Share

Bab 192

Penulis: Sahira
Evin mengernyitkan dahi. "Dengan perilaku seperti itu, mereka bagaikan parasit bagi Nona Alyana."

"Memang begitu! Kak Alyana sudah sakit parah, tapi yang dipikirkan Keluarga Imano masih saja soal bagaimana dia bisa membantu mereka! Aku belum pernah lihat orang yang begitu nggak tahu malu seperti mereka!"

Andreas menggertakkan gigi karena kesal. "Yang paling jahat itu Alina! Begitu ada masalah, langsung menangis. Padahal dia sendiri yang melakukan segala keburukan, tapi tetap saja tampil seperti gadis lemah yang nggak bisa mengurus diri sendiri. Menjijikkan!"

"Keluarga Imano yang otaknya entah di mana itu percaya saja dengan segala kepura-puraannya. Asal Alina meneteskan air mata, mereka langsung kehilangan akal sehat!"

"Tenanglah."

Evin menepuk bahu Andreas. "Jarak sejauh ini, meskipun kamu teriak sekeras apa pun, mereka juga nggak akan dengar. Akhirnya cuma bikin diri sendiri makin marah."

"Lagian, mengenai soal ini, Nathan juga baru sebatas menduga. Bisa jadi kamu memaki orang yang s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 228

    Malam itu, nyawa Alyana memang berhasil diselamatkan, tetapi hasil pemeriksaannya sangat mengkhawatirkan.Dokter menyerahkan hasil CT kepada Nathan dan memintanya untuk bersiap mental.Mendengar itu, Nathan yang biasanya tenang seketika kehilangan kendali. Dia menginjak hasil pemeriksaan dan menarik kerah baju sang dokter, memaksanya mengubah perkataannya.Hari-hari berikutnya, Alyana didera demam tinggi dan tetap tidak sadarkan diri.Nathan tidak beranjak dari sisinya, berjaga bagai patung yang tak kenal lelah, tanpa makan dan tidur.Hingga akhirnya, tubuh Nathan lebih dulu menyerah sebelum Alyana sadar.Untung saja Andreas mengingatkannya untuk merapikan diri, agar tidak mengejutkan Alyana saat baru sadar dan melihat penampilannya yang begitu lusuh.Sejak kecil, Nathan dikenal sebagai sosok yang selalu rapi dan berwibawa.Namun, kehadiran Alyana telah mengguncang prinsip yang selama ini Nathan pegang teguh."Evin, kamu dengar Bibi ngomong nggak sih?"Suara dari ponsel membuyarkan lam

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 227

    Evin tidak berhasil menghentikan Nathan. Dia hanya bisa menghela napas saat melihat Nathan bergegas ke sisi ranjang."Gimana perasaanmu saat ini?"Nathan menggenggam tangan Alyana dan meletakkannya di dadanya, seakan sedang memegang harta yang paling berharga.Alyana tidak bisa bicara, jadi hanya bisa menenangkan Nathan lewat tatapan bahwa dia baik-baik saja dan tidak perlu khawatir.Tanpa sengaja, matanya tertuju pada punggung tangan Nathan, ada darah mengalir perlahan di atasnya.Nathan menyadarinya, lalu buru-buru melepaskan genggamannya sambil menjelaskan, "Cuma luka kecil."Namun, tatapan Alyana yang penuh kekhawatiran itu tetap tidak berpindah.Pada saat ini, dokter telah datang untuk memeriksa, jadi Nathan pun melangkah mundur.Evin melangkah mendekat dan menyodorkan selembar tisu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Kenapa kamu harus panik begini? Kami berdua ada di sini untuk menjaga Nona Alyana. Nggak bisakah kamu sabar menunggu hingga infusmu selesai?"Nathan menerima tisu itu

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 226

    "Alyana!"Nathan berlari masuk sambil berteriak, tetapi hanya terdengar suara air dari pancuran.Begitu Nathan mendorong pintu kaca area pancuran yang sedikit terbuka, udara panas menguar dengan deras. Di tengah kabut lembap, tampak sosok tubuh tergeletak di lantai.Nathan panik dan segera menghampiri, tidak peduli tubuhnya basah terkena air panas dari pancuran. Dia segera membungkus Alyana dengan handuk yang diraihnya, lalu mengangkat Alyana ke dalam pelukan.Alyana terkulai dalam pelukannya, tidak bergerak. Wajah mungilnya basah dan nyaris tidak berwarna.Langkah Nathan tergesa, seirama dengan gejolak di dadanya. Dia bahkan tidak menghiraukan Andreas dan Evin ketika berpapasan dengan mereka."Paman, Kak Alya kenapa?""Nathan, kamu mau ke mana?"Keduanya bertanya secara bersamaan, tetapi tidak mendapat jawaban dari Nathan.Melihat Nathan berjalan menuju pintu, mereka bertukar pandang sejenak sebelum mengejarnya.Nathan tidak berniat menunggu mereka. Dia meletakkan Alyana di kursi bela

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 225

    Seperti yang diduga, Alina tenang kembali dan tidak lagi melawan.Devon menaikkan alisnya sedikit, sementara telapak tangannya mulai menyentuh paha yang terbungkus stoking hitam. "Status, masa depan ... Harison nggak bisa menjanjikan itu, tapi aku bisa, Alin."Alina seperti terpukul karena ucapan itu, dan membiarkan tangan Devon menyelinap masuk ke bawah gaunnya ....Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dengan keras.Alina terkejut, dan begitu pandangannya terfokus kembali, wajah marah Harison terlihat olehnya. "Ha ... Harison ..." gumamnya panik."Apa yang kalian lakukan!"Harison menghampiri dengan langkah lebar, mendorong Alina ke samping sebelum mencengkeram kerah Devon, lalu melayangkan pukulan telak ke wajahnya.Semburat darah keluar dari mulut Devon saat dia meludah ke lantai, menggenggam pergelangan tangan Harison sambil berkata, "Gila kamu, ya? Alina sendiri yang datang menemuiku, kenapa kamu malah nyerang aku?""Apa?"Harison menatap Alina dan bertanya dengan gigi terkatup, "Bena

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 224

    Sesuai dengan pesan Devon, Alina tiba tepat waktu di klub.Alina merapikan gaunnya, mengetuk pintu, dan masuk setelah mendengar suara Devon berkata, "Masuk".Devon menyambutnya dengan senyum, "Nona Alina, aku sangat senang kamu berubah pikiran!"Alina secara refleks menghindari tangan yang dijulurkan Devon. "Alasanku menemui kamu cuma ingin tahu secara jelas, gimana kamu bisa bantu aku?""Kenapa buru-buru begitu?"Devon mengamati Alina dari ujung kepala hingga kaki. Penampilan Alina yang berdandan begitu cantik membuatnya tampak puas."Sini, duduk dulu. Kita bicarakan pelan-pelan."Devon mempersilakan Alina duduk, lalu mengambil sebotol anggur merah yang sudah disiapkan, menuangkannya ke dalam gelas, dan memberikannya kepada Alina."Terima kasih, tapi aku kurang bisa minum."Alina menolak secara halus, tetapi Devon justru menyodorkan gelas itu ke genggamannya."Sedikit saja, nggak masalah. Lagi pula, tanpa minum, gimana kita bisa bicara soal kerja sama, bukan?"Ucapan itu membuat Alina

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 223

    " ... "Sorot mata Sam yang begitu tenang dan dingin membuat tubuh Alina seolah kehilangan daya. Tangan yang terangkat pun perlahan dia turunkan, dan dia kehilangan kata-kata.Pada akhirnya, dia pun menjadi pion yang dibuang."Baiklah, Kak Sam," ujar Alina dengan suara nyaris tidak terdengar.Dalam hatinya, kebencian menjalar liar, seperti sulur-sulur yang tidak kenal arah....Tiga hari berselang, video permintaan maaf Alina menyebar di dunia maya.Wajahnya tanpa riasan, bibirnya bergetar karena menahan tangis saat membaca naskah disiapkan Sam. Di akhir video, dia membungkuk dalam-dalam dan sangat lama ke arah kamera.Meskipun dia berusaha tampak menyedihkan, netizen tetap tidak menunjukkan belas kasihan padanya.[Si bawang putih yang berhati busuk! Memangnya ada yang percaya minta maafmu ini tulus?][Bisa-bisanya menyakiti kakakmu sendiri yang sedang sakit parah! Aku pasti akan mengumpatmu selamanya!][Jijik sekali! Nggak guna juga minta maaf, lihat wajahmu sudah bikin jijik!]...Um

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status