Rumah keluarga Winata terletak di Lakefront Villa.Pemandangan di sini sangat elegan dan tenang, merupakan ciri-ciri khas kompleks perumahan orang kaya.Pelayan memimpin jalan masuk ke dalam vila dengan hormat. Rachel pun menggandeng kedua anaknya masuk.“Rachel, kamu akhirnya pulang juga ....”Rima Winata telah menunggu lama di pintu vila. Ketika melihat Rachel masuk, dia merasa seperti melihat putrinya yang mati muda. Putri cantiknya yang berumur pendek.Sekarang, nasib cucu perempuannya juga tidak baik ....“Nenek ....”Rachel bersandar di bahu neneknya dan merasakan kedamaian sesaat di hatinya.Jika dia harus menyebutkan orang yang masih dia pedulikan di dunia itu, maka orang itu adalah neneknya ....Dia tinggal di kota kecil di luar negeri, tetapi meskipun demikian, neneknya mengutus orang untuk mencarinya dan sering membujuknya untuk kembali.Namun, dia tahu banyak orang di keluarga Winata yang tidak menyambut kepulangannya, kecuali neneknya. Makanya dia terus menundanya ....“In
"Nenek, aku pulang untuk membicarakan bisnis dengan keluarga Winata.”Rachel membuka tas yang dibawanya dan mengeluarkan sebuah dokumen.Dia meletakkan dokumen di atas meja dan berkata dengan tenang, “Aku belajar pemrograman komputer waktu kuliah, belajar di Harvard selama empat tahun dan telah mengembangkan sebuah chip pintar. Chip ini belum ada di pasaran dan aku sedang mencari partner kerja sama. Aku berharap bisa bekerja sama dengan keluarga Winata.”“Hei, Rachel, kamu pikir kami langsung mau bekerja sama denganmu hanya dengan mendengarkan perkataanmu itu?” Siska mencibir dengan nada menghina, “Perusahaan keluarga Winata adalah salah satu dari sepuluh grup perusahaan terbesar di Suwanda. Apa kamu tahu ada berapa perusahaan yang ingin bekerja sama dengan kami? Kami bahkan nggak repot-repot mempertimbangkannya! Siapa kamu?”Rima baru saja ingin mengatakan sesuatu, tetapi disela oleh Hengky Winata, paman tertua Rachel.Hengky melangkah maju dan berkata, “Ma, Rachel adalah keponakanku.
Begitu Siska selesai bicara, tatapan tajam yang tak terhitung jumlahnya serentak tertuju padanya.Tatapan paling dingin dan tajam adalah tatapan dari Rima. Tatapan sang nenek seperti sedang memberinya peringatan keras serta memberitahunya kalau sang nenek marah. Seandainya bukan karena ada banyak orang di sana, Siska merasa neneknya akan memukulnya dengan tongkat.Siska menelan ludah dan mundur dengan perasaan kesal.Namun, Siska tidak sengaja menginjak putranya. Putranya spontan menangis karena kesakitan.Siska langsung menampar putranya dengan kesal, “Nangis apa kamu? Lagi berkabung?”Egi yang berusia sekitar lima atau enam tahun berteriak sambil menangis, “Mama jahat, Mama penyihir. Aku nggak suka lagi sama Mama!”Siska yang sejak awal sudah dalam suasana hati yang buruk, ditambah lagi putranya meneriakinya seperti itu di depan semua orang. Dia sangat marah sampai ingin menampar putranya lagi.Ibu dan anak itu membuat suasana ruang tamu menjadi ricuh.Rima terlihat sangat marah. Nam
Dengan secepat kilat, seseorang menyiramkan segelas air panas yang mengenai tepat di dada Siska.Siska spontan melompat karena kepanasan. Tamparannya pun tidak mengenai wajah Michelle.“Siapa? Siapa yang siram aku pakai air panas?!” bentaknya.Siska sangat marah. Begitu menundukkan kepala, dia melihat Michael yang memegang sebuah gelas kosong.Siska seketika tidak peduli tentang apa pun lagi. Dia bergegas menarik kerah baju Michael dan hendak menampar anak itu.Namun ….Tangan Siska yang terangkat dicekal oleh Rachel. Cengkeraman Rachel yang begitu kuat membuat Siska merasa tulangnya seakan telah hancur.“Kamu menindas kedua anakku selagi aku nggak ada. Setelah bertahun-tahun Kak Siska masih seperti dulu, nggak berpendidikan.”Rachel menghempaskan tangan Siska dengan kuat. Kemudian, dia membungkuk dan menarik Michael dan Michelle ke dalam pelukannya.Emosi Siska semakin meledak.Dia menunjuk Michelle dan berkata dengan marah, “Anakmu ini hebat sekali. Berani-beraninya dia nampar anakku
Rachel pergi ke Winata Group kali ini untuk menanamkan chip yang dia kembangkan ke dalam program produk Winata Group.Sopir mengemudikan mobil di depan, sedangkan Rachel dan dua anaknya duduk di kursi belakang.“Michael, nanti kamu sama Michelle main di ruang tunggu, ya. Kalau Mama sudah selesai kerja, Mama akan bawa kalian pulang, oke?”Michael mengangguk, “Mama, aku nggak akan biarkan Michelle diganggu. Mama kerja saja dengan tenang.”“Pintar sekali anak Mama.”Rachel mengelus kepala Michael, lalu dia mencium wajah putrinya.Wajah cantik gadis kecil itu begitu lembut, seperti permen kapas. Rachel tidak tahan untuk tidak mencubitnya.“Mama, kenapa Mama diam-diam ganggu Michelle?!”Michael cepat-cepat bicara untuk menghentikan ibunya.Rachel merasa sedikit bersalah, “Ehem, Michelle benar-benar sangat imut dan menggemaskan. Mama nggak tahan ....”Tiba-tiba, mobil direm mendadak.Tiga orang yang duduk di kursi belakang langsung tertarik ke depan pada saat bersamaan.Kemudian, terdengar b
Rachel yakin seratus persen kalau pria itu adalah Ronald.Namun, kenapa pria itu menyangkalnya?Rachel mengingat kembali kejadian barusan. Kemudian, wajahnya menjadi muram.Jangan-jangan Ronald mengira Rachel sengaja menggunakan Michelle untuk mendekatinya?Bisa tidak jadi orang tidak usah senarsis itu?Rachel memutar bola matanya dengan sangat anggun.Rachel menunduk untuk menatap putri dalam gendongannya, lalu dia mendapati mata besar Michelle masih menatap lekat mobil Ronald yang sudah pergi jauh.Rachel terkejut dan spontan bertanya, “Michelle, kamu kenal orang itu?”Namun, gadis kecil itu tidak menanggapi pertanyaannya.Sampai mobil itu telah menghilang di jalan, Michelle baru mengalihkan pandangannya dan memeluk leher Rachel dengan patuh.Rachel melihat ke punggung telapak tangan sopirnya dan merasa sangat bersalah, “Maaf, Pak. Michelle kadang bisa gigit orang kalau lagi panik. Kita ke rumah sakit obati dulu, ya ....”Sopir itu malah mengibaskan tangannya dan berkata, “Sangat waj
Pintu ruang tamu terbuka.Seorang perempuan mengenakan setelan jas dengan perpaduan warna pink dan putih perlahan-lahan berjalan masuk ke dalam ruangan.Rambut hitam perempuan itu disisir ke belakang dengan rapi. Wajahnya dibubuhi dengan riasan tipis. Alis yang panjang serta bibir yang merah merona membuat wajahnya terlihat semakin cantik. “Winata Group kalian ini semakin lama semakin berlagak, bisa-bisanya kalian acuhkan rekan kerja sama selama hampir setengah jam–”Shania langsung menoleh ketika mendengar ada yang datang. Dia pun menyindir dengan sinis, lalu suaranya tiba-tiba berhenti.Shania melihat ke arah perempuan yang baru datang itu. Seketika, matanya terpaku pada wajah perempuan itu.Alis, mata, bahkan garis wajah perempuan itu sama persis dengan Rachel.Mustahil.Bukankah Rachel sudah meninggal empat tahun yang lalu?Rachel tidak mati dalam kebakaran, dia bunuh diri dengan melompat ke sungai.Mengapa ... mengapa Rachel bisa tiba-tiba muncul di depannya?“Ka-kamu manusia ata
Rachel kembali dalam kondisi masih hidup. Shania telah melupakan tujuannya datang ke Winata Group.Perempuan itu akhirnya meninggalkan Winata Group dengan panik.Di ruang tunggu lantai pertama, mata Michael tertuju pada punggung Shania.Michael tahu perempuan itu adalah adik tiri ibunya. Empat tahun yang lalu, perempuan itu yang memaksa ibunya untuk pergi ke luar negeri.Apakah Shania pewaris keluarga Hutomo?Huh, Michael tersenyum meremehkan.Setelah itu, Michael mengalihkan pandangannya dan melihat ada sebuah komputer di ruang tunggu. Kemudian, dia berjalan ke depan komputer itu.Sedangkan Michelle duduk di karpet sibuk membaca buku bergambar. Dia sama sekali tidak memperhatikan ke mana kakaknya pergi. Gadis kecil itu benar-benar tenggelam dalam dunianya sendiri.Michael menyalakan komputer. Meskipun konfigurasi perangkat komputer itu agak rendah, untuk melakukan sedikit trik sama sekali tidak masalah.Jari-jari Michael yang ramping menari cepat di atas keyboard, lalu layar komputer