Home / Urban / Kembalinya sang Prajurit Terbaik / BAB 5. HASRAT MELENYAPKAN

Share

BAB 5. HASRAT MELENYAPKAN

Author: White Phoenix
last update Last Updated: 2023-03-27 21:12:34

“Sayang, ada apa?” Ramses menghentikan sang istri ikut cam pur dalam pembicaraan penting mereka.

“Opss maaf.  Mama cuma mau ijin bawa Icha saja kok,”  jawab Mella seraya melempar senyum manja pada suaminya. Namun jelas terlihat bahwa itu hanya sandiwara saja, bukankah mereka baru saja datang.  Ramses sangat tahu isi pikiran sang istri.

Barra menanggukkan kepalanya sopan pada istri sang jenderal, sementara Marissa hanya diam saja menunggu perintah lebih lanjut.

“Ya sudah, Mama ke kamar saja deh, Icha besok sore saja temani Ibu ke salon ya, besok malam ada pertemuan dengan ibu ketua.”

Mella pun berbalik keluar dari ruangan sambil melemparkan senyum penuh arti pada Barra. Sekali lagi, Barra memberi hormat.

“Maaf  ada sedikit iklan lewat.  Kita lanjutkan lagi.  Icha tutup pintunya,”  ucap Ramses sekaligus memberi perintah pada Marissa.

Suasana kembali menjadi serius saat Ramses menyalakan laptop dang menampilkan suatu data pada layar barco yang begerak otomatis turun saat hendak digunakan.

Barra dan Marissa menyimak setiap penjelasan garis besar rencana yang terstruktur.  Untuk detail kegiatan diserahkan pada Barra.  Semua yang akan tergabung dalam tim pemukul pun akan diseleksi secara khusus oleh Barra, sang pemipin.

“Marissa biarkan di luar struktur, dia akan menjadi umpan sekaligus mata-mata kita.”  Ramses menerangkan kedudukan Marissa dalam rencana tersebut.

Barra melirik pada Marissa. Penampilan wanita itu memang cukup memadai sebagai mata-mata, tubuhnya ramping,  memiliki wajah cantik alami, terkesan lugu dengan sorot mata yang hangat dan selalu terlihat tersenyum walau sebenarnya wanita tersebut tidak tersenyum.

“Bagaimana?”  Ramses mengejutkan Barra.  Lelaki itu segera  mengalihkan pandangannya dengan kikuk, dia pun segera mengubah posisi berdirinya.

“Siap Jenderal. Kapan saya bisa bergabung di Kesatuan?”  tanya Barra mengalihkan pertanyaan Ramses.

“Senin besok,  pada saat perayaan ulang tahun kesatuan.  Marissa akan membantu semua kelengkapan  administrasimu.”

“Siap, Bapak. Dua hari sudah siap semua,”  jawab Marissa penuh keyakinan.  Tangan prajurit wanita itu tiba-tiba mengambil ponsel dan membaca pesan yang baru saja masuk.

“Dari bagian personalia melaporkan surat mutasi Kapten Barra telah terbit,”  lapor Marissa.

Selama ini status Barra disembunyikan dengan rapi, hingga diharapkan sudah tidak ada yang menyadari jika sosok Barra pernah diberitakan sudah meninggal.

“Sempurna.”

“Siap Jenderal, sudah malam, saya ijin kembali.”  Barra hendak berbalik,

“Tunggu.  Tinggalah di sini, ada banyak kamar di rumah belakang.”

Barra tidak punya alasan menolak. Memang benar dia sangat membutuhkan rumah yang layak disebut sebagai tempat tinggal, sebab selama ini hanya kamar kost petakan di sebuah gang sempit menjadi atap bernaung dari panas dan hujan.

Barra tampak sedikit bimbang, namun Ramses meyakinkan bahwa ini untuk memudahkan mereka mengatur strategi dan berdiskusi.

“Banyak kegiatan strategis kedepan, dan aku butuh pemikiranmu.”

“Siap Jenderal. Ijinkan saya mengembalikan kunci rumah ini, dan membersihkan rumah tersebut.”

Akhirnya Barra atau Jack memiliki semangat kembali.  Apa yang sudah pernah dia terima sebelumnya akan dia tuntut dengan caranya.  Perbuatan pengecut dengan melemparkan tanggung jawab pada orang yang tidak bersalah harus dihentikan.  Jika tidak, cepat atau lambat Negeri Darlan akan hancur.

 ***

Hari ini sesuai dengan yang direncanakan, Barra datang sebagai personel baru pada kesatuan Komando Strategi Khusus Darlan.  Dikepalai seorang Jenderal Bintang Tiga yakni Ramses Laksmana Adi, tempat berdinasnya saat ini merupakan kesatuan elit yang dimiliki oleh Darlan. Bertanggung jawab atas keselamatan Kepala Negara Darlan.

Sejak keberhasilan Ramses membebaskan sandera di daerah perbatasan oleh kelopok perompak negara asing, lelaki berusia lima puluh tahun tersebut dipercaya menjadi Panglima Komando.

Penghargaan yang diterima otomatis membuat hubungan pribadi dengan Presiden sangat dekat, dan sangat memungkinkan sebagai target untuk disingkirkan sebelum kedaulatan Presiden digulingkan. 

Untuk itulah di dalam tubuh kesatuan yang dia pimpin, Ramses masih membentuk Tim Khusus dan bersifat rahasia.

Barra berdiri gagah dengan seragam militer yang sudah setahun lamanya tidak dia kenakan.  Semua identitas diri pun tidak ada yang cacat hukum, tidak ada yang bisa menggulingkan keabsahan Barra sebagai Militer Negara Darlan.

“Hah?  Apa mataku masih normal?”  tanya seseorang yang berdiri dari kejauhan.

Diatas panggung Barra sedang diperkenalkan sebagai personel baru yang akan memegang jabatan sebagai Komandan Kompi A.

“Bukankah dia seharusnya sudah mati?”  sambut seseorang lainnya sambil berbisik.  Pemandangan yang membuat terkejut dua orang lainnya juga.

“Ya, aku jelas sekali sudah menembaknya.”

“Apa dia sejenis kucing siluman, punya nyawa sembilan?”

“Kamu ya, dalam keadaan seperti ini masih juga berhalusinasi!”  bentak seseorang tersebut sedikit marah.

Suasana di lapangan upacara ini berubah menjadi panggung prajurit, dalam rangka merayakan hari jadi kesatuan yang ke 75 tahun.  Eforia prajurit semakin antusian dengan kehadiran Ramses dan Barra di atas panggung.

Dan hal tersebut tidak berlaku bagi tiga prajurit di antaranya.

“Gawat jika The King tahu hal ini,” bisik yang lainnya lagi.

Ketiga orang tersebut mengedarkan matanya memastilkan tidak ada yang mendengar obrolan meraka.

“Hush, jangan asal bicara!  Kamu lupa di mana kita sekarang?”

“Lantas kita harus bagaimana, Bang?”  tanya salah satu dari tiga orang tersebut.

Mereka akhirnya mencari tempat yang lebih sepi dan jauh dari hiruk-pikuk eforia para prajurit.

“Apa kita habisi dulu baru kita laporan padanya?”  usul seseorang yang terlihat berpangkat di tengah-tengah.

Ya, ketiganya menggunakan pangkat kopral, sersan kepala dan sersan mayor, berdiskusi serius.  Sosok yang paling senior terlihat mengeryitkan dahinya.

“Tapi dia bisa hidup setelah malam itu, berarti dia sudah mengantisipasi sebelumnya.”

Celetukan dari Kopral semakin membuat  panas hati sang sersan mayor.  Kehadiran Barra seakan mengejek kemampuannya dalam melenyapkan musuh.  Jiwanya meronta, hingga deru napasnya terdengar kasar.

Tangannya mengepal dan sorot matanya kini menatap ke arah sosok yang baru saja turun dari panggung.  Melihat Barra melangkah penuh wibawa di sana semakin membuat gemeretak giginya  semakin kuat.

“Kita harus buat rencana lagi sebelum The King tahu hal ini.  Bisa hancur reputasiku di matanya,”  ucapnya penuh tekanan jahat.

“Dia sudah punya pasukan sekarang, Bang.”

Ucapan dari sang sersan segera membuatnya mendapat tatapan tajam, seketika menciut nyalinya.  Seperti ungkapan jangan mengganggu anjing yang sedang marah, kalau tidak ingin digigit.

“Kamu ingin mencoba kemampuanku?”  nada ancaman pun terdengar galak.

Kedua junior itu pun terdiam.

“Jangan ada yang melapor pada The King.  Aku akan mencari waktu untuk membuat dia hilang tanpa kembali lagi.”

Sang Sersan Mayor menatap kedua bawahannya dengan tajam.  Dalam pikirannya saat ini adalah hasrat untuk bergerak cepat, mengantisipasi atasannya kecewa melihat targetnya ternyata masih hidup.

“Jika hal ini bocor, kalian berdua yang aku lenyapakan!”  ancam sang Sersan Mayor sebelum dia melangkah pergi meninggalkan lapangan walau acara hiburan masih berlangsung.

Kepergian ketiga orang tersebut membuat seseorang tersenyum licik dari balik tempatnya berdiri. 

“Hmm, menarik.”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anggia Savitri
Wah siapa neh... penasaran kak.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalinya sang Prajurit Terbaik   BAB 33. MULAI BERGERAK

    “Apa yang sedang kamu lakukan?”Rangga terperanjat ketika tiba-tiba suara bariton khas milik Barra terdengar dari belakang tubuhnya. Lelaki muda itu masih mengawasi kepergian Mella dan Marissa, bersamaan dengan Suster yang sedang menggendong bayi mungil melambaikan tangan seperti hal yang sering dilakukan oleh anak kecil melepas ibu dan neneknya pergi.“Siap tidak ada, Kapt,” ujar Rangga sedikit canggung. Raut wajahnya melukiskan kesan tidak nyaman bertemu dengan pria yang selalu berwajah masam padanya.“Jika kamu berpikiran jahat padanya, enyahkan jauh-jauh sebelum kamu lakukan!”Tatapan yang tajam terasa seperti mengiris iris mata Rangga. Barra memang sedang mengancamnya. Rangga hanya bisa menelan air liurnya saja.“Jenderal Ramses masih memberikan kesempatan padamu, tetapi aku tidak. Aku akan percaya jika kamu membuktikan dengan perbuatan dan bukan rekayasa. Ingat feelingku akan mengetahui kamu sedang memainkan trik konyol atau memang tulus membela kebenaran!”Angin yang bere

  • Kembalinya sang Prajurit Terbaik   BAB 32. TUNTUTAN YANG SEHARUSNYA

    Dua pekan berlalu. Sepanjang waktu yang seakan landai digunakan oleh Barra untuk berunding dengan tim kuasa hukum militernya. Sebab target dari pembunuhan suami pertama Marissa adalah keluarga atau kerabat dari anggota Militer Darlan.Berbeda dengan sang suami, Marissa tetap menjalankan tugasnya sebagai pengawal pribadi Mella dan saat ini akan menghadiri acara istri petinggi militer Darlan.“Ada acara kemana?” tanya Barra saat melihat istrinya sudah mengenakan baju dinas safarinya.Marissa merapikan sedikit anak rambut yang keluar dari sanggulnya, kemudian merapikan riasan yang natural pada wajah cantiknya.“Iya, Ibu ada acara pertemuan arisan di wisma anyelir.”“Wisma anyelir?”“Gedung pertemuan di sebelah kantor Panglima Tertinggi.”“Hati-hati,” pesan Barra seraya membetulkan kerah baju Marissa.Rutinitas yang mulai disukai oleh Barra, sebagai pasangan sah Marissa. Kebahagiannya adalah dapat memberikan perhatian disela kesibukkannya sebagai anggota militer yang penuh dengan ris

  • Kembalinya sang Prajurit Terbaik   BAB 31. AKU PANTANG DIKALAHKAN

    Pertanyaan Marissa hanya ditanggapi dengan tatapan Barra. Lelaki itu mengerutkan dahinya seraya mengeraskan rahang, terlihat jelas jika dirinya sedang memikirkan sesuatu.Drrt, drrt.Getaran ponsel yang ada di atas nakas mengalihkan perhatian Barra. Dengan satu jangkauan tangannya yang panjang, benda pipih tersebut sudah berpindah tempat. Sebuah pesan masuk dan terbaca sepintas oleh mata Marissa.‘Rencana berhasil’ demikian sepotong penggalan pesan.Barra membaca dan kemudian menghapus pesan tersebut.“Mengapa dihapus? Rencana apa?” tanya Marissa.Barra terdiam, dan kembali pada posisi sebelumnya memandang Marissa dengan tatapan yang sulit diartikan oleh wanita itu.“Ada apa?”“Adik sudah siap?” akhirnya Barra bersuara.“Si – siap apa, Bang?” suara Marissa tergagap. Tatapannya sontak kebawah kemudian menatap Barra lalu beralih lagi ke arah tidak menentu.“Dik? Ada apa? Sudah siap kah?” ulang Barra bingung.“Eh – eh,” gumam Marissa lirih. Tidak tahu bagaimana wajahnya sek

  • Kembalinya sang Prajurit Terbaik   BAB 30. KEKECEWAAN MARISSA

    Brak.Pintu tiba-tiba terbuka, Marissa berdiri di depannya seraya menatap ke dalam. Tepatnya pada Rangga, wajah wanita yang mempunyai hubungan personal sangat dekat itu memancarkan sorot kekecewaan. Langkah kaki perlahan mendekat, tanpa bicara Marissa berdiri tepat berjarak satu jengkal lengannya.Plak!Tamparan keras tak pelak mendarat di wajah Rangga. Lelaki itu terkejut, demikian juga Barra.“Icha –““Salah apa aku padamu, Rang? Tega kamu mau mencelakakanku. Kalau aku naik mobil yang salah seharusnya kamu datangi aku, bukan kau biarkan saja.” Marissa tidak menghiraukan ucapan Barra, serentetan kalimat terlontar dengan emosi jiwa.Ruangan kerja Ramses yang mempunyai dua pendingin udara sepertinya tidak mampu mendinginkan suasana hati Marissa. Tangannya masih mengepal dan bibirnya sedikit terbuka, hingga barisan gigi yang terkatup rapat terlihat.“Mbak, maafkan aku. Aku terpaksa!”“Kita selalu bahas rencana ini berdua, apa kau ceritakan semua rencanaku pada mereka!” ucap Mar

  • Kembalinya sang Prajurit Terbaik   BAB 29. PENJELASAN DAN ATUR RENCANA

    “Apa maksudnya?” Ramses yang mengikuti langkah Barra terhenyak dengan tuduhan menantunya.Ya Barra sudah resmi sekarang sebagai suami Marissa sesugguhnya. Ketika semua sudah pergi, sepertinya Barra menepati janjinya. Mulai menyerang lawannya, tetapi Ramses heran mengapa dalam rumahnya ada penyusup. Dan orang itu mengapa harus Rangga.Barra tidak langsung menjawab. Dengan gayanya yang elegan, lelaki itu berbalik badan menghadap Ramses dan kemudian kepalanya menoleh ke arah Rangga.“Itu yang sedang aku tanyakan padanya. Pada hari Icha masuk dalam mobil yang salah, sebenarnya dia sudah tahu. Aku sudah memeriksa CCTV dari sekitar tempat dimana mobilku dan mobil target parkir bersebelahan.”Ramses, Danu, Mella, bahkan Marissa terkejut mendengar penjelasan Barra. Terlebih Marissa, dalam benaknya ingin menyangkal pendapat lelaki tersebut, namun ketika Barra mengatakan berdasarkan bukti rekaman CCTV dia jadi dilema.“Apa benar itu Rang?” tanya Marissa.Matanya masih terlihat sayu, me

  • Kembalinya sang Prajurit Terbaik   BAB 28. KAMU KOMPLOTANNYA

    Ternyata bukan sekedar kegilaan ucapan saja, esok harinya Barra menghadap Ramses dan juga Mella mengemukakan keinginannya untuk menikah secara resmi.Alasan yang digunakan oleh lelaki itu, untuk melindungi Marissa secara penuh dan juga keberadaan bayi yang diadopsi oleh mereka.“Memang benar sekali kabar tentangmu yang pandai negosiasi, berdebat dan juga melumpuhkan lawan.”Ramses tertawa, sementara Mella sudah heboh sendiri bersama si kecil.“Oma sih Yes!” serunya.“Bukankah secara administrasi sudah kalian lakukan jauh hari,” balas Barra sedikit sarkas membuat Ramses semakin tertawa lepas.“Aku bangga dengan satria muda seperti ini, kuharap setelah rencana awalmu kupenuhi segera selesaikan misi kita sebelum pesta demokrasi tahun depan.”“Yes Sir!”“Ya sudah kapan kalian akan melangsung-““Hari ini.” Barra memotong kalimat Mella.Wanita itu terkejut nyaris melupakan ada manusia kecil dalam gendongannya.“Lihat kan dia sudah tergila-gila pada anak perempuanmu,” goda Ramses.Barra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status