Share

Bab 2

Author: Lintang
Suara Arlo Hanasta di ujung telepon terdengar sangat terkejut. "Kamu mau cerai? Kenapa begitu mendadak? Kamu bertengkar dengan Raven ya?"

Serena menggenggam ponsel dengan erat dan menyahut dengan lesu, "Nggak. Aku tiba-tiba lelah, jadi aku nggak mau hidup bersama Raven lagi."

Selama tujuh tahun ini, Serena terbiasa memberi tahu kabar baik dan tidak pernah memberi tahu kabar buruk kepada Arlo. Mungkin karena ingin menunjukkan hidupnya sangat bahagia.

Biarpun sikap Raven kepadanya sangat dingin dan mendidik putranya yang nakal sangat melelahkan, Serena juga tidak pernah mengeluh kepada Arlo. Jadi, wajar saja jika Arlo terkejut.

Mungkin kakak beradik sehati. Arlo terdiam untuk waktu yang lama setelah mendengar perkataan Serena. Dia tidak menanyakan alasan Serena cerai lagi.

Arlo berkata, "Oke. Kapan kamu pulang? Nanti aku yang jemput kamu dan anakmu."

Serena berjeda sejenak sebelum membalas, "Miles tinggal dengan Raven. Aku nggak bawa dia."

Arlo terkesiap. Dia menimpali, "Kamu rela? Nggak usah takut, Rena. Kalau kamu sudah bertekad cerai, aku bantu kamu rebut hak asuh anak."

"Nggak usah lagi, Kak. Setelah membereskan urusanku di sini, aku hubungi kamu lagi," ujar Serena. Dia takut Arlo bertanya lagi. Jari tangan Serena gemetaran, dia berusaha keras untuk mengakhiri panggilan telepon.

Serena duduk di sofa. Sekujur tubuhnya lemas. Setelah mempunyai anak, Serena tidak pernah berpikiran untuk berpisah dengan Raven. Bagaimanapun, dia tidak menyangka orang yang menghancurkan harapan terakhirnya adalah anaknya.

Serena mengatakan dia mau membereskan urusan di sini. Sebenarnya dia tidak perlu membereskan apa pun. Akta nikahnya palsu dan dia juga tidak masuk ke dalam kartu Keluarga Gunawan.

Serena hanya perlu membereskan koper sebelum pergi. Setelah itu, dia bisa memutuskan hubungan dengan Raven dan Miles.

Serena menenangkan dirinya, lalu naik ke lantai atas untuk membereskan koper. Tiba-tiba, pintu kamar dibuka.

Miles masuk ke kamar dengan membawa mainan. Melihat Serena membereskan pakaiannya, Miles terkejut. Dia bertanya, "Kenapa Mama bereskan koper? Mama mau pergi ke mana?"

Serena berbalik dan melihat Miles. Jelas-jelas Miles adalah darah dagingnya, tetapi Serena malah merasa asing dengan Miles.

"Aku mau pergi jauh," jawab Serena.

Ekspresi Miles langsung terlihat senang. Dia berseru, "Benaran? Kapan Mama pergi?"

Anak kecil tidak pandai menyembunyikan perasaan mereka. Nada bicara Miles terdengar antusias.

Serena merasa kecewa. Dia menyahut, "Aku akan pergi dalam beberapa hari ini. Aku akan pergi sangat lama."

Miles tersenyum makin lebar dan membalas, "Oke! Semoga perjalanan Mama lancar!"

Miles berjalan ke luar seraya melompat kegirangan. Dia ingin menelepon Lumi untuk memberitahunya kabar baik ini.

Melihat sosok Miles, Serena mengernyit. Dia yang tidak bisa menahan dirinya mengingatkan, "Sudah jam 7 lewat. Tugasmu ...."

Miles yang tidak tahan menyergah, "Aduh, menyebalkan sekali! Bukannya biasanya kamu temani aku kerjakan tugas jam 8 malam? Sekarang baru jam berapa? Jangan desak aku!"

Serena mengatupkan bibirnya, lalu mentertawakan dirinya sendiri dan menanggapi, "Maaf. Ini terakhir kalinya aku ingatkan kamu."

Miles merasa hari ini sikap ibunya agak aneh. Dulu Serena pasti mengomel besok guru akan memeriksa tugas Miles. Lebih baik kalau Miles selesaikan tugas secepatnya, jadi dia bisa tidur lebih awal.

Miles tidak peduli. Bahkan dia juga merajuk saat pergi. Miles membanting pintu dengan kuat.

Serena berjalan ke depan meja, lalu mengeluarkan buku referensi yang biasanya dia pakai untuk mengajar Miles dan meletakkannya di samping meja. Poin penting di semua buku ditandai oleh Serena. Bahkan dia juga menandai soal untuk murid SD kelas satu.

Raven tidak pernah mengurus semua ini. Serena yang memikul semua tanggung jawab untuk mendidik anak, tetapi anaknya malah menganggapnya menyebalkan.

Serena mendidik Miles sepenuh hati selama enam tahun sehingga Miles memiliki prestasi yang sangat menonjol. Miles mahir memainkan piano dan gitar. Tubuhnya sangat sehat, jadi dia jarang sakit.

Semua pengorbanan Serena tidak bisa menandingi beberapa mainan dari Lumi dan kebebasan selama beberapa hari. Air mata Serena menetes.

Serena langsung menyeka air matanya. Dia membereskan semua barang Miles, lalu menyusunnya dan menempelkan label pada barang-barang itu.

Pada pukul 8 malam, Serena tidak pergi ke kamar sebelah untuk menyuruh Miles mengerjakan tugas. Miles sangat senang. Dia mengira Serena lupa waktu, jadi dia main gim di kamar dengan tenang.

Setelah bermain sampai kelelahan, Miles tanpa sadar tertidur di kasur. Kepala pelayan mengira Serena sedang menjaga Miles. Itulah sebabnya dia tidak naik ke lantai atas untuk melihat kondisi Miles.

Pada pukul 9 lewat, Raven pulang dari kantor. Tangan Serena bergetar saat mendengar suara pintu dibuka. Dia mengirim pesan yang baru diketiknya kepada dokter.

[ Dokter, maaf. Dokter nggak usah bantu aku atur jadwal operasi lagi. Aku memutuskan untuk memilih terapi konservatif dan berobat di rumah sakit luar negeri. ]

Raven yang baru masuk melihat meja di ruang makan. Mejanya kosong, tidak ada mie rebus yang disiapkan Serena setiap hari.

Raven sering lembur dan pola makannya tidak teratur, jadi dia punya penyakit lambung. Setiap malam, Serena pasti memasak mie rebus untuk Raven.

Tatapan Raven terlihat bingung. Saat memandang Serena, tatapannya menjadi lembut. Dia bertanya, "Mana mie rebus malam ini?"

Serena berbalik. Dia melihat Raven dan menjawab dengan tenang, "Aku nggak enak badan, jadi aku nggak masak."

Raven sedang menarik dasinya. Mendengar jawaban Serena, jari-jari Raven berhenti bergerak. Dia menanggapi, "Apa belakangan ini kamu panas dalam? Kamu sering mimisan dan wajahmu lebih pucat dari biasanya."

Raven menambahkan, "Kalau nggak, aku cari dua pembantu lagi. Kamu selalu turun tangan sendiri untuk mengurus semuanya. Kamu pasti lelah."

Raven meletakkan barang yang dibawanya di depan Serena. Telapak tangannya yang hangat dan kering ditempelkan ke dahi Serena.

Serena membiarkan Raven menyentuhnya. Dia tiba-tiba teringat sebelum kejadian tak terduga malam itu, Raven selalu bersikap cuek pada Serena.

Kemudian, Raven yang berada di bawah pengaruh obat bagaikan binatang buas yang baru bangun malam itu. Dia menyiksa Serena sampai sekujur tubuhnya dipenuhi lebam.

Saat bangun keesokan harinya, wajah Raven yang putih memerah. Dia tampak malu, tetapi tetap berpura-pura tenang. Raven mencegat Serena dan melarangnya pergi. Dia ingin bertanggung jawab pada Serena.

Sejak saat itu, sikap Raven memang berubah drastis. Dia bersikap dingin pada orang lain, tetapi hanya perhatian pada Serena ....

Tiba-tiba, terdengar suara Raven dari atas kepala Serena. "Kamu nggak demam. Kenapa wajahmu pucat sekali? Mau makan yoghurt nggak?"

Serena tersadar. Dia baru melihat kotak berwarna merah muda yang berisi yoghurt sakura kesukaannya. Andros terletak di barat laut. Tidak ada pohon sakura di seluruh kota. Hanya Imperial yang terkenal menjual yoghurt sakura setiap hari Rabu dalam jumlah terbatas.

Lima tahun yang lalu, Serena pernah memakan yoghurt sakura itu dan tidak pernah melupakannya. Sejak saat itu, Raven akan membeli sendiri yoghurt sakura itu setiap hari Rabu. Dia tidak pernah berhenti membeli yoghurt sakura itu selama 5 tahun ini.

Serena sangat tersentuh. Dia merasa sikap Raven memang dingin, tetapi Raven tetap memperhatikannya.

Sekarang sepertinya Serena salah paham. Raven memang rutin membeli yoghurt untuk Serena biarpun ada halangan, tetapi itu tidak ada apa-apanya. Bahkan pernikahan mereka saja palsu. Tatapan Serena makin muram.

Melihat Serena bergeming, Raven bertanya, "Kamu nggak mau makan?"

Serena yang tersadar menjawab, "Nggak selera makan."

Saat hendak bertanya lagi, Raven kebetulan melihat tas di sudut sofa. Ritsleting tas terbuka dan hasil pemeriksaan terlihat.

Raven tampak terkejut. Dia bertanya, "Kamu sudah periksa di rumah sakit?"

Raven hendak mengambil hasil pemeriksaan itu. Namun, ujung pakaiannya ditarik Serena.

Serena tersenyum sebelum menyahut, "Aku baik-baik saja. Cuma panas dalam."

Raven merasa lega. Dia mengusap kepala Serena dan berucap, "Aku suruh pembantu masak sup herbal untukmu."

Serena mengepalkan tangannya dengan erat, lalu bertanya kepada Raven, "Raven, kalau suatu hari aku divonis mengidap penyakit akut, apa yang akan kamu lakukan?"

Langkah Raven terhenti. Dia tiba-tiba merasa panik. Raven menanggapi seraya mengernyit, "Jangan bicarakan hal yang buruk seperti itu dan jangan berpikiran yang tidak-tidak. Kalau nggak enak badan, aku bawa kamu cari dokter. Kamu nggak mungkin mengidap penyakit akut."

Ekspresi Serena berubah. Dia berkata, "Selama kita nikah 7 tahun, ada yang kamu sembunyikan dariku nggak? Kalau kamu bilang sekarang, aku bisa terima semuanya."

Tubuh Raven menegang. Dia membalas dengan ekspresi muram, "Aku nggak menyembunyikan apa pun darimu. Sebenarnya kamu kenapa?"

Serena mengerjap, lalu mengalihkan pandangannya dan menyahut, "Aku nggak apa-apa. Mungkin karena belakangan ini aku sering berpikiran yang tidak-tidak. Pokoknya, aku nggak suka dibohongi. Kalau kamu membohongiku, aku akan menghilang dan kita sekeluarga nggak mungkin bisa berkumpul lagi selamanya."

Raven tertegun. Entah kenapa, dia tiba-tiba mempunyai firasat buruk seolah-olah masalah besar akan terjadi.

Raven tersenyum, lalu menimpali dengan tatapan yang lembut, "Rena, kita sekeluarga nggak akan berpisah selamanya. Jangan bicara sembarangan. Aku mau lihat Miles dulu."

Raven masuk ke kamar Miles dan menutup pintu dengan rapat. Serena benar-benar kecewa. Sekarang dia tidak perlu merasa tidak rela lagi.

Serena mengeluarkan kunci mobil dan rumah yang sudah disiapkannya, juga selembar surat perpisahan.

Mereka tidak menikah, jadi tidak perlu mengurus akta cerai atau menandatangani surat perjanjian perceraian. Apalagi mengurus pembagian harta.

Raven membelikan rumah ini dan mobil Rolls-Royce di garasi untuk Serena. Sekarang Serena mengembalikan semuanya kepada Raven. Mereka berdua sama sekali tidak berhubungan lagi.

Serena meletakkan kunci dan surat di atas meja kerja Raven. Kemudian, dia menarik koper yang sudah disiapkannya dan keluar dari rumah. Sosok Serena perlahan menghilang di tengah kegelapan malam.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 10

    Napas Serena sedikit berat, kedua tangannya juga bergetar halus. Namun, Raven justru refleks menghindar ke belakang, seakan-akan takut dia melihat sesuatu. "Rena ....""Kamu terima teleponnya dulu." Serena tidak mau lagi melihatnya.Raven mengernyit, membelakangi Serena, lalu mengangkat panggilan.Dari seberang, terdengar suara si desainer. "Pak Raven, gaya dan model awal sudah aku pastikan. Aku kirim ke email-mu, silakan dicek apa ada yang kurang sesuai."Raven merendahkan suara. "Nanti aku hubungi lagi. Lain kali jangan sembarangan telepon, aku ingin kasih kejutan untuk istriku."Begitu menutup telepon dan berbalik, Raven baru sadar Serena sudah tidak ada di tempat.Yenny buru-buru menahan Raven agar tidak pergi. "Semalam Lumi masuk rumah sakit, 'kan? Cepat ikut aku beli bingkisan untuk menjenguknya. Kalau bukan demi nenekmu waktu itu, dia juga nggak akan sampai kena sakit jantung!"Raven mengedarkan pandangan, tetap tidak menemukan Serena. Akhirnya, dia hanya bisa pergi bersama Yenn

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 9

    Orang yang berdiri di hadapan Serena saat ini adalah tantenya Raven, Yenny.Kalau Dylan, temannya Raven, masih bisa bersikap manis di depan dengan memanggilnya "Kakak Ipar" tetapi di belakang sama sekali tak menghargainya, Yenny justru berbeda. Dia sejak awal terang-terangan membenci dan memusuhi Serena.Sejak Serena menikah dengan Raven, tak pernah sekali pun dia melihat wajah ramah dari Yenny. Di belakang, Yenny bukan hanya sekali menyebutnya sebagai perempuan rendah yang merebut suami orang, naik ke atas dengan cara kotor karena hamil, hingga Raven terpaksa bertanggung jawab.Waktu itu Serena sering marah sekaligus merasa terhina. Bagaimanapun dia menjelaskan, tetap tak bisa membuat Yenny memperlakukannya dengan hormat. Namun, Yenny adalah satu-satunya keluarga Raven yang masih hidup sehingga Serena terpaksa menghormatinya.Saat itu, Serena tak mengerti mengapa Yenny selalu berbicara begitu menyakitkan. Kini, dia baru sadar, semua ucapan Yenny ternyata benar.Yang benar-benar memili

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 8

    Lumi memegangi dadanya. Tubuh ringkihnya tampak seolah-olah akan jatuh kapan saja. Raven segera menopangnya, melihat bibirnya yang sudah kehilangan warna. Dengan suara berat, dia memerintahkan, "Suruh sopir siapkan mobil!""Nggak, aku nggak perlu ke rumah sakit." Suara Lumi bergetar, seakan-akan menanggung rasa sakit yang luar biasa. Dia mengangkat pandangan ke lantai dua. Di sudut sana, tampak ujung pakaian seseorang yang terjulur keluar.Lumi pun menampilkan senyuman dingin yang nyaris tak terlihat, "Sebaiknya kamu pergi lihat Serena."Raven mengerutkan kening, ragu sejenak. Miles buru-buru berkata, "Mama nggak apa-apa. Mama cuma mual karena kurang makan, belakangan sering begitu. Tante Lumi, aku dan Papa antar kamu ke rumah sakit ya!"Mengingat dokter juga mengatakan Serena hanya panas dalam, Raven pun mengangguk ringan. "Aku antar kamu dulu ke rumah sakit."Ucapan ayah dan anak itu terdengar jelas sampai ke lantai dua. Rasa tidak nyaman di perut semakin kuat. Kali ini, Serena tidak

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 7

    Bulu mata Serena bergetar. Tadi nada bicara Lumi begitu alami, seakan-akan sedang membahas soal anak bersama suaminya.Villa Enchanted adalah tempat dia dan Raven tinggal selama tujuh tahun, tetapi dari kata-kata Lumi, terdengar seperti rumah itu adalah miliknya.Sementara Miles, dia jelas-jelas tahu yang paling Serena khawatirkan adalah dirinya, tetapi malah memakai alasan sakit untuk menipunya pulang. Hati Serena seperti jatuh ke dasar jurang es.Raut wajah Raven menegang, suaranya tanpa sadar membawa kekhawatiran. "Rena, Lumi kerja di perusahaan hanya karena ....""Jangan salah paham ya, Serena. Aku di sini hanya menggantikan sementara sekretaris Raven. Dia ada urusan keluarga, jadi aku yang bantu Raven beberapa hari." Lumi segera menyambung, lalu berjalan mendekat, meraih tangan Serena dengan akrab. "Aku serius, jangan salah paham.""Memangnya aku bilang aku salah paham?" balas Serena, lalu dengan kasar menarik tangannya kembali.Ekspresi Lumi sedikit berubah, tetapi dia segera ter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 6

    Serena terjatuh di atas ranjang empuk. Belum sempat mendorong Raven, dia sudah masuk ke pelukan yang penuh aroma kayu cendana.Itu adalah parfum pria favoritnya. Dia pernah sekadar menyebutkan dan Raven telah memakainya selama tujuh tahun.Kalau dua hari lalu, sampai mati pun Serena tidak akan percaya bahwa pernikahannya hanyalah palsu, bahwa Raven sebenarnya tidak mencintainya. Namun, sekarang ...."Tenanglah sedikit." Suara Raven lembut, tangannya menggenggam erat tangan Serena.Telapak mereka saling menempel. Dia mendekat ke leher Serena, meninggalkan jejak-jejak ciuman.Sampai tangan Raven yang panas membakar menyentuh punggungnya, Serena gemetar. Seketika, dia tersadar, lalu mendorong Raven dengan keras.Dia duduk, menahan rasa sakit di hatinya. "Aku lagi nggak enak badan."Setelah itu, Serena bangkit dan keluar, membanting pintu dengan keras. Raven pun mengerutkan alis, menatap pintu yang tertutup rapat, dan termenung.....Serena masuk ke kamar sebelah. Saat melewati ruang tamu,

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 5

    Serena yang berdiri di depan pintu menyahut, "Kamu akan tahu setelah melihatnya. Aku nggak ikut kamu pulang. Kamu pulang sendiri saja."Raven seperti tidak mendengar ucapan Serena. Dia meletakkan sepatu hak tinggi di depan Serena, lalu membujuk, "Sayang, Miles lagi tunggu kamu di rumah. Ikut aku pulang ya."Serena memalingkan wajahnya dan menanggapi, "Dia cuma menunggu alat yang bisa membantunya mengerjakan tugas. Kalau aku nggak membantunya mengerjakan tugas, malam ini orang yang dicarinya bukan aku. Cepat pergi, aku nggak akan pulang."Raven langsung berlutut dengan satu kaki di lantai dan menggenggam pergelangan kaki Serena. Celananya sedikit berkerut. Dia berucap, "Kami butuh kamu."Serena mentertawakan dirinya sendiri dan mengomentari, "Sepertinya kalian lebih membutuhkan Lumi. Hari ini semua masalah selesai begitu dia datang ke sekolah. Miles juga menuruti ucapannya."Tatapan Raven menjadi muram. Dia tertawa, lalu membalas, "Ternyata kamu cemburu karena masalah ini? Sehebat apa p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status