Share

bab 4

Author: Fizchanayla
last update Huling Na-update: 2024-04-23 17:59:11

MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 4

"Aku nggak bisa, Ran. Aku nggak mau Farraz kehilangan ayahnya. Aku rela menderita demi kebahagiaan anakku."

"Kebahagiaan macam apa yang akan kamu berikan kepada Farraz? Jika suatu saat dia mengetahui tingkah laku ayahnya dari mulut orang lain, itu akan lebih menyakitkan," ujar Rani kesal dengan melipat kedua tangan di depan dada.

"Apa yang harus aku katakan pada anak berusia lima tahun, Rani? Bahkan ayahnya pulang terlambat saja Farraz sudah uring-uringan. Mas Reza selama ini sangat pandai menutupi tabiatnya itu, pulang kerja on time, selalu bisa menyisihkan waktu untuk kami berdua, hampir tak ada cela."

Dua bulir air mata itu meluncur lagi dari sudut mata Kinar setelah dia selesai berucap. Kebahagiaan yang dia rasakan nyatanya semu. Sifatnya yang mudah percaya juga pemaaf membuat Kinar tak menaruh curiga sedikitpun pada sang suami. Padahal sebelumnya pernah terjadi.

Rani hanya menatap sahabatnya itu dengan tatapan iba, tidak tau lagi apa yang harus dia katakan.

"Cerai bukan solusi tepat untuk saat ini. Mungkin iya aku siap, tapi Farraz? Anak itu tidak tau apa-apa, dia hanya korban!" ucap Kinar, setelah hening beberapa saat.

Kinar menunduk, jarinya memainkan cincin pernikahan yang masih tersemat di jari manis tangan kanannya. Dadanya begitu sesak menahan lara hati.

"Ingat Kinar, kamu juga korban, bukan hanya anak kalian. Setidaknya miskinkan Reza, biar dia tau rasa!" geram Rina.

"Miskinkan!" cicit Kinar.

Kinar tampak berpikir, dahinya berkerut-kerut. Ide Rani ada benarnya, kalau Mas Reza tak punya apa-apa, dia tak akan bertingkah. Tapi, bukankan laki-laki yang selingkuh itu seperti penyakit, suatu saat akan kambuh. Dan hal ini pun sudah pernah terjadi. Pikiran Kinar berkecamuk.

"Kalau soal harta, hampir semua atas namaku, Ran. Selama ini Mas Reza hanya mengelola, termasuk keuangan perusahaan. Aku pikir dia bisa dipercaya, toh semua sudah atas namaku kan!" Papar Kinar.

Mendengar penjelasan Kinar, sontak membuat Rani membulatkan mulut. Matanya beberapa kali mengerjap. Dia benar-benar tak habis pikir dengan sahabatnya. Entah saking baiknya atau saking bucinnya. Beda tipis.

"Lantas kalau semua atas nama kamu, kalau perusahaan bangkrut dan banyak hutang, apa kamu akan tetap kaya? Yang ada kamu harus bayar hutang Kinar!"

"Nggak mungkin kan Mas Reza tega menyelewengkan uang perusahaan." Kinar masih berusaha berpikir positif terhadap suaminya, walaupun hati dan pikiran bersimpangan.

Rani membuang napas kasar. Tangannya memijit pelipis yang seketika berdenyut nyeri memikirkan masalah sahabatnya itu.

"Sudah berapa kali dia bangkrut? Kok kamu masih bisa sih ngomong kayak gitu. Dia saja tega nyakitin kamu. Kalau bukan uang perusahaan, lantas dia selingkuh dapat uang dari mana Kinar?" ucap Rani dengan sedikit kesal.

Entah terbuat dari apa hati Kinar, Rani pun heran dengan jalan pikirannya. Terlalu memikirkan orang sampai lupa memikirkan diri sendiri.

"Modal awal kan emang dari ayah mertua. Aku nggak enak kalau semua sudah atas namaku dan aku masih saja ikut campur urusan perusahaan. Aku berusaha menjaga harga diri Mas Reza di kantor, agar tak diremehkan." Kinar bicara tanpa berani menatap Rani, karena dia mulai menyadari kesalahannya.

"Harga diri seperti apa yang kamu jaga, Kinar?" tanya Rani serius.

"Reza sendiri bahkan sudah membuang harga dirinya dengan selingkuh, lantas apa yang mau kamu jaga lagi?" ujar Rani tajam.

Kinar hanya bisa menunduk dengan air mata yang kembali tumpah. Sungguh hatinya teramat sangat sakit. Dikhianati dua orang terdekat sekaligus. Luka yang sekian lama dia kubur, seolah disayat dan ditaburi garam. Kini, di hadapan Rani benteng itu serasa runtuh. Tidak ada lagi Kinar yang nampak tegar.

Rani membiarkan Kinar menangis lagi. Dia menggenggam kedua tangan Kinar, menguatkannya, bahwa di sini masih ada orang yang peduli dan tulus sayang dengannya. Jika Rani di posisi Kinar pun belum tentu akan sekuat itu. Sudahlah tak ada saudara, orang tua sudah berpulang semua, dan sekarang suami yang harusnya bisa melindungi justru menikamnya.

"Semua belum terlambat, sekarang tenangin dulu hati kamu. Pikirkan baik-baik, mau dibawa kemana pernikahanmu ke depannya Kinar, baru ambil keputusan. Aku hanya bisa jadi pendengar dan memberi saran, semua kembali lagi sama kamu. Yang merasakan dan menjalani pernikahan ini kamu!" ujar Rani, setelah beberapa saat mereka saling diam hanya isak tangis Kinar yang terdengar.

Kinar hanya mengangguk, lalu menyeka sudut matanya. Hari ini pikirannya benar-benar kacau. Ibarat kata setelah dilambungkan keatas langit, tapi langsung dihempaskan kebawah dengan sangat kuat. Kabar keberhasilan perusahaannya menggaet investor untuk ekspor usahanya dibidang kerajinan kayu dan bambu, berbanding terbalik dengan kenyataan pahit rumah tangganya yang harus Kinar terima.

"Ada baiknya kamu mulai periksa data-data dan keuangan perusahaan. Bukan maksud curiga, tapi ini lebih ke bentuk kewaspadaan saja!" Rani mencoba memberi saran.

"Bukankah orang tua Niken bekerja denganmu juga, Kinar?" tanya Rani kemudian.

Kinar mendongak, menatap sahabatnya itu.

"Ya, Ibu dan Bapaknya salah satu pengrajin kayu yang aku rekrut di perusahaan. Kenapa memang?" jawab dan tanya Kinar.

"Mungkin nggak kalau mereka tau hubungan terlarang anaknya?" tanya balik Rani.

Kinar mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Rani. Apakah mungkin mereka tau dan sekongkol? batinnya bertanya. Namun, sisi baik hatinya berkata, tidak mungkin karena selama ini mereka sangat baik dengan Kinar.

Kinar menggeleng-gelengkan kepala, menampik pikirannya sendiri. Begitulah dia, bahkan dalam keadaan disakiti pun pikirannya masih terus positif.

"Aku rasa itu, tidak mungkin Ran. Tapi ada baiknya aku mulai berhati-hati. Makasih udah ingetin!"

Rani hanya mengulas senyum dan mengangguk sebagai jawaban.

Tak berapa lama ponsel Kinar berdering, menandakan ada panggilan telpon masuk. Dia buru-buru menggeser gambar gagang telpon berwarna hijau itu keatas untuk menerima telpon.

"Hallo..."

"........"

"Apa?"

"......"

"Oke, aku pulang sekarang!"

Setelah telpon terputus, Kinar memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Kenapa, Kinar?" tanya Rani, karena melihat raut wajah Kinar yang cemas setelah menerima telpon tadi.

Kinar menghembuskan napas kasar dan memejamkan mata. Tangan kanannya memijit pelipis yang berdenyut nyeri. Hari ini hidupnya benar-benar penuh kejutan.

"Farraz, Ran!"

"Ada apa dengan, Farraz?" tanya Rani penasaran.

"Dia ...."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fany Chandra
peran utama tapi bodoh
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
wanita bodoh melebihi binatang sangat keterlaluan dijadikan tokoh cerita. penulis sampah g punya otak saja yg bisa menghasilkan tokoh cerita kayak gini. g ada nilai edukasinya sedikitpun.
goodnovel comment avatar
Gracia Chang
aku suka kesal sama perempuan yang bodoh... walaupun nanti alur cerita akan berubah tapi sudah merusak mood.. jadi malas bacanya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 64

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 64"Papa bisa jelaskan semuanya, Za.""Nggak ada yang perlu dijelaskan pada anak yang sengaja Papa buang," sahut Reza dengan penuh kekecewaan.Reza masih tak menyangka orang tuanya setega itu. Dan bodohnya dia, Tuhan sudah menggantikan dengan Kinar yang teramat baik, tapi justru dia sia-siakan. Rasa menyesal, marah, juga kecewa, berjejalan dalam dadanya."Aku pulang dulu," kata Reza seraya beranjak berdiri."Tak ada tempat bagiku di rumah ini," lanjutnya lagi menatap sinis Papanya.Pak Baskara menggeleng pelan. Menatap Reza dengan tatapan penyesalan. Nyatanya, alih-alih mendapatkan kepuasan, juga apa yang diinginkan, dendamnya justru menghancurkan keluarganya.Reza berjalan gontai keluar dari rumah orang tuanya. Pikirannya kini berkecamuk. Kini, dia benar-benar merasa sendiri. Dibuang orang tuanya, kehilangan anak dan istri yang dengan tulus menerimanya.Terngiang kemba

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 63

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 63"Mas, jangan diam saja. Mbak Kinar sudah menginjak harga diri kita," sungut Niken dengan wajah merah padam, seraya mengguncang lengan Reza.Reza mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar melihat sisi lain dari Kinar yang selama ini tidak pernah dia sangka. Dia hanya bisa membisu, menatap punggung Kinar yang kian menjauh dari tempatnya.Pikiran Reza justru tertuju pada pernyataan Kinar tentang sang papa juga pernikahannya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan disembunyikan oleh orang tuanya? Batin Reza penuh terka."Mas!" sentak Niken karena Reza hanya diam saja. Ucapannya seolah angin lalu."Aku bisa apa? Memang fakta, yang dibicarakan Kinar, bukan? Aku bergantung pada Kinar, dan hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini. Belum tentu di luaran sana aku bisa mendapat pekerjaan. Namaku juga pasti sudah diblacklist dari perusahaan-perusahaan. Aku sudah miskin sekarang, itu fakta

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 62

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 62"Mas ... ngapain, sih?" tanya Niken menghampiri Reza. Dia heran melihat suaminya duduk di kursi teras sambil memijit pelipisnya. Tidak biasanya pulang kerja Reza duduk dulu di teras rumah.Niken yang berdiri di ambang pintu, dengan leluasa melihat amplop coklat berlogo pengadilan agama yang sedang dipegang Reza. Dia menyunggingkan senyum tipis, sedang hatinya bersorak. Apa yang dia inginkan akhirnya akan segera terwujud. Menjadi satu-satunya istri Reza.Reza menoleh dan mendongak, menatap Niken yang sudah berdiri di sampingnya."Pengen duduk aja di sini," jawab Reza sekenanya."Itu apa?" tanya Niken menunjuk amplop di tangan Reza dengan dagunya.Reza menatap amplop cokelat di tangannya."Ini, dari pengadilan," jawab Reza pelan. Tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat, dengan dada penuh sesak.Niken tersenyum miring, lalu bersidekap dada."Bagus dong, jadi seb

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 61

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 61Fitri berjalan tergesa meninggalkan ruangan itu. Bahkan dia sampai menabrak Andre yang berdiri di ambang pintu. Mendadak hatinya cemas. Meski Kinar terlihat baik-baik saja, kenyataannya adalah sebaliknya. Fitri takut Kinar nekad.Halaman belakang jadi tujuan Fitri. Biasanya Kinar senang dengan tempat itu. Namun, bahunya mendadak luruh saat tak mendapati Kinar di sana."Ndre, di sini juga nggak ada!" teriak Fitri.Kepala Andre menyembul dari balik jendela kantor yang memang berhadapan dengan halaman belakang."Emang nggak pamit tadi?""Enggak. Tadi dia bilang mau kerja cepat, biar bisa cepat santai, habis itu ya aku tinggal karena kerjaanku sudah numpuk," jawab Fitri sambil menatap kesekeliling. Saung yang jadi tempat favorit Kinar juga kosong. Fitri bahkan sampai melongok ke bawah kolong saung, barangkali Kinar sembunyi di sana."Kinar bukan anak kecil yang sedang main petak umpet. Mana ada di kolong saung, ck ada-ada saja kamu, Fit," ucap

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 60

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 60Andre duduk bersila di atas sejadah yang dia bentangkan di samping ranjangnya. Melangitkan begitu banyak doa, juga meminta ampun atas segala dosa. Tak lupa nama Kinar selalu terselip dalam doanya, selain Bu Nisa sang bunda, tentu saja. Bukan doa meminta Kinar menjadi jodohnya, tapi meminta agar Kinar selalu dalam lindungan-Nya.Sudah ada beberapa rencana dalam benak yang akan Andre lakukan esok hari. Kini, dia benar-benar ingin ikhlas melepas Kinar dari hatinya. Biarlah semesta yang bekerja. Jika memang berjodoh, suatu saat pasti akan bersatu."Nak, belum tidur?" Kepala Bu Nisa menyembul dari balik pintu yang hanya terbuka separuh.Andre menoleh, lalu tersenyum menatap sang Bunda yang juga tersenyum padanya. Bu Nisa membuka pintu lebih lebar, lalu masuk ke kamar Andre."Bunda, kok belum tidur?" Andre justru balik bertanya. Dia lalu beranjak dari duduknya, melipat sejadah, dan menaruhnya di tempat semula."Belum ngantuk," jawab Bu Nisa sing

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 59

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 59"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Kinar!"Teriakan Reza membuat Kinar menghentikan langkah kakinya. Dia menghela napas panjang dengan mata terpejam. Selalu saja ada drama jika bertemu dengan suaminya itu. Rasanya dia sudah muak menjalani ini semua. Perlahan Kinar berbalik, dan menatap Reza dengan wajah datar."Itu urusanmu. Urusanku adalah menggugat cerai kamu, Mas. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dari pernikahan toxic ini. Tunggu saja surat dari pengadilan agama. Aku pastikan kamu tidak bisa berkutik karena semua bukti sudah sangat jelas memberatkanmu," ucap Kinar dengan tenang tanpa ekspresi.Tanpa menunggu balasan dari Reza, Kinar gegas pergi dan sedikit berlari menaiki tangga. Hatinya perih tiap kali melihat Reza. Seakan luka itu sengaja ditaburi garam dan dikucuri air jeruk.Dengan menahan kesal, Reza pergi ke kamar tamu. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Melipat ke dua tangan, dan menjadikannya batalan. Menatap langit-l

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status