Dia benar-benar ingin bebas dari jeratan keluarga bangsawan ini. Berbagai acara yang dihadirinya dalam waktu satu bulan ini benar-benar membuatnya lelah. Ara bukan tipe orang yang bisa mengenakan topeng kapan saja di wajahnya agar tetap terlihat lemah lembut dan sopan sebagaimana perilaku para bangsawan pada umumnya. Dia terbiasa bersikap bebas dan apa adanya sejak kecil. Apalagi dia dikelilingi oleh kakak laki-lakinya dan Wei yang selalu siap sedia untuk melindunginya kapan dan dimanapun. Di keluarga ini, Ara merasa hidupnya penuh dengan tekanan. Lanara adalah putri yang terlahir dari darah campuran, antara papanya yang bangsawan dan mamanya yang orang biasa saja. Tidak sedikit saudara sepupu yang memandangnya hanya sebelah mata. "Apakah kamu tidak menyukai kehidupan seperti ini?" tanya Paul merasa heran. Bukankah kehidupan mewah dan kelas atas ini banyak menjadi impian para gadis? Mengapa gadis di hadapannya ini malah bersikap tidak peduli dan ingin cepat pergi? "Sejujurnya m
"Di sana pasti sudah malam hari, apakah dia sedang memeluk kekasihnya? Apakah mereka sudah meresmikan hubungan mereka?" gumam Ara tidak dapat menyembunyikan rasa pahitnya.Ara rasa sedih, iri dan cemburu membayangkan wanita lain dalam pelukan Wei, padahal dia sendiri yang sudah menikah dua tahun dengan Wei sama sekali tidak mendapatkan kemewahan seperti itu.Ara merasa kesulitan untuk melepaskan bayangan Wei dari dalam benaknya. Pria itu seperti sudah terpatri di dalam hatinya. Walaupun dia sudah berusaha untuk melupakannya tapi bayangan pria itu selalu menghantui kemanapun dirinya pergi.Suara ponsel membuyarkan lamunannya. Ara menatap layar ponselnya untuk mengetahui siapa yang meneleponnya saat ini. Ini panggilan dari Luke."Halo?" sapa Ara tanpa semangat."Halo, apa aku mengganggumu dengan telepon ini?" tanya Luke sambil mengerutkan kening.Dia bisa mendengar suara tidak bersemangat gadis yang diteleponnya ketika menyapa dirinya."Tidak, aku hanya sedang banyak pikiran, maafkan a
"Mungkin saja ... siapa yang tahu, tapi aku yakin seratus persen kalau pria itu benar-benar telah jatuh cinta kepada putri kita," jawab Paul penuh keyakinan.Dia juga laki-laki, dia bisa melihat bagaimana tatapan penuh asmara dan memanjakan yang dilemparkan Luke kepada Ara."Semoga saja kali ini putri kita tidak akan dikecewakan lagi seperti sebelumnya," kata Hanna penuh harap."Jangan khawatir, Luke berbeda dengan pria sialan itu," kata Paul sambil menepuk bahu istrinya menenangkan.Lagian Paul pikir Ara bukanlah Lanara, tidak ada trauma atas hubungan masa lalu pada dirinya. Jadi kemungkinan Ara menerima cinta Luke jauh lebih besar dari pada Lanara.Paul tidak tahu kalau trauma Ara akan cinta tidak kurang dari Lanara. Bedanya Lanara dikecewakan oleh kekasihnya, sementara Ara dikecewakan oleh suaminya.Di kafe ...."Bisakah setelah ini kamu mengantar aku belanja?" tanya Ara kepada Luke."Tentu, apa yang ingin kamu beli?""Aku ingin beli baju."Luke mengerutkan kening heran."Apakah La
Ara merangkul pinggang Luke dari belakang untuk menahan agar Luke jangan sampai memukuli Joan kembali."Kamu lihat? Lanara masih mencintaiku, buktinya dia menghalangi kamu untuk memukulku kembali ... hehe," kata Joan sambil terkekeh penuh kemenangan dan menghapus darah dari sela bibirnya."Kamu!" Luke bergegas ingin menghajar Joan hingga Ara ikut terseret ke depan."Cukup! Luke, hentikan perkelahian ini!" kata Ara tegas."Tapi dia ....""Mari kita abaikan dia, aku bukanlah Lanara yang dulu, aku tidak punya perasaan apapun dengannya," kata Ara sungguh-sungguh.Luke menoleh ke arah Ara yang masih memeluknya dari belakang. Tubuhnya yang semula tegang menjadi rileks setelah mendengar kata-kata Ara.'Ara benar, dia bukanlah Lanara, aku tidak seharusnya terpancing pada omongan pria sialan ini,' batin Luke sambil menghela napas mencoba meredakan kemarahannya.Melihat Luke yang sudah mulai tenang, Ara pun melepaskan pelukannya."Kamu bohong, kamu masih mencintaiku, 'kan?" tanya Joan kepada Ar
Luke tampak tercengang melihat ara dalam balutan atas bawah yang terlihat modis dan elegan tapi tetap terlihat casual. Gadis dihadapannya jadi terlihat jauh lebih mempesona dibandingkan ketika dia berpakaian sederhana seperti sebelumnya."Apakah tidak bagus?" tanya Ara bingung.Dia kembali mematut dirinya di depan cermin. Namun, Ara merasa setelan ini benar-benar bagus dan sesuai dengan seleranya. Mengapa Luke tidak berkomentar apa-apa?"Ehm ... pakaian itu sangat bagus dan sesuai sekali untukmu," kata Luke setelah sadar dari keterpanaannya."Benar bagus?" tanya Ara tidak yakin.Dia khawatir Luke hanya pura-pura menyetujui pilihannya karena tidak ingin membuatnya kecewa."Itu benar-benar bagus, bahkan aku sampai terpana," kata Luke mengakui dengan telinga yang memerah."Oke, kalau begitu aku pilih yang ini," kata Ara sambil kembali ke ruang ganti.Tiba-tiba ponsel Luke berdering. Dia mengerutkan kening melihat nama penelepon yang tertera di layar ponselnya. Wajah Luke tampak semakin
Akhirnya Thomas dan Winnie pergi dari butik milik Jennie dengan wajah yang ditekuk."Maafkan aku, gara-gara aku butikmu jadi terkena masalah," kata Ara kepada Jennie dengan perasaan bersalah.Ara yakin kejadian ini sedikit banyak pasti akan mempengaruhi penjualan toko Jennie, karena sepupunya itu bukanlah lampu hemat bahan bakar. Dia pasti akan memberikan penilaian buruk kepada toko Jennie dan menyebarkan penilaiannya itu kepada setiap kenalannya."Jangan khawatir, aku membuka butik ini hanya untuk bersenang-senang. Lagi pula, Luke adalah pemodal di toko ini, bagaimana mungkin aku membiarkan mereka menindas mu," kata Jennie sambil mengedipkan sebelah matanya.Jennie menduga ada hubungan spesial antar Ara dan Luke karena sahabat suaminya itu sama sekali tidak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun. Ara adalah wanita pertama yang diantar Luke untuk membeli pakaian di tokonya. Jika suaminya tahu, dia pasti akan merasa penasaran ingin melihat wanita seperti apa yang berhasil menakluk
Ara tertegun melihat keseriusan di mata Luke. Dia berbalik dan ikut bersandar di badan mobil di sebelah Luke."Sejauh mana kamu telah mendengarkan percakapan antara aku dan Jennie?" tanya Ara ingin tahu."Dimulai dari kami hanya berteman," kata Luke sambil menunduk dan menendang pelan kerikil yang ada di hadapannya.Dia tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya ketika menjawab pertanyaan Ara. Tadinya luke berpikir Ara juga memiliki perasaan spesial kepadanya, walaupun mungkin tidak sebesar yang saat ini dia rasakan."Apakah kamu benar-benar tidak ingin menikah dengan pria manapun?" tanya Luke tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.Dia ingin tahu apakah Ara menolak dirinya karena memang tidak menyukainya atau karena trauma dari masa lalunya."Itu benar," jawab Ara jujur."Kenapa? Apakah karena pria itu jauh lebih baik dalam segala hal dari pada aku?""Tidak, kamu jauh lebih baik dalam segala hal jika dibandingkan dengannya.""Lalu mengapa kamu tidak memberikan aku kesempatan?""M
"Apa yang dilakukan pria itu kepadamu? Apakah dia mengganggumu lagi?" tanya Hanna khawatir."Dia ... dia ingin meminta maaf dan kembali dekat denganku," kata Ara sambil menatap Paul.Dia yakin Paul pasti mengerti maksudnya. Dia bukanlah Lanara yang asli, apa yang dilakukan Joan sama sekali bukan urusannya. Ara hanya ingin Paul tahu kalau pria itu masih menginginkan Lanara."Pria itu sepertinya harus diberi pelajaran agar jera!" kata Paul dengan wajah dingin.Dia bisa membayangkan kalau yang berhadapan dengan Joan adalah Lanara yang asli, maka putrinya itu pasti akan kembali jatuh kedalam perangkap mantan kekasihnya itu karena Lanara sangat mencintainya."Kemarin dia sudah dihajar oleh Luke, mungkin saat ini luka memarnya masih belum sembuh," kata Ara sambil menyeringai mengingat Joan yang babak belur akibat dihajar oleh Luke."Mereka berkelahi?" tanya Hanna heran."Ya," sahut Ara menganggukkan kepala."Itu bagus! Dia benar-benar pria yang bisa diandalkan!" Paul memuji Luke dengan mur