Share

4. Lebih Baik Cerai?!

Author: Glory Bella
last update Last Updated: 2025-01-20 12:20:24

Ranaya tertegun atas ucapan Sagara yang mengusirnya. Karena tak mau berlama-lama juga di tempat ini, ia menggiring kakinya cepat keluar ruangan.

Begitu ia menutup pintu yang ada di belakangnya, air mata Ranaya segera membludak. Kerongkongannya panas, seperti ada sesuatu yang nyaris menggelegak dari sana. Ranaya kemudian memutuskan untuk pergi ke toilet.

Lorong kantor terasa begitu sunyi. Langkah Ranaya semakin cepat, mencoba mengabaikan sejumlah pandangan aneh yang orang-orang hunjamkan ketika berpapasan dengannya. Tetapi, ia tak bisa menolak untuk tak mendengar bisikan di sekitarnya.

"Kasihan ya istrinya Pak Sagara," ujar salah seorang karyawan perempuan sambil terkikik pelan.

"Kalau aku jadi dia mending cerai aja. Udah jelas kalah saing sama Sherly, kan?" sahut yang lain tak kalah tajam.

Ranaya menggigit bibir bawah. Rupanya benar dugaannya, Sherly perempuan sama yang dibawa Sagara ke rumahnya semalam.

Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis di sana. Namun, hatinya sudah terlalu sesak.

Setibanya di toilet, ia segera mengunci diri di salah satu bilik. Bahunya terguncang, air matanya tumpah begitu saja.

"Ya Tuhan, kenapa aku harus mendengar semua ini?” lirihnya pilu. Bahunya bergetar hebat.

Ia pikir menikah dengan seseorang yang ia sukai akan membuatnya bahagia. Tetapi, apa yang terjadi justru tak pernah diinginkannya.

Siapa juga yang mau tak dianggap oleh suaminya sendiri?

Selang beberapa menit, Ranaya mengusap wajah, mencoba mengembalikan ketenangannya. Saat melangkah keluar, ia tak sengaja berpapasan dengan Sagara. Mata elang pria itu langsung memperhatikan wajah Ranaya yang sembap.

"Kenapa belum pulang juga?" tanyanya dengan nada dingin. Ia lebih memilih mengabaikan kenyataan bahwa Ranaya baru saja menangis karena sikapnya.

Ranaya menggeleng pelan. "Maaf, Mas. Setelah ini aku akan pulang," jawabnya pelan, lantas mencoba melangkah pergi.

Namun, Sagara segera meraih pergelangan tangannya. Pria itu tanpa diduga menarik Ranaya ke sisi lorong yang sepi, lalu mendorongnya ke dinding.

Tubuhnya yang tinggi dan kekar membuat Ranaya merasa terhimpit. Tatapan matanya tajam, membuat Ranaya terdiam dan tak berani menatap balik meski degup jantungnya kini menggila.

Aroma perpaduan cedar wood dan musk yang maskulin menembus hidungnya. Menciptakan perasaan Ranaya yang semakin tak karuan.

"Jangan pernah buka mulut soal apa pun yang kamu tahu," ancam Sagara dengan suara tegas dan penuh tekanan.

"Ingat, ayahmu ada di tanganku. Kalau kamu macam-macam, aku bisa saja membatalkan semua pengobatannya."

Ranaya tersentak, lalu mengangkat wajahnya. Ia menatap Sagara tak percaya.

Kali ini, ia tak ingin hanya diam.

“Mas, tolong jangan pernah bawa-bawa Bapak ke dalam urusan kita. Aku nggak akan membocorkan kelakukanmu, Mas. Tapi, aku juga nggak bakal terima kalau kesehatan Bapak kamu ikutkan begini," ucapnya dengan suara bergetar, namun matanya menatap tegas.

Sejenak Sagara terkejut mendengar keberanian Ranaya. Tetapi, ia tak mengatakan apa-apa. Hanya menatap Ranaya dalam-dalam sebelum melepaskannya begitu saja. Diam-diam tangannya terkepal erat selagi menyaksikan punggung istrinya itu menjauh.

Ranaya langsung berjalan cepat meninggalkan Sagara. Ia tahu, air matanya akan kembali jatuh jika ia bertahan lebih lama di sana.

Di dalam taksi yang membawanya pulang, Ranaya memandang keluar jendela. Hatinya terasa tercabik-cabik karena dikhianati oleh Sagara. Walau ia sendiri tahu jika pria tersebut tidak akan pernah mencintainya.

Semua kenangan masa lalu dengan Sagara kembali berputar seperti film lama yang menguras emosi.

"Kenapa juga aku masih berharap kalau Mas Sagara bakal menerimaku?" lirih Ranaya getir seraya menyandarkan kepalanya ke jendela taksi.

Ia mengingat saat pertama kali mengenal Sagara di SMA. Pria itu adalah ketua OSIS yang populer, tampan, dan cerdas. Hampir semua gadis menyukainya, termasuk Ranaya.

Saat itu, ia hanya bisa mengagumi Sagara dari kejauhan. Tak ada satu pun momen di mana Sagara menyadari keberadaannya. Bahkan ketika mereka kuliah di universitas yang sama, Sagara tetap tak pernah menoleh ke arahnya.

‘Dia terlalu sempurna untukku.’ pikir Ranaya.

Ia tahu, dirinya jauh dari kriteria perempuan yang Sagara sukai. Sagara selalu tertarik pada gadis-gadis cantik dengan rambut panjang, tubuh ramping, dan senyum menawan. Begitulah yang dapat Ranaya simpulkan dari mantan pacar Sagara dulu.

Sedangkan dirinya? Rambut pendek yang sering ia ikat asal-asalan, tubuh kurus, dan kacamata tebal yang tak pernah bisa ia lepaskan.

Bahkan dari segi ekonomi, ia sangat jauh berada di bawah keluarga Sagara. Dengan kata lain, mereka tidak setara.

Tak terasa air matanya kembali mengalir, membasahi lensa kacamata hingga pandangannya buram. Ia melepas kacamatanya dan menyeka air mata menggunakan punggung tangan.

"Kenapa aku harus menikah dengannya kalau akhirnya hanya begini? Kenapa Mas Sagara mau menerima perjodohan ini?” gumamnya lagi.

Namun, pikirannya kembali pada kenyataan bahwa ia tak bisa menyerah begitu saja. Perjodohan ini bukan semata untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk keluarganya. Terutama untuk ayahnya yang kini sedang sakit parah.

Beberapa bulan lalu, Tantri-lah yang tiba-tiba datang ke rumah dan meminta Ranaya menjadi istri anaknya. Sementara itu Sugik, ayah Ranaya, mengenal betul sosok Tantri yang merupakan langganan tetap ojek motor yang menjadi mata pencahariannya sehari-hari.

Tiba-tiba ponsel Ranaya berdering. Ia terpaksa memutus lamunannya dan lekas mengambil benda persegi panjang tersebut dari dalam tas.

Ranaya tercenung saat melihat nama ibunya tertera di layar. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat telepon itu.

"Halo?" sahutnya dengan suara serak karena baru saja menangis.

"Ranaya, Ranaya! Bapakmu, Ran!" suara di ujung telepon terdengar panik.

Tangan Ranaya kian erat mencengkeram ponsel. Tubuhnya menegang.

“Bapak kenapa, Bu?” kejarnya cemas.

“Kondisi bapakmu kumat lagi, Ran. Bapakmu masuk rumah sakit!”

Ranaya membeku. Jantungnya berdegup kencang. Tanpa pikir panjang, ia segera memerintahkan sopir taksi untuk berbalik arah menuju rumah sakit.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   110. Penuh “R” (TAMAT)

    "Papa!”“Papa ....”“Depa bisa manggil Papa benelan, kan?”Ini adalah pertanyaan Radeva kesekian kalinya yang ia ucapkan setelah mengetahui bahwa Sagara adalah ayah kandungnya. Bahkan selama perjalanan dari Indonesia hingga negeri sakura. Sampai-sampai mereka sempat memergoki jika dalam tidur pun Radeva sering menggumamkan kata "Papa" di alam bawah sadarnya.Sagara yang tengah menggendong Radeva mengulum senyum, apalagi anak mungil itu masih menatapnya dengan mata bulat nan berbinar.Sagara mengangguk sambil mempererat pelukannya. “Bisa dong, Sayang. Kamu adalah anak Papa. Benar-benar anak Papa,” ucapnya lembut, diselingi cubitan gemas di pipi anaknya.Di sebelah mereka, Ranaya menghela napas. Suara itu—panggilan “Papa”—seolah mengguncang hatinya juga, mengaduk-aduk emosi yang selama ini ia kunci rapat. Sebagian dirinya masih tak percaya kalau momen ini nyata. Kalau mereka, akhirnya, berdiri di sini sebagai sebuah keluarga.Berikutnya pupil Ranaya membesar sewaktu matanya tertuju kepa

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   109. Ayah Om Papa!

    Ranaya menggenggam ponsel Rio lebih erat. Matanya berair. Dalam diamnya, ia sadar Sagara tidak benar-benar tinggal diam. Pria itu diam-diam bekerja di balik layar untuk membantunya.Sagara bahkan tak pernah bilang bahwa ia akan melakukan ini, pikirnya.Untuk pertama kalinya, ia merasa ada sesuatu yang hangat mengalir dalam dadanya. Perasaan campur aduk antara sakit hati, penyesalan, dan harapan. Ia memandangi layar televisi itu lama sekali, seolah tak ingin kehilangan sosok Sagara yang selama ini ia anggap sebagai pria dingin tanpa empati.Kini Ranaya tahu. Kadang cinta tidak selalu hadir dalam bentuk pelukan atau kata-kata manis. Bisa jadi wujud cinta itu adalah perjuangan dalam diam.Dan mungkin ... Sagara mencintainya lebih dari yang ia sangka."Saya tidak bisa tinggal diam melihat perusahaan kami diinjak-injak.” Suara tegas Sagara kembali membelai telinga Ranaya dan membuyarkan lamunannya. Pria itu masih berjuang dalam wawancara live yang disiarkan oleh banyak stasiun berita."Ber

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   108. Tersingkap

    Rio menutup laptopnya dan memandang Ranaya dengan sorot mata penuh percaya diri. "Bagaimana planningku tadi? Bisa kamu terima, kan?" tanyanya. Suaranya tenang tapi mengandung tekanan di dalamnya. Ranaya tidak langsung menjawab. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, lalu mengusap pelan dagunya yang tegang. Ia mencoba merangkum semua pemetaan strategi yang barusan dipaparkan Rio. Langkah demi langkah untuk memulihkan kepercayaan customer Flare & Co terdengar logis, bahkan cukup menjanjikan. Harus ia akui, temannya ini sangat jenius. Trik-trik yang dijabarkan secara detail bisa membuatnya terpukau. "Tapi ... cara itu tadi nggak bakal memengaruhi customer tempatmu bekerja, kan? Gold Mulia? Mana mungkin kamu bunuh diri dengan memihak perusahaanku?" Ranaya mengerutkan kening, menatap Rio penuh keraguan. Rio hanya mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Enggak kok, tenang. Kan Gold Mulia punya teknik sendiri nanti. Lagipula, aku juga nggak akan sepenuhnya nyebrang ke Flare & Co

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   107. Lemme Help You

    Ranaya dan Sagara langsung bergerak cepat. Dengan raut wajah panik, keduanya mendekati etalase yang kini menjadi sorotan orang banyak.“Sebentar, tenang dulu,” ucap Sagara kepada semua orang saat di dekat perempuan yang berteriak tadi. “Maaf, bolehkah saya memeriksa cincin itu?”Tangan kanan Sagara terulur sopan kepada aktris yang cukup ternama tersebut. Perempuan yang diajak bicara secara spontan melepas cincin yang tersemat di salah satu jarinya, lantas menyerahkan kepada Sagara dengan ekspresi kecewa.Sagara mengamati cincin itu dengan teliti. Mata tajamnya yang bagai elang memeriksa hingga detail. Dari setiap lekuk, permata, bahkan berlian memang menyerupai desain mereka.Tetapi … tunggu dulu. Perlahan keningnya menimbulkan kerutan. Ada yang aneh di sini.“Ini sepertinya bukan berlian kita, Ran,” gumamnya pelan dengan rahang mengeras. “Coba lihat dulu.”Tangan Sagara menyodorkan benda berkilau tersebut kepada Ranaya yang sudah pucat pasi. Kini cincin yang dimaksud sudah beralih di

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   106. Kalau Hari Itu Ada

    "Belcelai? Kayak yang dilakukan Mama dan Om Papa, dong?"Ucapan Radeva yang polos menggema di udara seperti petir di siang bolong. Sepanjang koridor apartemen itu seketika hening.Ranaya, Sagara, dan Tantri sama-sama tercekat. Tatapan mereka membeku, lantas saling bertaut satu sama lain, seperti mengandung beragam rasa yang tak mampu diutarakan masing-masing.Sagara tampak menahan napas. Ranaya kaku. Sementara itu, Tantri susah payah menelan salivanya."Eh, kita masuk aja yuk!" ajak Tantri tiba-tiba, berusaha memecah suasana yang mendadak tegang. Tangannya langsung menggamit lengan Ranaya dan Radeva sekaligus, kemudian menarik mereka ke dalam apartemen.“Nggak enak dilihatin tetangga kalau ngobrol di lorong kayak gini,” kilahnya sedikit memaksakan tawa yang tersembur samar.Mau tak mau, Ranaya dan Radeva mengikuti langkahnya. Sagara menyusul pelan dari belakang. Jujur, pikirannya masih terpaku pada celetukan anak itu tadi. Ia tak menyangka jika Radeva masih mengingat kata “bercerai” y

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   105. Mengganti Masa Emas

    [Subject: Hasil Pemeriksaan DNA antara Sdr. Sagara Wiratama dan An. Radeva Elvano AtmajaKepada Yth.Bapak Sagara Wiratamadi TempatDengan hormat,Bersama email ini, kami sampaikan hasil resmi pemeriksaan DNA yang telah dilakukan oleh Laboratorium Genetika Klinik GenLab Diagnostics terhadap sampel biologis Bapak Sagara Wiratama dan anak atas nama Radeva Elvano Atmaja.Berdasarkan analisis 24 lokus genetik yang diperiksa, diperoleh hasil kecocokan biologis 99,9999%, yang secara ilmiah menyimpulkan bahwa Sdr. Sagara Wiratama adalah ayah biologis dari An. Radeva Elvano Atmaja.Laporan lengkap dan sertifikat hasil pemeriksaan terlampir dalam bentuk PDF untuk dapat Bapak telaah lebih lanjut.Apabila Bapak membutuhkan informasi tambahan atau klarifikasi lebih lanjut terkait hasil ini, silakan menghubungi kami melalui kontak yang tersedia.Demikian kami sampaikan. Terima kasih atas kepercayaan Bapak terhadap layanan kami.Hormat kami,Dr. Antonius Setiawan, Sp.AndKepala LaboratoriumGenLab

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status