Share

Bab 191

Penulis: Sahira
Baru saat itu Andreas menyadari keberadaan dua orang di sofa, dan langsung merasa canggung. "Paman, Kak Alyana, kalian ada di sini? Kenapa nggak nyalain lampu?"

Begitu selesai bicara, kepalanya terkena jitak.

Andreas meringis kesakitan. "Kak Evin, kok aku dijitak?"

Evin melirik tajam. "Dibilang otakmu kosong, ternyata memang benar-benar kosong."

Apa lagi alasan seorang pria dan wanita sendirian di satu ruangan tanpa menyalakan lampu?

Andreas langsung tercerahkan dan tidak berani bicara. Dia hanya bisa membentuk kata dengan bibir pada Evin, 'Apakah aku mengganggu urusan penting Paman?'

Evin menggeleng dan menghela napas. Itu pun masih perlu ditanya?

Komunikasi diam-diam di antara mereka makin mempertebal rasa canggung di ruangan.

Nathan berdiri, menatap mereka tanpa ekspresi. "Nona Alyana tertidur di sofa, jadi aku nggak menyalakan lampu."

"Begitu ya ...."

Evin mengangguk sambil tersenyum penuh makna. 'Terserah kamu mau jelaskan apa, aku cuma percaya pada apa yang kulihat.'

"Kalau begit
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 228

    Malam itu, nyawa Alyana memang berhasil diselamatkan, tetapi hasil pemeriksaannya sangat mengkhawatirkan.Dokter menyerahkan hasil CT kepada Nathan dan memintanya untuk bersiap mental.Mendengar itu, Nathan yang biasanya tenang seketika kehilangan kendali. Dia menginjak hasil pemeriksaan dan menarik kerah baju sang dokter, memaksanya mengubah perkataannya.Hari-hari berikutnya, Alyana didera demam tinggi dan tetap tidak sadarkan diri.Nathan tidak beranjak dari sisinya, berjaga bagai patung yang tak kenal lelah, tanpa makan dan tidur.Hingga akhirnya, tubuh Nathan lebih dulu menyerah sebelum Alyana sadar.Untung saja Andreas mengingatkannya untuk merapikan diri, agar tidak mengejutkan Alyana saat baru sadar dan melihat penampilannya yang begitu lusuh.Sejak kecil, Nathan dikenal sebagai sosok yang selalu rapi dan berwibawa.Namun, kehadiran Alyana telah mengguncang prinsip yang selama ini Nathan pegang teguh."Evin, kamu dengar Bibi ngomong nggak sih?"Suara dari ponsel membuyarkan lam

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 227

    Evin tidak berhasil menghentikan Nathan. Dia hanya bisa menghela napas saat melihat Nathan bergegas ke sisi ranjang."Gimana perasaanmu saat ini?"Nathan menggenggam tangan Alyana dan meletakkannya di dadanya, seakan sedang memegang harta yang paling berharga.Alyana tidak bisa bicara, jadi hanya bisa menenangkan Nathan lewat tatapan bahwa dia baik-baik saja dan tidak perlu khawatir.Tanpa sengaja, matanya tertuju pada punggung tangan Nathan, ada darah mengalir perlahan di atasnya.Nathan menyadarinya, lalu buru-buru melepaskan genggamannya sambil menjelaskan, "Cuma luka kecil."Namun, tatapan Alyana yang penuh kekhawatiran itu tetap tidak berpindah.Pada saat ini, dokter telah datang untuk memeriksa, jadi Nathan pun melangkah mundur.Evin melangkah mendekat dan menyodorkan selembar tisu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Kenapa kamu harus panik begini? Kami berdua ada di sini untuk menjaga Nona Alyana. Nggak bisakah kamu sabar menunggu hingga infusmu selesai?"Nathan menerima tisu itu

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 226

    "Alyana!"Nathan berlari masuk sambil berteriak, tetapi hanya terdengar suara air dari pancuran.Begitu Nathan mendorong pintu kaca area pancuran yang sedikit terbuka, udara panas menguar dengan deras. Di tengah kabut lembap, tampak sosok tubuh tergeletak di lantai.Nathan panik dan segera menghampiri, tidak peduli tubuhnya basah terkena air panas dari pancuran. Dia segera membungkus Alyana dengan handuk yang diraihnya, lalu mengangkat Alyana ke dalam pelukan.Alyana terkulai dalam pelukannya, tidak bergerak. Wajah mungilnya basah dan nyaris tidak berwarna.Langkah Nathan tergesa, seirama dengan gejolak di dadanya. Dia bahkan tidak menghiraukan Andreas dan Evin ketika berpapasan dengan mereka."Paman, Kak Alya kenapa?""Nathan, kamu mau ke mana?"Keduanya bertanya secara bersamaan, tetapi tidak mendapat jawaban dari Nathan.Melihat Nathan berjalan menuju pintu, mereka bertukar pandang sejenak sebelum mengejarnya.Nathan tidak berniat menunggu mereka. Dia meletakkan Alyana di kursi bela

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 225

    Seperti yang diduga, Alina tenang kembali dan tidak lagi melawan.Devon menaikkan alisnya sedikit, sementara telapak tangannya mulai menyentuh paha yang terbungkus stoking hitam. "Status, masa depan ... Harison nggak bisa menjanjikan itu, tapi aku bisa, Alin."Alina seperti terpukul karena ucapan itu, dan membiarkan tangan Devon menyelinap masuk ke bawah gaunnya ....Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dengan keras.Alina terkejut, dan begitu pandangannya terfokus kembali, wajah marah Harison terlihat olehnya. "Ha ... Harison ..." gumamnya panik."Apa yang kalian lakukan!"Harison menghampiri dengan langkah lebar, mendorong Alina ke samping sebelum mencengkeram kerah Devon, lalu melayangkan pukulan telak ke wajahnya.Semburat darah keluar dari mulut Devon saat dia meludah ke lantai, menggenggam pergelangan tangan Harison sambil berkata, "Gila kamu, ya? Alina sendiri yang datang menemuiku, kenapa kamu malah nyerang aku?""Apa?"Harison menatap Alina dan bertanya dengan gigi terkatup, "Bena

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 224

    Sesuai dengan pesan Devon, Alina tiba tepat waktu di klub.Alina merapikan gaunnya, mengetuk pintu, dan masuk setelah mendengar suara Devon berkata, "Masuk".Devon menyambutnya dengan senyum, "Nona Alina, aku sangat senang kamu berubah pikiran!"Alina secara refleks menghindari tangan yang dijulurkan Devon. "Alasanku menemui kamu cuma ingin tahu secara jelas, gimana kamu bisa bantu aku?""Kenapa buru-buru begitu?"Devon mengamati Alina dari ujung kepala hingga kaki. Penampilan Alina yang berdandan begitu cantik membuatnya tampak puas."Sini, duduk dulu. Kita bicarakan pelan-pelan."Devon mempersilakan Alina duduk, lalu mengambil sebotol anggur merah yang sudah disiapkan, menuangkannya ke dalam gelas, dan memberikannya kepada Alina."Terima kasih, tapi aku kurang bisa minum."Alina menolak secara halus, tetapi Devon justru menyodorkan gelas itu ke genggamannya."Sedikit saja, nggak masalah. Lagi pula, tanpa minum, gimana kita bisa bicara soal kerja sama, bukan?"Ucapan itu membuat Alina

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 223

    " ... "Sorot mata Sam yang begitu tenang dan dingin membuat tubuh Alina seolah kehilangan daya. Tangan yang terangkat pun perlahan dia turunkan, dan dia kehilangan kata-kata.Pada akhirnya, dia pun menjadi pion yang dibuang."Baiklah, Kak Sam," ujar Alina dengan suara nyaris tidak terdengar.Dalam hatinya, kebencian menjalar liar, seperti sulur-sulur yang tidak kenal arah....Tiga hari berselang, video permintaan maaf Alina menyebar di dunia maya.Wajahnya tanpa riasan, bibirnya bergetar karena menahan tangis saat membaca naskah disiapkan Sam. Di akhir video, dia membungkuk dalam-dalam dan sangat lama ke arah kamera.Meskipun dia berusaha tampak menyedihkan, netizen tetap tidak menunjukkan belas kasihan padanya.[Si bawang putih yang berhati busuk! Memangnya ada yang percaya minta maafmu ini tulus?][Bisa-bisanya menyakiti kakakmu sendiri yang sedang sakit parah! Aku pasti akan mengumpatmu selamanya!][Jijik sekali! Nggak guna juga minta maaf, lihat wajahmu sudah bikin jijik!]...Um

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status