Baaam! Buuuug!Membalikan tubuh, lalu menghantam kedua pengawal pribadi Danta dengan tinjunya. Bintang segera merenggangkan seluruh otot tubuhnya."Bintang kita sama sama seniman ahli bela diri... Saat ini, aku menggunakan pedang Naga Langit, jika kamu memang hebat majulah dengan senjata lain!" Danta menghunuskan pedang kedepan.Mendengarnya, Bintang mulai terkekeh kecil. Dia mulai merogoh saku sembari mengeluarkan beberapa jarum akupuntur yang dia miliki."Pedang memang berbahaya karena memiliki ketajaman yang kuat. Apalagi Pedang Naga Langit, aku tahu betul awal pembuatannya. Kau menginginkanku menggunakan pedang sampah milik para prajurit? Bukankah sama saja aku yang ingin bunuh diri?" Bintang tersenyum tipis."Hahahaha! Kamu tahu banyak soal pedang ini ya? Jika tahu juga tak masalah, hari ini bahkan Jaka tidak dapat melindungimu dari kematian!" Danta berlari terlihat seperti bayangan tak bertubuh.Namun Bintang hanya memutarkan tubuhnya. Dia melempar dua jarum ditangan kirinya, hi
"..." Bintang terdiam, dia menghormati komentar Jaka, serta para prajurit yang belum mengerti akan kemampuannya."Mari kita mulai!" Wajah Jendral Danta semakin beringas, dia tak menyangka komandan Bintang ini begitu bodoh menerima tawarannya."Jaka kamu disini sekarang telah menjadi saksi, sekaligus Bandar yang mengatur semua permainan poker kami berdua!" Danta meraih satu meja bundar dan meletakan meja itu didepan Bintang.Saat ini, suasana menjadi hening. Asap rokok mulai mengotori udara yang dilakukan oleh Danta, menari perlahan di bawah cahaya mentari yang cerah. Hingga kedua mata Bintang dan Danta bertemu, Jaka yang tidak ingin Bintang melakukan kesalahan besar menepuk bahunya."Apa kamu yakin?""Aku tidak pernah melakukan hal yang akan merugikan diriku sendiri... Jendral, percayakan padaku!""Ckckckck!" Danta sedikit tersenyum. di balik senyum tipisnya, ada mata elang yang selalu menilai, menghitung, merencanakan apa yang akan terjadi."Tolong segera keluarkan taruhanmu?" Jaka
"..." Kelima Jendral saling pandang, pandangan mata mereka saling bertemu. Hingga suara tawa yang begitu keras terdengar! "Hahahaha! Apa yang kamu katakan? Kamu menantang kami berlima bertarung secara langsung? Menghadapi ku saja belum tentu kamu menang!" "Yaaa! Dasar komandan bodoh, tidak tahu kesenjangan antar jabatan!" "Komandan menantang Jendral? Konyol sekali! Biar ku kasih tahu, kemenangan dua pertempuran yang tersebar itu, dikarenakan Jendral Saka, dan juga Keempat dari Negara Jiwa lalai... Masih berani menganggap diri kalian tinggi?!" Semua menyayangkan tindakan Bintang, namun Bintang dengan santai membalikan tubuhnya dan berjalan keluar yang membuat Jaka kebingungan. "Jika kalian memang tak berani menerima tantangan ku, bearti kalian harus pergi dari tempat ini... Dan urungkan niat untuk menjadi Jendral utama di perbatasan..." Deeeeegh! Ungkapan ini memancing amarah kelima jendral besar! Mereka benar benar terprovokasi, hingga berjalan keluar mengikuti kemana Bintang
Bintang memecahkan salah satu botol racun ditangannya. Lalu membiarkan Jendral keempat itu menghirupnya. "Uuugh! Akkkh! Pffffft!" Jendral keempat mulai bereaksi kesakitan, dia mulai memuntahkan seteguk darah merah! Merasakan penderitaan, tiba tiba Bintang memberikan penawarnya. Namun tindakan ini kembali diulang, dengan Bintang' memecahkan botol racun lainnya. "Ka-kamu..." Jendral keempat tidak bisa berkutik, tangannya terikat, kakinya terikat. Hanya bisa memberontak, namun semua racun didalam botol berbentuk asap! Terus merasakan penderitaan yang panjang, Jendral keempat tidak menyerah! Hingga beberapa kali menghirup racun yang berbeda. Dia mulai berteriak kesal! "Bunuh saja aku dari pada kamu menyiksaku dengan cara ini!" "Mati dengan mudah? Tidak akan ku lakukan... Ini adalah racun paling menyakitkan yang ku tahu, racun ini bernama kematian tanpa tubuh, setiap detik, tubuhmu akan meleleh... Jadi, matilah didalam penderitaan!" Bintang memecahkan botol racun terakhir, dia berha
"Je-jendral berikan penawarnya padaku!" "Yaaa! Gas beracun ini sangat berbahaya! Cepat berikan!" Dua ratus prajurit disekeliling jendral keempat panik, mereka berusaha berebutan penawar yang dimiliki oleh Jendral keempat! Melihat tindakan pasukannya, Jendral Keempat mulai kesal. Dia segera menarik pedang dari sarungnya, lalu menebas semua prajurit disekitarnya tanpa belas kasihan! Slaaaaaash! Slaaaaaash! "Kalian hanyalah sebuah pion untukku, berani sekali meminta penawar!" Jendral Keempat semakin menggila, dia hanya memiliki satu penawar, bagaimana bisa dia harus membaginya? Genangan darah mulai membasahi ruangan jebakan ketiga. Melihat kebrutalan Jendral keempat, Bintang hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Jendral Jaka, kamu tunggu aku disini saja... Sisanya serahkan padaku," Bintang menarik pedang milik Jendral Jaka secara cepat. Tindakan ini, membuat Jendral Jaka terkejut. Dia sendiri tidak mampu melihat kecepatan yang dilakukan Bintang barusan. "Kecepatan ini..." Dia me
Tiga hari kemudian, perbatasan Negara Amerta. Kegiatan sibuk dilakukan oleh Bintang bersama seratus pasukan dibawah komandonya. Dia, bersama seratus anak buahnya itu bekerja tanpa lelah! Hingga semua telah siap, dan Bintang mulai mengumpulkan semua pasukannya di barak utama. "Terimakasih telah bekerja keras selama tiga hari ini... Sekarang, kita akan memulai menciptakan jebakan kematian..." "Komandan Bintang, ayo cepat kita buat jebakan super! Aku sudah tak sabar melihat bagaimana kamu menciptakan sebuah keajaiban perang diperbatasan ini?!" "Ya benar! Komandan Bintang, ayo lakukan bersama!" Bintang mengangguk senang, melihat semangat mereka yang tak pudar. Bintang segera menuju ke depan perbatasan, dia mulai mengeluarkan sebuah kertas gambar, lalu mendesain perbatasan lain agar jebakan yang dipasang terlihat lebih rapi! Satu bulan setelah bekerja keras! Benteng perbatasan baru, yang berisi ribuan jebakan telah tercipta! Bintang bersama seratus anak buahnya kini tengah menemui J