Share

39 - Kabur

Author: Luna Maji
last update Last Updated: 2025-10-09 09:44:28
Ruangan itu sunyi. Hanya bunyi ujung kuas yang menari di atas lembaran laporan dan aroma tinta yang pekat bercampur dengan dupa dari sudut ruangan. Asapnya melingkar pelan, membentuk pusaran tipis di udara — seperti sisa amarah yang belum padam.

Shangkara melanjutkan memeriksa beberapa laporan yang tadi sempat tertunda. Matanya sibuk menyusuri tulisan di setiap laporan, tangannya sibuk mencorat-coret, tapi pikirannya masih tertinggal di dalam kamar.

Tatapan Cailin yang kecewa padanya. Juga rasa sakit yang tergambar jelas di matanya.

Ren masuk, menunduk dalam. “Yang mulia,” ucapnya, “kami telah memperingatkan seluruh pelayan, tapi gosip itu sudah terlanjur keluar dari istana dalam.”

Shangkara hanya mendengarkan, tidak bereaksi.

Ren melanjutkan. “Sekarang para tetua juga mulai menuntut jawaban. Tetua Chen meminta rapat dewan khusus, menuduh adanya gangguan spiritual di dalam istana.”

Shangkara mengerutkan alis, nada suaranya dingin. “Gangguan spiritual?”

“Ya, yang mulia. Mereka menyeb
Luna Maji

Terima kasih sudah sampai di Bab 39 😳 Di sini aku pengen menangkap momen kontradiksi: Cailin yang memilih kabur demi kebebasan, dan Shangkara yang di balik wibawanya justru remuk karena kehilangan. Menurut kalian Ren itu seperti apa sih; dia bukan musuh, tapi alat yang dipaksa menjalankan loyalitasnya — kira-kira kalian kasihan ke Ren gak sih? 😶‍🌫️ Dan Shangkara… ketika dia bilang “Pergi saja” dengan nada dingin, itu benar-benar pilihan sengaja: menantang Cailin untuk memilih sendiri. Apa menurut kalian itu keegoisan, atau pengorbanan yang terselubung? Tulis pendapat kalian di kolom komentar — apakah kalian dukung Cailin kabur, atau setuju Shangkara harus menjaga dengan cara seperti itu? Setiap reaksi kalian sangat berarti buatku dan bantu aku menulis kelanjutan cerita ini. ❤️ — Luna yang ikutan bingung, pengen kabur tapi juga pengen peluk Shangkara

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kaisar, Jangan Meminta Lebih    109 - Kebangkitan

    Cailin melayang di tengah ruangan. Ruangan itu putih total, batas antara air dan udara tidak ada. Hanya ada Patung Dewi Bulan bermata tertutup di kejauhan.Tubuhnya terasa ringan, racun pasif yang menggerogoti intinya dilebur dan digantikan oleh energi Bulan murni. Kekosongan Qi di dadanya mulai terisi. Liontin bulan sabit di lehernya yang belakangan terasa dingin, kini mulai berdenyut kembali.Kemudian, Rubah Salju Perak muncul dari sisi patung, melangkah maju dan membungkuk menyambutnya.Cailin menunduk. “Aku kehilangan Qi-ku. Rasanya kosong di dalam. Aku ingin memulihkan kekuatan … tapi aku bahkan tak tahu bagaimana caranya.”Dari balik cahaya putih, sosok perempuan muncul perlahan, rambut panjang hitam keperakan, wajah lembut, matanya penuh k

  • Kaisar, Jangan Meminta Lebih    108 - Napas Kedua

    Keheningan menyelimuti Kuil Bulan.Di aula Kuil Bulan yang agung, cahaya perak lembut jatuh di lantai. Suasana terasa dingin dan sunyi.Ren terbaring tak bergerak, tubuhnya kaku, napasnya tidak ada, dan garis racun hitam masih menjalar di lehernya. Lian duduk menyangga kepala Ren di pangkuannya, rambutnya berantakan, wajahnya basah oleh air mata. Tangannya terus menggenggam tangan Ren yang dingin.“Ren …,” suaranya serak. “Bangun. Aku belum selesai marah padamu.”Ia menunduk, air matanya jatuh ke pipi Ren yang tak menjawab.Guan masih terus mengalirkan energi bulannya.Di dekatnya, Shangkara berdiri diam dan tegang, wajahnya keras tapi matanya

  • Kaisar, Jangan Meminta Lebih    Bab Bonus: Pedang Menyala Kaisar Vermilion

    Jujur aja, aku selalu suka konsep senjata menyala. Aku pertama kali jatuh cinta waktu baca salah satu aplikasi baca. Tiap kali tokohnya menarik pedang dan senjatanya bisa menyala dengan aura spiritual, aku selalu ngerasa, wah gila, ini keren banget! Jadi pas nulis cerita ini, aku pengen Kaisar Vermilion punya hal yang sama: pedang yang nggak cuma kuat secara fisik, tapi juga hidup secara spiritual. Begitulah lahirnya Pedang Spiritual Vermilion, senjata yang jadi simbol dan sekaligus beban Kaisar. *** Pedang Spiritual Vermilion — Pedang Kaisar Nama asli: Yanlin (焰麟) Julukan: Pedang Spiritual Vermilion Pemilik: Kaisar Shangkara Vermilion Tipe: Ignition Weapon — senjata spiritual dengan inti Qi hidup *** Asal dan Pembuatan Pedang ini dibuat dari logam kuno yang disebut Batu Bara Dewa — bahan langka yang bisa menyimpan energi Vermilion murni tanpa meledak. Bilahnya hitam pekat, tapi di dalamnya mengalir urat merah keemasan, seolah nadi api yang tertidur. Biasanya, pedang ini t

  • Kaisar, Jangan Meminta Lebih    107 - Pedang Kaisar

    Udara berdesir. Shangkara berdiri berhadapan dengan Komandan Syam. Di tangan Shangkara, Pedang Spiritual Vermilion miliknya—pedang hitam gagah dengan urat merah menyala—terasa dingin dan mematikan.Shangkara menghunus pedangnya, bersiap menghadapi Komandan Syam dalam duel jarak dekat.Komandan Syam mengayukan pedang gelap miliknya. “Mari kita lihat kemampuan pedang kaisar!” Ia menyerang Shangkara dnegan ayunan pedangnya yang cepat.Shangkara berhasil menghindar dengan elegan. “Kau bahkan tidka layak melihat kekuatanku yang sebenarnya.”Shangkara bergerak seperti api yang menari. Setiap tebasan pedangnya tepat sasaran, meski tanpa menggunakan energi vermilionnya.“Fokus … cepat

  • Kaisar, Jangan Meminta Lebih    106 - Sergap

    Malam pertama dan hari pertama perjalanan berjalan lancar, berkat kabut ilusi Pasukan Bayangan tidak ada yang menyadari perjalanan mereka. Mereka beristirahat sejenak untuk makan di hutan terpencil sebelum melanjutkan perjalanan di hari kedua. Menjelang siang hari kedua, ketika perjalanan tinggal setengah hari lagi menuju Danau Bulan, ketegangan memuncak. Di dalam kereta, Ren tiba-tiba tersentak. Ia membuka mata, namun tatapannya kosong. Tubuhnya mulai menggigil tak terkendali. “Jangan … terlalu dekat … Yang Mulia …” Ren mengingau dalam tidurnya. “Ren!” Lian langsung panik. Ia menyentuh kulit Ren dan merasakan demam tinggi. Garis-garis hitam keunguan akibat racun Klan Naga Hitam yang sebelumnya tertahan oleh ramuan, kini merambat di lehernya. “Dia demam.” Guan memeriksa nadinya dengan cepat. “Racunnya sudah mulai menyebar lagi. Ramuan vermilion sudah tidak bisa menahannya.” Guan menggeleng pelan. Cailin yang duduk di sisi kereta, wajahnya pucat seperti kertas. Ia menutup mata, me

  • Kaisar, Jangan Meminta Lebih    105 - Dekret

    Pagi hari di Istana Vermilion, genderang istana berdentum tiga kali.“Dekret Kaisar!” teriak pengawal istana di halaman depan. “Pertunangan resmi antara Yang Mulia Kaisar Vermilion dan Nona Daiyu dari Klan Timur diumumkan demi stabilitas kerajaan!”Berita itu menyebar seperti badai. Rakyat di pasar saling berbisik, antara percaya dan bingung. Ada yang bersorak karena mengira itu tanda damai, ada pula yang cemas karena cahaya merah di langit malam sebelumnya masih jadi bayang-bayang di pikiran mereka.Bendera-bendera kerajaan dikibarkan. Anak-anak menatap langit, mencari burung vermilion merah yang katanya menjaga Kaisar mereka.Di ruang dewan istana, kursi kaisar kosong. Para tetua saling pandang, beberapa mulai merasa ada sesuatu yang tak beres.Guru Fen berdiri di tengah aula, memegang gulungan Dekret Kekaisaran yang disegel dengan Vermilion. Wajahnya dingin dan serius.“Kalian menuntut kepastian!” Guru Fen menggelegar. “Kaisar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status