar?""Hah, itu urusan and

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 27

    Naira duduk sambil memangku Gio yang masih polos.“Mama, kenapa semua nangis?”Naira mencium dahi putranya. “Karena Eyang pergi, Nak. Pergi ke tempat yang jauh…”**Di pemakaman, tanah merah basah oleh hujan. Langit seperti ikut berduka. Satu demi satu tangan anak-anak Nadhif menaburkan bunga, sambil menahan tangis. Tak ada yang siap kehilangan, tak ada yang pernah siap ditBaik, kita lanjutkan ke Bab 15 – Kepergian yang Tak Pernah Siap Ditinggal dari Ketika IB Mengeluh Season 3. Bab ini akan fokus pada detik-detik terakhir kehidupan Nadhif, dengan nuansa haru, penyesalan, dan perpisahan yang menyayat. Cerita akan panjang dan mengaduk emosi.---BAB 15 – Kepergian yang Tak Pernah Siap DitinggalLangit mendung sejak pagi. Awan gelap bergelayut rendah seolah tahu bahwa hari itu takkan seperti hari-hari biasanya.Di kamar belakang, suara mesin oksigen mendesing pelan. Nadhif terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat, matanya tampak cekung, dan napasnya makin berat.Tari duduk di sa

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 26

    Langit mendung sejak pagi. Awan gelap bergelayut rendah seolah tahu bahwa hari itu takkan seperti hari-hari biasanya.Di kamar belakang, suara mesin oksigen mendesing pelan. Sejak pulang dari rumah sakit perawatan Nadhif dilakukan dirumah. Laki-laki itu terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat, matanya tampak cekung, dan napasnya makin berat.Tari duduk di sampingnya, menggenggam tangan suaminya yang dingin. Ada luka yang belum kering, tapi ada pula cinta yang terlalu dalam untuk diabaikan. Matanya sembab, tapi ia tak mau menangis lagi. Ia ingin kuat, setidaknya untuk hari ini."Mas...” bisiknya pelan, mengusap ubun-ubun suaminya. “Kamu janji bakal sembuh... Tapi kenapa makin lemah begini?”Nadhif membuka matanya perlahan. Suaranya nyaris tak terdengar. “Aku… capek, Dik…”Tari menahan tangisnya. “Aku tahu… Tapi jangan pergi dulu… kamu harus berjuang untuk aku, untuk anak anak kita."**Alif, Ammar, Abrar, Wildan, dan Aleeya berkumpul di luar kamar. Alisa juga datang pagi itu se

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 25

    “Wildan… maaf… bunda.. salah... Bunda... terlalu keras… padamu juga Naira.”Tangis Naira meledak. Ia memeluk ibunya.Pelukan itu... akhirnya terjadi. Setelah bertahun-tahun saling menghindar, dua hati itu akhirnya bertemu.Namun di balik kehangatan itu, satu bayangan menanti: waktu Nadhif yang makin menipis… dan konflik baru yang mulai mengintai.**Di luar rumah, seseorang berdiri di balik pagar.Seorang wanita muda, mengenakan topi dan masker, menatap rumah itu tajam.Di tangannya, sebuah foto robek—foto lama Nadhif bersama seorang perempuan yang bukan Tari.Perempuan itu mengepalkan tangan. “Kamu pikir bisa hidup tenang setelah semua ini, Pak Nadhif? Kamu pikir aku akan diam?”Dia berbalik, masuk ke dalam mobil hitam yang menunggu tak jauh dari sana. Senyumnya tipis. Penuh dendam.***Keesokan harinya Nadhif diperbolehkan pulang, sembari menunggu proses transplantasi yang akan segera dilakukan.Udara pagi itu terasa ganjil. Rumah yang semalam penuh haru, kini kembali diliputi sunyi.

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 24

    Malam itu terasa panjang.Gio sudah tertidur di kamar belakang bersama Wildan, tapi Naira tak bisa memejamkan mata. Ia duduk di tepi tempat tidur yang dulu ia tinggalkan dalam keadaan penuh luka. Matanya menatap langit-langit kamar yang belum pernah benar-benar berubah.Perabotan masih sama. Bau kayu tua itu pun masih ada. Yang beda hanya perasaan dalam dadanya—semuanya campur aduk. Antara lelah, bingung, dan takut.Tiba-tiba pintu kamar diketuk pelan. Naira menoleh.“Naira…” suara Tari dari balik pintu.Dengan enggan, Naira membuka. Mertuanya itu berdiri di sana, mengenakan mukena lusuh. Wajahnya pucat, seperti kurang tidur.“Ada yang mau bunda bicarakan,” ucapnya, suara datar.Naira hanya mengangguk. Mereka duduk di kursi dekat jendela, diam beberapa saat sebelum akhirnya Tari membuka suara.“bunda tahu kamu nggak senang tinggal di sini. Tapi tolong, jangan buat bunda merasa seperti orang asing di rumah ini…”Naira menghela napas. “Aku nggak berniat bikin bunda merasa seperti itu.”

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 23

    “Apakah ayah mau menerima donor dari anak yang tak berguna seperti aku?" Deg.Nadhif terbelalak. Semua orang terhenyak. ---Mobil sewaan berhenti di depan pagar rumah besar yang dulu pernah menjadi ladang luka bagi Naira dan Wildan. Tak ada yang berubah. Pohon mangga di halaman depan masih berdiri kokoh, tapi Naira merasa seluruh rumah ini sudah menjadi tempat asing baginya.Wildan turun lebih dulu, membuka pintu belakang. Gio terlelap di kursi bayi. Naira memeluk anak itu, lalu memandangi rumah yang pernah ia tinggalkan.Wildan menatap istrinya. “Kamu siap?”Naira menarik napas. “Nggak juga. Tapi kita sudah sampai.”Pintu pagar terbuka. Alisa muncul dengan mata sembab.“Kak… akhirnya datang juga…” ucapnya pelan.Naira hanya mengangguk. Aleeya muncul dari balik pintu, menyusul dengan pelukan singkat yang terasa canggung. Rumah itu hening. Lalu dari dalam terdengar suara langkah tergesa.Tari berdiri di ambang pintu. Wajahnya pucat, mata sembab, dan tubuhnya lebih kurus dari terakhir

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 22

    Suasana rumah sakit pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Di ruang tunggu yang dipenuhi aroma obat dan bunyi sepatu suster yang lalu-lalang, Nayla duduk memeluk tas kecilnya. Alif mondar-mandir di depan ruang dokter spesialis hematologi, dia tak mau Tari, ibunya kelelahan. Aleeya sibuk membuka-buka berkas pemeriksaan. Alisa duduk di pojok, menggenggam tangan papanya yang tampak kelelahan setelah menjalani pemeriksaan lengkap."Ayah perlu istirahat, ya?" tanya Alisa lirih.Nadhif mengangguk. "Ayah cuma… pusing sedikit. Nggak usah panik, ya."Tapi semua tahu itu bukan sekadar pusing. Wajahnya pucat, suara napasnya tersengal, dan sejak kemarin malam ia muntah dua kali tanpa sebab jelas. Bahkan air putih terasa getir di lidahnya.Tak lama, dokter keluar."Keluarga Bapak Nadhif?"Alif berdiri. Tari dan Nayla menyusul. Mereka masuk ke ruang konsultasi.Dokter muda itu membuka map tebal. “Saya akan sampaikan dengan jujur. Bapak Nadhif mengalami gangguan sumsum tulang yang menyebabkan s

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 21

    Nayla menatap ibu mertuanya itu. Lalu tiba-tiba berkata, “Kalau yang bunda butuh bukan kekuatan, tapi bahu buat bersandar… aku di sini,Bun.”Tangis Tari pecah. Dalam diam, rasa yang lama tercekat akhirnya menemukan jalan keluar.**Dan dari jauh… di kota kecil yang mulai mereka sebut rumah baru, Naira menatap langit malam sambil mendekap Gio yang mulai demam ringan lagi.Wildan memeluk dari belakang. “Kapan-kapan… kita pulang ya?”Naira tersenyum lirih. “Kalau Tuhan izinkan. Tapi sekarang, kita rawat luka kita dulu. Sampai semuanya kuat.”Dan di tengah ketidakpastian, mereka mulai belajar satu hal: keluarga bukan hanya soal bersama dalam tawa… tapi juga tetap tinggal di saat dunia hancur perlahan.—Tiga bulan setelah malam itu.Angin sore menyapu dedaunan di halaman rumah kecil di pinggir kota. Bukan kota besar, tapi cukup tenang. Udara bersih, suara motor jarang, dan langit masih menampakkan warna jingga saat senja tiba.Di teras rumah kecil itulah, Gio sedang bermain balok sambil s

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 20

    Dua bulan berlalu sejak Wildan berdiri di depan kontrakan dengan wajah kuyup dan tangan gemetar. Banyak hal telah berubah sejak malam itu.Naira memutuskan untuk memaafkan. Tidak dengan gegabah, tapi perlahan. Ia izinkan Wildan masuk lagi ke dalam hidupnya—bukan karena lelah, tapi karena Gio. Dan mungkin… karena hatinya pun masih menyimpan sisa cinta yang belum benar-benar mati.Wildan bekerja di toko bangunan setiap hari, katanya mau mandiri. Tak ingin berdiri dibalik bayang-bayang Sang Ayah yang seorang produser film. Gajinya tidak besar, tapi cukup untuk membayar kontrakan baru yang sedikit lebih layak, lebih terang, dan punya halaman kecil. Setiap pagi, ia membantu memandikan anaknya, memberi makan, dan membaca buku dongeng meski dengan suara sumbunya yang sering membuat Naira tertawa geli.Dan Tari? Dia membiarkan anaknya pergi. Tidak dengan marah, tidak dengan air mata, tapi dengan restu.Hari itu, mereka berkumpul di depan rumah Tari. Dua koper besar, satu tas gendong, dan Gio

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 19

    Alif menghela napas panjang. “Kita semua ikut keputusan itu, Sayang. Tapi kalau Naira sekarang makin keras kepala, ya mungkin karena selama ini kita terlalu nahan dia hidup sesuai versi kita.”Nayla menunduk. “Tapi Gio… aku cuma takut dia tumbuh tanpa stabilitas.”“Aku bisa urus pendidikan Gio kalau Naira masih belum siap. Tapi bunda juga harus bisa nerima kenyataan—Naira bukan anak kecil lagi.”Nayla menatap anak sulungnya, dan untuk pertama kalinya, dia merasa sangat tua. Sangat kalah oleh waktu.**Malam itu, Naira duduk sendirian di dapur. Gio sudah tidur. Winda belum pulang. Di depannya, secangkir teh yang sudah dingin.Ia membuka WhatsApp. Mengetik pesan untuk Aleeya.> Leeya… kalau aku titip Gio beberapa hari, kamu mau jagain?Pesan belum dikirim. Tapi matanya sudah basah.Karena ternyata… jadi ibu tidak sekadar melahirkan. Tapi juga berani memilih—bahkan saat hatinya sedang hancur.---Flashback...Lima tahun yang lalu…Langit sore itu mendung. Di dalam rumah Nayla, suasana ja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status