Share

bab 3

Author: Fizchanayla
last update Last Updated: 2024-04-23 17:58:35

MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 3

Kinar melajukan mobilnya pelan, keluar dari gedung kantor Reza. Tidak bisa leluasa memegang setir karena luka di telapak tangannya. Matanya sebab karena sejak tadi dia menangis.

Ternyata sesakit ini melihat dengan mata kepala sendiri. Dadanya begitu sesak, seperti ada batu besar yang menghimpitnya. Tak ingin membahayakan diri sendiri juga orang lain, akhirnya Kinar menepikan mobilnya.

Kinar menyandarkan kepalanya, dia memijit pelan pelipisnya. Sebelah tangannya meremas dadanya kuat. Matanya terpejam rapat, dahinya berkerut-kerut menahan sakit.

"Ya Allah, sesakit ini!" gumam Kinar lirih. Dua bulir air matanya menetes lagi.

Penampilannya benar-benar berantakan. Baju yang kusut dengan noda darah di mana-mana, rambut berantakan.

Setelah beberapa saat menenangkan diri, Kinar melajukan kembali mobilnya.

"Huftt, setidaknya aku harus kuat sampai tempat Rani!" ucap Kinar dengan menyentak napas kasar.

Sekitar lima belas menit mengendarai mobil, akhirnya Kinar sampai pada sebuah klinik. Kinar merapikan sedikit penampilannya agar terlihat sedikit lebih baik.

"Mbak, saya ada janji dengan Dokter Rani," ucap Kinar setelah tiba di resepsionis dan seorang perawat menanyakan keperluannya.

"Baik Bu, silahkan, sudah ditunggu di ruangannya!" ucap perawat itu dengan sopan lalu menunjukkan ruangan Rani.

Pintu ruang Rani terbuka. Rani yang sedang fokus pada layar pipih di tangannya mendongak. Dan betapa terkejutnya dia melihat Kinar. Matanya membulat sempurna.

"Astaga, apa yang terjadi, Kinar?" tanya Rani lalu berjalan tergopoh menghampiri Kinar yang masih mematung di depan pintu.

Tidak ada kata apapun yang keluar dari mulut Kinar. Entahlah, tenggorokannya seakan tercekat begitu melihat Rani.

Rani memindai penampilan Kinar dari atas sampai bawah, dan matanya menyipit melihat luka di tangan sahabatnya itu.

"Ayo, duduk dulu, biar aku obati lukamu dulu!"

Rani segera menggandeng lengan Kinar, menuntunnya duduk di ranjang pasien di sudut ruangan. Kinar hanya menatap kosong ke depan. Luka itu sungguh nyata terlihat dari sorot matanya.

"Kinar, ada apa?" tanya Rani pelan setelah selesai membalut luka sahabatnya itu dengan perban agar tidak infeksi.

Hening. Kinar seperti enggan membuka mulutnya. Rani hanya bisa menghela napas kasar. Begitulah Kinar, seberat apapun dia akan berusaha untuk dipendam sendiri. Percuma memaksanya, sebelum hatinya terbuka dia tidak akan cerita sedikitpun.

"Ceritalah setelah hatimu tenang." Setelah mengucapkan itu Rani berlalu meninggalkan Kinar untuk membereskan alat medis juga obat-obatan yang dia gunakan untuk mengobati luka Kinar.

Sungguh Rani tidak tega melihat kondisi sahabatnya itu. Orang hanya melihat luarnya saja, dia wanita yang dianugerahi dengan kecantikan, kekayaan, juga cinta. Nyatanya di balik itu semua dia membangun kekuatannya seorang diri. Lukanya dia tutup dan pendam sendiri. Semu, itulah fakta yang sesungguhnya.

"Mas Reza, selingkuh Ran!" ucap Kinar pada akhirnya, dengan penuh kegetiran.

Ucapan Kinar sukses membuat Rani tersentak kaget. Dadanya ikut terasa panas. Tangannya mengepal kuat, dengan mata terpejam. Mencoba menahan emosi.

Rani menghampiri Kinar, lalu menariknya dalam pelukan. Lagi, tangis Kinar pecah, sungguh tangisnya sangat menyayat hati. Rani seolah bisa ikut merasakan kesakitan sahabatnya itu.

"A-aku melihatnya sendiri!" ucap Kinar terbata di tengah tangisnya.

Rani mengusap-usap punggung Kinar mencoba menenangkan. Air matanya ikut menetes mendengar pengakuan dari bibir Kinar. Sungguh hatinya bergemuruh.

Apa yang sebenarnya Reza inginkan, apa dia tidak melihat perjuangan juga pengorbanan Kinar selama ini, belum cukupkah dia menyakiti Kinar selama ini, batin Rani geram.

Setelah sedikit tenang, juga tangisnya mulai reda. Rani perlahan melerai pelukannya. Dia memegang kedua pundak Kinar.

"Lihat aku, Kinar!" pinta Rani. Perlahan Kinar mendongak dan menatap Rani dengan air mata yang masih saja membanjiri pipi.

"Apa kau tau perempuan itu?"

Kinar hanya menjawab dengan anggukan pelan. Rani seketika menahan napas, tenggorokannya seakan tercekat.

"Siapa?" tanya Rani tanpa berkedip.

"Niken." Lirih Kinar menjawab.

Sontak kedua tangan Rani terlepas dari pundak Kinar. Kedua lututnya langsung lemas. Dia membekap mulutnya sendiri. Sungguh suatu fakta yang sangat menyakitkan.

Niken sahabat Kinar, bagaimana bisa. Bahkan orangtua Niken yang juga bekerja dengan Kinar sudah dianggap seperti orangtua sendiri. Justru Kinar lebih dekat dengan Niken ketimbang dengan Rani, juga Fitri. Namun, justru Niken yang menusuknya dari belakang.

Rani menarik kursi yang ada di depan mejanya. Dia letakkan di depan Kinar, dan menjatuhkan bobot tubuhnya di sana.

"Ceritakan semua, jangan ada yang ditutup-tutupi!" perintah Rani tegas.

Dan mengalirlah semuanya. Dari Kinar menang proyek sampai memergoki suaminya sedang bermesraan dengan sahabatnya sendiri, hingga luka juga darah yang bercecer di bajunya.

Rani menghela napas kasar. Sungguh hatinya bergemuruh. Ia menutup mata, dan menggigit bibir bawahnya, meredam emosi yang bergejolak.

"Aku salut dengan apa yang kamu lakukan kali ini. Tapi tolong, jangan terus mengalah. Kamu juga punya hak untuk bahagia. Apa gunanya kamu berjuang membesarkan semua usaha ini kalau ujung-ujungnya selalu disakiti."

"Apa sih yang kamu lihat dari Reza? Laki yang gak ada faedahnya sama sekali. Tiap ada duit dikit pasti langsung bertingkah!" sungut Rani dengan wajah merah padam.

"Sebenarnya dia baik. Dia juga memperlakukan aku dengan baik. Kamu tau kan, kalau Farraz sangat sayang dengan ayahnya. Entahlah, mungkin dia sedang khilaf," ucap Kinar pelan dengan kepala menunduk.

Rani langsung melotot dengan mulut menganga. Tak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini. Jelas-jelas sudah disakiti, masih saja bisa memuji suaminya yang gak punya otak.

"Ck, terlalu bucin kamu, Kinar. Masih sempet-sempetnya inget baiknya dia. Pernah gak dia inget baiknya kamu selama ini, hah? Kalau dia inget, gak bakalan tega nyakitin kamu!" ucap Rani penuh emosi.

Kinar langsung mendongak mendengar ucapan Rani yang dipenuhi amarah. Ucapan Rani seolah jadi tamparan untuknya.

"Berapa kali dia bikin kamu bangkrut? Gadein rumah, jual mobil, hutang sana sini demi bisnis yang selalu buntung di tangannya. Belum lagi masalah selingkuhan.

Dan selalu saja kamu yang putar otak jika sudah bangkrut, giliran udah sukses lagi dia yang ambil alih. Dengan alasan biar kamu lebih banyak waktu di rumah. Nyatanya suamimu itu yang justru jadi toxic disetiap perusahaan yang kamu bangun."

"Bangun Kinar, bangun! Tunjukin Kinar yang kuat. Kamu makan cinta saja gak bakal bikin kamu kenyang juga bahagia kalau model lakinya kayak si Reza!" cerocos Rani panjang lebar.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Kinar.

Rani mengangkat satu sudut bibirnya, akhirnya terbuka juga pikiran kamu, Kinar.

"Mari kita susun rencana!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lilis Fatmawati
wanita bodoh makan tuh cinta menderita lah kau kinar karena saking bodoh dan bucin nya sama laki-laki moKondo
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
matilah kau kinar njing. hanya anjing yg mau berbagi pasangan. alasan bertahan sangat g masuk akal. wanita kayak begini yg dibilang pintar. keledai mana ada yg pintar.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 64

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 64"Papa bisa jelaskan semuanya, Za.""Nggak ada yang perlu dijelaskan pada anak yang sengaja Papa buang," sahut Reza dengan penuh kekecewaan.Reza masih tak menyangka orang tuanya setega itu. Dan bodohnya dia, Tuhan sudah menggantikan dengan Kinar yang teramat baik, tapi justru dia sia-siakan. Rasa menyesal, marah, juga kecewa, berjejalan dalam dadanya."Aku pulang dulu," kata Reza seraya beranjak berdiri."Tak ada tempat bagiku di rumah ini," lanjutnya lagi menatap sinis Papanya.Pak Baskara menggeleng pelan. Menatap Reza dengan tatapan penyesalan. Nyatanya, alih-alih mendapatkan kepuasan, juga apa yang diinginkan, dendamnya justru menghancurkan keluarganya.Reza berjalan gontai keluar dari rumah orang tuanya. Pikirannya kini berkecamuk. Kini, dia benar-benar merasa sendiri. Dibuang orang tuanya, kehilangan anak dan istri yang dengan tulus menerimanya.Terngiang kemba

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 63

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 63"Mas, jangan diam saja. Mbak Kinar sudah menginjak harga diri kita," sungut Niken dengan wajah merah padam, seraya mengguncang lengan Reza.Reza mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar melihat sisi lain dari Kinar yang selama ini tidak pernah dia sangka. Dia hanya bisa membisu, menatap punggung Kinar yang kian menjauh dari tempatnya.Pikiran Reza justru tertuju pada pernyataan Kinar tentang sang papa juga pernikahannya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan disembunyikan oleh orang tuanya? Batin Reza penuh terka."Mas!" sentak Niken karena Reza hanya diam saja. Ucapannya seolah angin lalu."Aku bisa apa? Memang fakta, yang dibicarakan Kinar, bukan? Aku bergantung pada Kinar, dan hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini. Belum tentu di luaran sana aku bisa mendapat pekerjaan. Namaku juga pasti sudah diblacklist dari perusahaan-perusahaan. Aku sudah miskin sekarang, itu fakta

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 62

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 62"Mas ... ngapain, sih?" tanya Niken menghampiri Reza. Dia heran melihat suaminya duduk di kursi teras sambil memijit pelipisnya. Tidak biasanya pulang kerja Reza duduk dulu di teras rumah.Niken yang berdiri di ambang pintu, dengan leluasa melihat amplop coklat berlogo pengadilan agama yang sedang dipegang Reza. Dia menyunggingkan senyum tipis, sedang hatinya bersorak. Apa yang dia inginkan akhirnya akan segera terwujud. Menjadi satu-satunya istri Reza.Reza menoleh dan mendongak, menatap Niken yang sudah berdiri di sampingnya."Pengen duduk aja di sini," jawab Reza sekenanya."Itu apa?" tanya Niken menunjuk amplop di tangan Reza dengan dagunya.Reza menatap amplop cokelat di tangannya."Ini, dari pengadilan," jawab Reza pelan. Tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat, dengan dada penuh sesak.Niken tersenyum miring, lalu bersidekap dada."Bagus dong, jadi seb

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 61

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 61Fitri berjalan tergesa meninggalkan ruangan itu. Bahkan dia sampai menabrak Andre yang berdiri di ambang pintu. Mendadak hatinya cemas. Meski Kinar terlihat baik-baik saja, kenyataannya adalah sebaliknya. Fitri takut Kinar nekad.Halaman belakang jadi tujuan Fitri. Biasanya Kinar senang dengan tempat itu. Namun, bahunya mendadak luruh saat tak mendapati Kinar di sana."Ndre, di sini juga nggak ada!" teriak Fitri.Kepala Andre menyembul dari balik jendela kantor yang memang berhadapan dengan halaman belakang."Emang nggak pamit tadi?""Enggak. Tadi dia bilang mau kerja cepat, biar bisa cepat santai, habis itu ya aku tinggal karena kerjaanku sudah numpuk," jawab Fitri sambil menatap kesekeliling. Saung yang jadi tempat favorit Kinar juga kosong. Fitri bahkan sampai melongok ke bawah kolong saung, barangkali Kinar sembunyi di sana."Kinar bukan anak kecil yang sedang main petak umpet. Mana ada di kolong saung, ck ada-ada saja kamu, Fit," ucap

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 60

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 60Andre duduk bersila di atas sejadah yang dia bentangkan di samping ranjangnya. Melangitkan begitu banyak doa, juga meminta ampun atas segala dosa. Tak lupa nama Kinar selalu terselip dalam doanya, selain Bu Nisa sang bunda, tentu saja. Bukan doa meminta Kinar menjadi jodohnya, tapi meminta agar Kinar selalu dalam lindungan-Nya.Sudah ada beberapa rencana dalam benak yang akan Andre lakukan esok hari. Kini, dia benar-benar ingin ikhlas melepas Kinar dari hatinya. Biarlah semesta yang bekerja. Jika memang berjodoh, suatu saat pasti akan bersatu."Nak, belum tidur?" Kepala Bu Nisa menyembul dari balik pintu yang hanya terbuka separuh.Andre menoleh, lalu tersenyum menatap sang Bunda yang juga tersenyum padanya. Bu Nisa membuka pintu lebih lebar, lalu masuk ke kamar Andre."Bunda, kok belum tidur?" Andre justru balik bertanya. Dia lalu beranjak dari duduknya, melipat sejadah, dan menaruhnya di tempat semula."Belum ngantuk," jawab Bu Nisa sing

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 59

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 59"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Kinar!"Teriakan Reza membuat Kinar menghentikan langkah kakinya. Dia menghela napas panjang dengan mata terpejam. Selalu saja ada drama jika bertemu dengan suaminya itu. Rasanya dia sudah muak menjalani ini semua. Perlahan Kinar berbalik, dan menatap Reza dengan wajah datar."Itu urusanmu. Urusanku adalah menggugat cerai kamu, Mas. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dari pernikahan toxic ini. Tunggu saja surat dari pengadilan agama. Aku pastikan kamu tidak bisa berkutik karena semua bukti sudah sangat jelas memberatkanmu," ucap Kinar dengan tenang tanpa ekspresi.Tanpa menunggu balasan dari Reza, Kinar gegas pergi dan sedikit berlari menaiki tangga. Hatinya perih tiap kali melihat Reza. Seakan luka itu sengaja ditaburi garam dan dikucuri air jeruk.Dengan menahan kesal, Reza pergi ke kamar tamu. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Melipat ke dua tangan, dan menjadikannya batalan. Menatap langit-l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status