Share

5. Kedatangan Tamu

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-07-12 00:53:19

Longwei mengambil napas dalam-dalam, merapikan jubahnya yang kotor dan sedikit lusuh itu.

Kekuatan baru yang mengalir dalam nadinya membuat tubuhnya terasa jauh lebih bugar dari biasanya.

Dengan langkah tenang, ia berjalan menuju pintu. Tak ada lagi langkah gontai penuh keraguan, apa lagi gemetar di tangannya. Ini adalah dirinya yang baru, yang tak akan lagi menjadi sasaran ejekan.

Begitu pintu kayu yang kusam itu terbuka, pemandangan di halaman depan langsung menyapa matanya.

Di sana, di tengah puing-puing kendi tanah liat yang berserakan—berdiri sosok Feng Liang, pangeran ketiga yang angkuh.

Dia mengenakan jubah sutra mewah berwarna biru gelap, ia tampak begitu kontras dengan lingkungan kediaman Longwei yang sederhana dan agak terabaikan.

Di kedua sisinya, dua pelayan setianya, Nie dan Lie, berdiri tegak dengan ekspresi congkak. Mereka semua menatap Feng Longwei dengan pandangan merendahkan, seolah ia adalah hama yang baru keluar dari lubangnya.

Bau air yang tumpah bercampur dengan aroma tanah basah dan sedikit bau busuk dari lumpur yang ikut terbawa, memenuhi udara.

Feng Longwei mendongak, tatapannya bertemu langsung dengan mata Feng Liang. Tidak ada lagi ketakutan di sana, hanya kekosongan yang dingin.

"Pangeran Feng Liang. Apa yang anda lakukan membuat kekacauan di kediamanku di pagi hari begini? Tidakkah ada hal yang lebih penting bagi seorang pangeran selain merusak properti orang lain?" Longwei memulai, suaranya tenang, nyaris datar, namun ada nada dingin yang terselip di sana, seperti embun beku yang menyelimuti bilah pedang.

Feng Liang tertegun. Alisnya terangkat sedikit, ekspresi angkuhnya sedikit retak. Ini bukan Feng Longwei yang ia kenal. Biasanya, Feng Longwei akan gemetaran, menunduk, dan tergagap saat berbicara dengannya.

Namun suaranya ini, dingin dan penuh otoritas, sangat tidak biasa. Bahkan ada sedikit sentuhan arogansi di dalamnya yang tak pernah ia duga bisa dimiliki oleh Feng Longwei si pengecut.

"Apa-apaan dengan nada suaramu itu?" Feng Liang akhirnya menemukan suaranya, namun ada keraguan samar yang terselip. Ia berusaha menutupi keheranannya dengan ekspresi marah. "Apakah kau terkena masalah mental setelah terjatuh di danau? Atau mungkin kau lupa posisi busukmu itu?"

Sebuah kekehan pelan keluar dari bibir Longwei, tanpa emosi, lebih mirip suara gemerisik daun kering. "Yah, itu karena dirimu melemparku ke danau hingga aku menjadi seperti ini. Apakah ada masalah? Haruskah aku berterima kasih karena telah membuatku 'berubah'?"

Ia melangkah maju, perlahan namun pasti, melintasi pecahan gentong. Setiap langkahnya terasa mantap, memancarkan aura kepercayaan diri yang tak terbantahkan. Ia mendekati Feng Liang, mengurangi jarak di antara mereka hingga hanya tersisa beberapa kaki.

Feng Liang, tanpa sadar, melangkah mundur satu langkah. Seolah insting primitif membisikkan ada bahaya yang mendekat.

Perubahan pada Feng Longwei begitu nyata, mengancam, hingga membuat bulu kuduknya merinding tanpa sadar. Namun, sebelum ia sempat bereaksi lebih jauh, kedua pelayannya yang setia, Nie dan Lie, segera melangkah maju, melindungi tuan mereka.

"Dasar sampah tak berguna!" seru Nie, yang bertubuh kekar, nadanya penuh kemarahan. "Beraninya kamu berbicara begitu sombong di hadapan Pangeran Ketiga! Ketahui posisimu!"

Ia meludah ke samping, menunjukkan penghinaan.

"Benar!" timpal Lie, yang lebih kurus namun tak kalah lancang. "Orang yang tak tahu tatakrama harus dihukum! Mungkin harus dilempar ke danau lagi agar otaknya sedikit jernih!"

Seringai sinis terukir di wajah Longwei. Matanya berkilat tajam, laksana kilat di langit malam. "Posisiku? Tatakrama?" ulangnya dengan nada getir, kata-kata itu diucapkannya perlahan, penuh penekanan.

"Sejak kapan pelayan rendahan seperti kalian berani berkata seperti itu di hadapan seorang pangeran? ... Dalam diriku terdapat darah kaisar yang mengalir. Menghinaku berarti menghina kaisar saat ini. Tidakkah kalian tahu konsekuensi dari tindakan kalian?" Ia melirik tajam ke arah Nie dan Lie.

Seketika, kedua pelayan itu terdiam. Tenggorokan mereka tercekat oleh ludah sendiri. Wajah mereka yang semula dipenuhi kemarahan dan arogansi, kini pucat pasi, tergantikan oleh keterkejutan dan ketakutan yang jelas.

Mereka saling pandang, seolah memastikan bahwa mereka tidak salah dengar. Kata-kata Feng Longwei menohok tepat pada titik terlemah mereka: hierarki kekuasaan dan hukum kekaisaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   121. Senjata Mematikan

    Dari hutan yang gelap gulita, pasukan Dinasti Barat mulai keluar, tumpah ruah seperti gerombolan semut yang tak terhitung jumlahnya. Mereka bergerak dalam formasi teratur.Zirah perak berat mereka memantulkan cahaya redup bulan yang terhalang awan dan obor yang berkobar tertiup angin.Awalnya, mereka sudah sepenuhnya percaya akan memenangkan perang dengan mudah malam ini. Mereka membayangkan kamp Dinasti Yan terlelap dalam ilusi, menunggu wakt dibantai.Namun, apa yang menunggu mereka di kejauhan adalah pemandangan yang membuat langkah mereka melambat: deretan prajurit Dinasti Yan yang berbaris rapi, siap bertempur, tombak mereka mengarah tajam ke depan, dan bendera kekaisaran berkibar tegas."Apa-apaan ini?! Kata si penyihir itu mereka sudah menggunakan mantra khusus agar musuh melemah. Tapi lihat mereka, adakah satu yang tampak kelelahan di sana?" ucap seorang prajurit Dinasti Barat, suaranya dipenuhi kebingungan.Komandan mereka, Jenderal Zoldan, seorang pria bertubuh kekar dengan

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   120. Perang Dimulai

    Feng Longwei melangkah keluar dari tenda komando, dan pemandangan yang menyambutnya membuatnya mengatupkan gigi. Hampir semua prajurit di kamp utama, yang berjumlah ribuan, tergeletak di atas tanah atau di dalam barak mereka, tertidur pulas. Senjata mereka terlepas, dan kobaran api unggun redup tanpa ada yang merawatnya."Apa yang terjadi di sini?! Kenapa kalian semua tidur di saat seperti ini?!" suara menggelegar Feng Yunqu, terdengar dari arah samping. Ia baru saja keluar dari baraknya, matanya penuh keterkejutan dan kemarahan.Namun, tak satupun prajurit yang ia bentak terbangun. Feng Yunqu mengerutkan kening. Instingnya segera memberitahu bahwa ada sesuatu yang tidak wajar. Ia menoleh cepat ke arah Feng Longwei, satu-satunya sosok yang masih berdiri tegak dan sepenuhnya waspada."Adik keenam?" gumam Feng Yunqu lirih."Mereka terkena ilusi dari sihir gelap," ucap Feng Longwei dengan tenang. "Tampaknya Dark Sorcerers Dinasti Barat sudah mulai bergerak. Mereka menggunakan sihir untu

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   119. Melodi Kematian

    Di tengah malam yang gelap gulita, hawa dingin menusuk tulang melingkupi perbatasan Provinsi Shutian. Angin berhembus pelan, membawa serta rasa kantuk yang berat bagi para prajurit patroli Dinasti Yan.Suara dedaunan kering dan ranting pohon yang bergesekan di hutan menciptakan irama gemerincik yang menegangkan. Namun, di dalam suara alam yang tenang itu, tak seorang pun menyadari irama sunyi yang terselip, sebuah melodi yang lembut namun berbahaya, merayu jiwa dan menjatuhkan kesadaran.Irama melodi itu kian terdengar semakin mendekat, menyusup perlahan melalui celah-celah pepohonan di hutan yang gelap.Dari laut yang luas di balik hutan perbatasan, kapal-kapal perang yang tak terhitung jumlahnya mulai berlabuh di tepi pantai. Kapal-kapal itu bergerak tanpa suara, layaknya armada hantu, memanfaatkan kabut malam dan irama mematikan untuk menutupi jejak mereka.Dari kapal-kapal perang itu, satu per satu sosok berzirah besi turun, melangkah melewati hutan. Langkah mereka terkoordinasi,

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   118. Ketegasan

    Semua orang terdiam, bahkan Feng Liang, tertegun. Rahangnya terkatup rapat karena rasa kesal yang memuncak. Amarah dan rasa malu karena dipermalukan di depan prajuritnya sendiri membuat matanya memerah. Ia membanting sisa-sisa cangkir minumannya ke tanah."Feng Longwei. Kau sudah mulai berani, huh?" desis Feng Liang, tatapannya tajam dan mematikan. Ia melangkah mendekat. "Apa kau pikir dirimu sudah cukup hebat melawanku sekarang? Setelah bergabung dengan Sekte Pedang Langit, kau jadi congkak?"Feng Longwei menjawab datar. "Pangeran seharusnya memberi contoh yang baik, bukan? Aku hanya menjalankan disiplin sesuai aturan militer. Di medan perang, kesalahan kecil bisa berakibat fatal."Feng Liang terkekeh getir mendengar jawaban itu. "Kau sudah berubah, ya. Tampaknya perlakuan baik yang kau dapatkan selama ini cukup membuatmu merasa tinggi di hadapanku. Tapi tetap saja, kau hanyalah... aib keluarga kekaisaran." ucapnya dengan nada pahit yang menusuk.Feng Liang melangkah maju sedikit, me

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   117. Menegakkan Aturan Militer

    Perang yang akan datang, meskipun dipicu oleh serangan terorganisir, tidak bisa melibatkan secara langsung kekuatan dari sekte-sekte besar di Dataran Tengah. Ini adalah masalah yang harus diselesaikan sendiri oleh Kekaisaran Dinasti Yan dengan kekuatan militer mereka. Perjanjian kuno, yang terukir sejak zaman pendirian Dinasti, menetapkan bahwa hanya mereka penduduk asli Dinasti Yan yang boleh ikut campur dalam urusan kekaisaran.Bagi Feng Longwei, putaran waktu kali ini terasa terlalu cepat. Di kehidupan sebelumnya, perang antara Dinasti Yan dan Dinasti Barat baru pecah tiga tahun di masa depan, dan itu pun dimulai sedikit lambat. Sekarang, segalanya seolah dipercepat secara drastis. Ironisnya, ia bahkan tidak tahu kapan perang berakhir di saat ia meninggal lebih dulu di masa lalu.Perang ini, dan perintah untuk turun ke medan perang, segera mengingatkannya pada bayangan pengkhianatan Feng Jinan dulu. Di kehidupan sebelumnya, ia dipaksa ke garis depan sebagai hukuman, dan akhirnya

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   116. Bendera Perang

    Melihat kedatangan sekelompok orang yang dipimpin oleh seorang Jenderal kekaisaran, Feng Longwei tidak membuang waktu. Dalam sekejap, ia mengaktifkan lapisan tipis Qi untuk mengubah penampilannya. Topeng putih polos tanpa ekspresi menutupi setengah wajahnya, dan pakaiannya yang robek serta hangus sebelumnya dengan cepat berganti dengan seragam baru berwarna biru gelap.Ia berdiri tegak di samping gundukan abu mayat Phoenix sebelumnya, menunggu kedatangan mereka. Tian Moran berdiri sedikit di belakangnya, pedang besarnya kini kembali disarungkan, menunjukkan postur seorang pengawal.Derap langkah kuda berhenti tidak jauh dari lokasi. Jenderal Shu Nian, seorang pria paruh baya dengan aura pemimpin yang kuat, bergegas turun dan melangkah maju."Permisi, Tuan," sapa Jenderal Shu Nian dengan nada hormat, menangkupkan tangan di depan dada. "Saya adalah Jenderal Shu Nian, Komandan Divisi militer Dinasti Yan yang bertugas di wilayah ini."Shu Nian menatap Feng Longwei dengan mata penuh pertan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status