Menjadi perempuan dan istri yang nyaris sempurna, ternyata tak membuat Kinar mendapatkan segalanya. Suami yang harusnya menjadi tempat bersandar, nyatanya menjadi orang yang paling banyak menorehkan luka. Pengkhianatan demi pengkhianatan terus saja terulang. Hingga puncaknya sahabat dan suaminya sendiri yang menikamnya dari belakang. Akankah kali ini Kinar memaafkan? atau justru dia akan menuntut balas?
View MoreMEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU
"Kinar, aku rasa suamimu ada main lagi di belakangmu," ucap Fitri sedikit ragu juga sungkan.Kinar yang sedang fokus pada laptop diam seketika. Dia menghela napas kasar lalu menatap Fitri yang duduk di depannya."Kali ini siapa?" tanyanya setelah menutup laptop lebih dulu."Niken."Kinar menutup mata, sebilah belati seolah ditancapkan tepat di dadanya. Sakit tak terperi."Tapi itu baru dugaanku saja, Kinar," ucap Fitri cepat. Takut Kinar marah dan tak terima."Terima kasih untuk informasinya. Sungguh, nama yang tidak terduga. Tapi semua tidak bisa aku telan mentah-mentah, sebelum aku melihatnya sendiri."Fitri mengangguk paham. Dia tak ingin terlalu ikut campur urusan rumah tangga sahabatnya itu. Yang penting dia sudah memberi tau, agar Kinar lebih waspada.Cinta telah membutakan mata juga membuat Kinar sedikit bodoh. Padahal ini bukan kali pertama suaminya main serong. Dia seolah rela menelan luka-luka itu seorang diri."Kalau gitu aku balik dulu, ya. Mau mampir ke kantor Mas Reza dulu. Dia harus tau kabar baik tentang sanggar kita," pamit Kinar seraya merapikan dokumen juga laptopnya.Fitri hanya tersenyum kecut. Apa yang ia ucapkan tadi bagai angin lalu. Jujur, sebenarnya ada rasa iba yang menelusup, tapi orang yang ia peringati seperti biasa saja.Kinar melangkah menghampiri mobil yang dia parkirkan di halaman sanggar dengan senyum manis yang tersungging di wajah cantiknya. Mengemudikan mobilnya dengan santai, membelah jalanan yang cukup lenggang siang itu. Tidak lupa memutar lagu romantis favoritnya. Sesekali ikut berdendang mengikuti alunan musiknya.Hati Kinar sungguh berbunga. Akhirnya apa yang dia impikan terwujud. Tidak hanya dia yang akan bahagia dengan kabar ini, orang-orang di sekelilingnya juga akan menikmati kebahagiaannya.Investor itu, akhirnya mau bekerja sama dengan perusahaan Kinar. Produk-produk homemade yang selama ini dia perjuangkan akhirnya bisa tembus pasar ekspor. Tiga tahun dia berjuang dan tak pernah lelah menyemangati para perajin kayu dan bambu yang sudah mulai putus asa karena apa yang mereka harapkan tak kunjung ada titik terang. Sedangkan perut-perut di rumah butuh untuk diberi makan.Kinar membelokkan kemudinya di sebuah toko bunga. Bermaksud membeli bunga mawar merah . Bunga favorit dia dan sang suami.Keluar dari mobilnya dengan tangan kanan menenteng tas tangan berukuran sedang. Kaki jenjang Kinar melenggang anggun memasuki toko bunga itu. Dia tersenyum ramah dan sedikit mengangguk tatkala seorang pegawai toko membukakan pintu untuknya."Mbak, tolong satu buket bunga mawar merah, ya!" pintanya pada seorang gadis yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri."Baik, Bu. Barangkali ada yang lain lagi, Bu?" tanya gadis itu sopan."Tidak, Mbak. Cukup itu saja!" jawab Kinar dengan tersenyum kecil.Kinarian Nitami, bisa dibilang wanita yang sempurna. Cantik, dengan tinggi badan 170cm, rambut lurus sepinggang dengan warna sedikit coklat. Bulu mata lentik dengan iris coklat terang. Kulitnya kuning langsat khas perempuan jawa. Siapa yang tak menggilainya.Ya. Setidaknya itulah yang orang tau. Orang melihat dan menilai apa yang mereka lihat. Namun kenyataan sesungguhnya, siapa yang tau, karena Kiran begitu rapi memolesnya sebegitu indah.Sambil menunggu pesanannya jadi, Kinar duduk di sofa di sudut ruang yang dikelilingi banyak bunga segar yang ditaruh dalam pot-pot besar. Harum bunga-bunga itu sungguh memanjakan indra penciuman.Kinar memainkan ponsel sambil menunggu pesanannya. Sesekali dia mendongak, melihat bunga-bunga segar di depannya dengan seulas senyum manis yang terukir di bibir tipisnya."Bu, maaf, pesanan Anda sudah jadi!" Seorang gadis dengan rambut sebahu yang digerai dan disematkan jepit kecil di atas kepalanya memberi tahu Kinar yang sedang asik dengan ponselnya.Kinar mendongak, tersenyum dan mengangguk pada gadis yang berdiri tidak jauh dari sofa yang dia duduki."Terima kasih, Mbak!" ucap Kinar tulus, lalu beranjak untuk mengambil pesanannya."Sama-sama, Bu," jawab gadis itu lalu mengekor Kinar ke kasir untuk mengambilkan buket bunga mawar pesanannya.Kinar meletakkan buket bunga itu di kursi samping kemudi. Dia tersenyum puas melihat buket itu. Mengeluarkan ponselnya lalu memotret buket bunga mawar itu. Memasang foto itu distatus w******p dengan ception, akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.***Setelah memarkirkan mobilnya, Kinar melenggang masuk ke kantor sang suami. Dia tersenyum dan mengangguk saat berpapasan dengan beberapa karyawan yang menyapanya. Ya, Kinar memang terkenal ramah pada para karyawan, terkadang dia tak segan untuk ikut berbincang dengan mereka.Kinar memasuki lift, menekan angka lima di mana ruangan sang suami berada. Menciumi mawar yang di pegang dengan tangan kirinya. Dia sangat suka dengan aromanya. Tak sabar untuk memberi kejutan pada suaminya. Saat lift berhenti dan terbuka, dia segera keluar. Ruang kantor sang suami ada di ujung koridor.Ayu- sekertaris Reza- mengalihkan tatapannya dari laptop yang ada di depannya saat mendengar langkah kaki menuju tempatnya. Betapa kagetnya dia, ternyata yang berjalan kearahnya adalah istri bosnya. Dia langsung berdiri dengan wajah pucat. Telapak tangannya sudah dingin dan berkeringat."Duh, Bu Kinar. Bagaimana ini." Ayu bergumam sendiri, dia panik tapi tidak tahu apa yang harus diperbuat. Ayu terus saja melihat Kinar dan pintu ruang bosnya secara bergantian.Langkah Kinar semakin dekat. Dia sedikit heran melihat Ayu yang pucat. Apa anak itu sakit, batinnya."Si-siang, Bu!" Sapa Ayu dengan suara yang sedikit bergetar. Dia menunduk tak sanggup melihat wajah Kinar. Meremas telapak tangannya yang sudah sedingin es."Ayu, apa kamu sakit?" tanya Kinar lembut.Seketika Ayu gelagapan dan hanya bisa menggeleng lemah. Kinar mengernyit, dia heran sekali melihat tingkah Ayu, tidak biasanya dia begitu."Bapak ada kan, Yu?" tanya Kinar pada akhirnya, karena gadis itu hanya diam saja."Eh, itu ... emm ada, Bu!" jawab Ayu pelan, masih tak berani melihat wajah Kinar.Kinar menghela napas kasar. Sedikit kesal dengan sekretaris sang suami."Ya sudah, tolong kamu taruh bunga mawar ini di vas ya, Yu. Nanti antarkan ke dalam. Saya tunggu!" Kinar berucap sambil meletakkan buket bunga mawar di meja Ayu, mengambil tiga tangkai untuk dia pegang sendiri.Seketika Ayu langsung mendongak mendengar perintah istri bosnya itu. 'Duh, gimana ini, mati aku,' batinnya.Mulutnya baru akan protes sudah dipotong terlebih dulu dengan Kinar."Ga ada kata tapi, oke!" ucap Kinar tegas sambil menatap tajam Ayu.Dengan memasang senyum terbaiknya, Kinar menggenggam tiga tangkai bunga mawar ditangan kiri. Lalu dia sembunyikan dibelakang punggungnya. Dia tak mengetuk pintu dulu karena ingin memberikan kejutan.Kinar memutar handle pintu dengan sangat pelan, agar tak menimbulkan suara. Pandangannya justru tertuju pada tangannya yang sedang memutar handle pintu. Saat pintu sudah terbuka separuh, dia baru mendongak. Dan dadanya tiba-tiba sakit, telinganya berdengung.Kinar melihat pemandangan yang begitu menyakitkan. Tanpa dia sadari tangannya menggenggam tangkai mawar dengan sangat kuat. Duri mawar itu menancap kuat di telapak tangannya. Darah segar seketika memenuhi telapak tangannya.Reza sepertinya sangat menikmati sampai-sampai tak menyadari pintu ruangannya terbuka. Dan sang istri yang berdiri membeku dengan hati yang hancur."Mas," Kinar memanggil pelan dengan suara yang bergetar. Matanya sudah berkabut, air matanya sudah berjejalan ingin segera keluar.Reza tak mendengar, pun dengan perempuan yang duduk dipangkuannya. Ayu yang baru saja kembali dari pentry terkejut melihat yang terjadi di hadapannya. Vas bunga yang dia bawa meluncur mengenai lantai dan menimbulkan suara yang cukup nyaring, dengan bentuk vas yang tak utuh lagi karena pecah.Reza seketika melihat kepintu, wajahnya berubah pucat pasi melihat Kinar. Kinar langsung membekap mulutnya tatkala perempuan itu menoleh. Dia pun tak kalah terkejut, dan segera turun dari pangkuan kekasihnya.Kinar menatap keduanya nyalang. Tangan kanannya menunjuk mereka berdua dengan amarah yang memuncak."Manusia lak-nat!" teriaknya.MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 64"Papa bisa jelaskan semuanya, Za.""Nggak ada yang perlu dijelaskan pada anak yang sengaja Papa buang," sahut Reza dengan penuh kekecewaan.Reza masih tak menyangka orang tuanya setega itu. Dan bodohnya dia, Tuhan sudah menggantikan dengan Kinar yang teramat baik, tapi justru dia sia-siakan. Rasa menyesal, marah, juga kecewa, berjejalan dalam dadanya."Aku pulang dulu," kata Reza seraya beranjak berdiri."Tak ada tempat bagiku di rumah ini," lanjutnya lagi menatap sinis Papanya.Pak Baskara menggeleng pelan. Menatap Reza dengan tatapan penyesalan. Nyatanya, alih-alih mendapatkan kepuasan, juga apa yang diinginkan, dendamnya justru menghancurkan keluarganya.Reza berjalan gontai keluar dari rumah orang tuanya. Pikirannya kini berkecamuk. Kini, dia benar-benar merasa sendiri. Dibuang orang tuanya, kehilangan anak dan istri yang dengan tulus menerimanya.Terngiang kemba
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 63"Mas, jangan diam saja. Mbak Kinar sudah menginjak harga diri kita," sungut Niken dengan wajah merah padam, seraya mengguncang lengan Reza.Reza mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar melihat sisi lain dari Kinar yang selama ini tidak pernah dia sangka. Dia hanya bisa membisu, menatap punggung Kinar yang kian menjauh dari tempatnya.Pikiran Reza justru tertuju pada pernyataan Kinar tentang sang papa juga pernikahannya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan disembunyikan oleh orang tuanya? Batin Reza penuh terka."Mas!" sentak Niken karena Reza hanya diam saja. Ucapannya seolah angin lalu."Aku bisa apa? Memang fakta, yang dibicarakan Kinar, bukan? Aku bergantung pada Kinar, dan hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini. Belum tentu di luaran sana aku bisa mendapat pekerjaan. Namaku juga pasti sudah diblacklist dari perusahaan-perusahaan. Aku sudah miskin sekarang, itu fakta
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 62"Mas ... ngapain, sih?" tanya Niken menghampiri Reza. Dia heran melihat suaminya duduk di kursi teras sambil memijit pelipisnya. Tidak biasanya pulang kerja Reza duduk dulu di teras rumah.Niken yang berdiri di ambang pintu, dengan leluasa melihat amplop coklat berlogo pengadilan agama yang sedang dipegang Reza. Dia menyunggingkan senyum tipis, sedang hatinya bersorak. Apa yang dia inginkan akhirnya akan segera terwujud. Menjadi satu-satunya istri Reza.Reza menoleh dan mendongak, menatap Niken yang sudah berdiri di sampingnya."Pengen duduk aja di sini," jawab Reza sekenanya."Itu apa?" tanya Niken menunjuk amplop di tangan Reza dengan dagunya.Reza menatap amplop cokelat di tangannya."Ini, dari pengadilan," jawab Reza pelan. Tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat, dengan dada penuh sesak.Niken tersenyum miring, lalu bersidekap dada."Bagus dong, jadi seb
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 61Fitri berjalan tergesa meninggalkan ruangan itu. Bahkan dia sampai menabrak Andre yang berdiri di ambang pintu. Mendadak hatinya cemas. Meski Kinar terlihat baik-baik saja, kenyataannya adalah sebaliknya. Fitri takut Kinar nekad.Halaman belakang jadi tujuan Fitri. Biasanya Kinar senang dengan tempat itu. Namun, bahunya mendadak luruh saat tak mendapati Kinar di sana."Ndre, di sini juga nggak ada!" teriak Fitri.Kepala Andre menyembul dari balik jendela kantor yang memang berhadapan dengan halaman belakang."Emang nggak pamit tadi?""Enggak. Tadi dia bilang mau kerja cepat, biar bisa cepat santai, habis itu ya aku tinggal karena kerjaanku sudah numpuk," jawab Fitri sambil menatap kesekeliling. Saung yang jadi tempat favorit Kinar juga kosong. Fitri bahkan sampai melongok ke bawah kolong saung, barangkali Kinar sembunyi di sana."Kinar bukan anak kecil yang sedang main petak umpet. Mana ada di kolong saung, ck ada-ada saja kamu, Fit," ucap
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 60Andre duduk bersila di atas sejadah yang dia bentangkan di samping ranjangnya. Melangitkan begitu banyak doa, juga meminta ampun atas segala dosa. Tak lupa nama Kinar selalu terselip dalam doanya, selain Bu Nisa sang bunda, tentu saja. Bukan doa meminta Kinar menjadi jodohnya, tapi meminta agar Kinar selalu dalam lindungan-Nya.Sudah ada beberapa rencana dalam benak yang akan Andre lakukan esok hari. Kini, dia benar-benar ingin ikhlas melepas Kinar dari hatinya. Biarlah semesta yang bekerja. Jika memang berjodoh, suatu saat pasti akan bersatu."Nak, belum tidur?" Kepala Bu Nisa menyembul dari balik pintu yang hanya terbuka separuh.Andre menoleh, lalu tersenyum menatap sang Bunda yang juga tersenyum padanya. Bu Nisa membuka pintu lebih lebar, lalu masuk ke kamar Andre."Bunda, kok belum tidur?" Andre justru balik bertanya. Dia lalu beranjak dari duduknya, melipat sejadah, dan menaruhnya di tempat semula."Belum ngantuk," jawab Bu Nisa sing
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 59"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Kinar!"Teriakan Reza membuat Kinar menghentikan langkah kakinya. Dia menghela napas panjang dengan mata terpejam. Selalu saja ada drama jika bertemu dengan suaminya itu. Rasanya dia sudah muak menjalani ini semua. Perlahan Kinar berbalik, dan menatap Reza dengan wajah datar."Itu urusanmu. Urusanku adalah menggugat cerai kamu, Mas. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dari pernikahan toxic ini. Tunggu saja surat dari pengadilan agama. Aku pastikan kamu tidak bisa berkutik karena semua bukti sudah sangat jelas memberatkanmu," ucap Kinar dengan tenang tanpa ekspresi.Tanpa menunggu balasan dari Reza, Kinar gegas pergi dan sedikit berlari menaiki tangga. Hatinya perih tiap kali melihat Reza. Seakan luka itu sengaja ditaburi garam dan dikucuri air jeruk.Dengan menahan kesal, Reza pergi ke kamar tamu. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Melipat ke dua tangan, dan menjadikannya batalan. Menatap langit-l
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 58"Aku nggak nyangka kebodohanmu dalam berpikir menerima takdir membuat banyak orang terluka."Ucapan Bu Nisa sontak membuat dada Pak Baskara bergemuruh. Dia mengepalkan tangannya kuat, dan menatap tajam lawan bicaranya itu."Kemana Baskara yang dulu begitu baik? Nyatanya kamu lebih dari seorang iblis hanya gara-gara cinta. Mendadak otakmu tak bekerja, dan semua kepintaranmu hilang karena tak terima dengan takdir yang Tuhan tuliskan. Aku sangat beruntung dan bersyukur pada akhirnya tidak berjodoh denganmu. Tuhan begitu baik menjauhkan aku dari orang berhati buruk sepertimu.""Tutup mulutmu!" sentak Pak Baskara dengan mata merah menatap nyalang Bu Nisa.Andre yang melihat pertengkaran itu sudah melangkahkan kakinya dari tempat persembunyian, tapi Bu Nisa segera memberi kode agar tetap diam di tempat. Bu Nisa tersenyum meremehkan. Ternyata sangat mudah memancing amarah seorang Baskara yang dulu dia kenal begitu baik."Tak perlu marah jika it
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 57"Andre ijin nggak masuk hari ini."Kinar langsung menoleh, menatap Fitri dengan alis yang hampir bertaut."Tumben nggak kasih kabar ke aku?"Fitri hanya menghendikkan bahu."Aku sudah memutuskan untuk menggugat cerai, Mas Reza."Keputusan itu Kinar ambil setelah dia memikirkan segala dampak baik dan buruknya. Semoga keputusannya itu yang terbaik untuk masa depan putranya juga dirinya."Kamu serius?" tanya Fitri antusias yang diangguki Kinar."Aku menyerahkan semua pada pengacara. Biar cepat selesai dan aku tidak capek. Karena kerjaanku sekarang tiga kali lipat lebih banyak. Di sini, di rumah, di kantor. Dan semua itu gudang masalah."Fitri tertawa lepas mendengar ucapan Kinar. Kabar ini jadi angin segar buatnya. Ikut senang karena Kinar akhirnya memilih tegas."Apa kamu sudah memasukkan gugatan cerainya?"Kinar menggeleng pelan. "Belum, aku baru bilang ini ke kamu. Rencananya besok akan menemui pengacaraku sekalian ke kantor."Kinar menari
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 56"Oh ya, Mas, jangan lupa besok sudah mulai bekerja karena jatah cuti sudah habis. Biasakan berangkat lebih awal, karena semua sudah tidak akan sama lagi," ucap Kinar dengan senyum kemenangan, menatap Reza juga Niken yang justru salah tingkah."Dan kamu, Niken. Banyak-banyak bersyukur, meskipun mimpi kamu sepertinya tidak akan pernah terwujud. Jalani dan nikmati prosesnya, barangkali di kemudian hari akan jadi ratu yang sesungguhnya," lanjutnya menatap Niken dengan senyum meremehkan.Tangan Niken sudah terkepal erat, dengan rahang mengeras. Jika tidak dipegangi Reza mungkin sudah menyerang Kinar. Perempuan itu jika sudah tersulut emosi kadang lupa dengan dirinya, bahkan janin yang ada di rahimnya.Kinar tersenyum menyeringai lalu meninggalkan mereka berdua dengan langkah anggun, tak lupa melambaikan tangan. Meski tak dipungkiri hatinya perih, tapi terlihat menang dan tenang ternyata membuat Niken cukup kepanasan."Lepasin, Mas! Biar ku tamp
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments