Share

Bab 8

Author: Tinta cinta
last update Last Updated: 2025-10-25 13:25:30

Di waktu yang sama namun di tempat berbeda, Zahra duduk di atas ranjang dengan pikiran yang berkelana entah ke mana. Hatinya gelisah tanpa sebab yang jelas. Sedari tadi dia tidak bisa tidur dan tiba-tiba merasa ada sesuatu yang telah terjadi.

“Ya Allah, kuharap semuanya baik-baik saja,” lirihnya.

Zahra memainkan cincin pernikahan yang melilit cantik di jari manisnya. Sejak Mas Ramdan izin pergi ke kantor, dia tidak bisa memejamkan mata walau sekejap. Hatinya waswas, seperti ada yang berbeda dari suaminya.

Biasanya, Mas Ramdan tidak pernah meninggalkan Zahra jika terjadi sesuatu seperti tadi—pingsan karena kelelahan. Tapi sekarang, setelah sadar, Ramdan malah terlihat buru-buru ingin keluar. Apalagi alasannya hanya karena urusan kantor.

Apa Mas Ramdan sudah bosan?

Apa Mas Ramdan menyembunyikan sesuatu?

Selama lima tahun pernikahan mereka, Zahra selalu menjadi prioritas suaminya. Tapi kenapa sekarang Mas Ramdan bergelagat aneh?

Baru saja Zahra mulai berpikir yang tidak-tidak, Mas Ramdan pulang.

“Loh, Sayang, kok belum tidur?”

Zahra mengamati ekspresi Ramdan. Terlihat panik, tapi berusaha ditutupi. Meski begitu, feeling seorang istri itu tajam.

Ramdan segera menghampiri Zahra yang masih duduk di ranjang. Biasanya, jika Ramdan pulang dan Zahra belum tidur, dia akan menyambutnya dengan riang. Tapi malam ini Zahra terlihat murung.

“Udah selesai urusannya, Mas?”

Sebisa mungkin Zahra mengontrol sikapnya. Dia menepis segala pikiran buruk yang berusaha mengusiknya.

“Udah kok, udah. Kamu kok belum tidur sih? Kamu itu harus banyak istirahat, Sayang. Jangan sampai kecapekan lagi.”

“Aku nggak bisa tidur.”

Ramdan menghela napas panjang. Dia menepuk pelan kepala Zahra.

“Sebentar ya, aku ganti baju tidur dulu. Habis itu aku temenin kamu.”

Zahra memandangi punggung Ramdan yang berjalan ke kamar mandi. Siluetnya masih sama, tapi entah kenapa Zahra tiba-tiba merasa gelisah.

---

Zahra tertidur di pangkuan Ramdan. Matanya terpejam, tapi otaknya berisik. Sementara Ramdan mengelus rambut Zahra, tangannya sibuk dengan ponsel.

Jujur saja, Ramdan merasa berdosa pada Zahra. Tapi dia harus bagaimana lagi? Tidak mungkin lelaki sepertinya lari dari tanggung jawab. Kalau saja malam itu dia mau mendengarkan ucapan Riska, mungkin kejadiannya tidak akan sejauh ini.

“Sayang...?”

Ramdan meletakkan ponselnya, memastikan Zahra sudah tidur atau belum. Zahra yang masih terjaga tetap diam. Lidahnya kelu untuk berucap, meski hanya satu kata.

“Aku cinta kamu, Zahra,” ucapnya sambil mencium ubun-ubun istrinya.

Ramdan memindahkan posisi Zahra dengan hati-hati, lalu berbaring membelakanginya.

“Mas... kuharap kau tidak berubah,” ucap Zahra dalam hati.

Satu tetes air matanya jatuh saat menyadari Ramdan tidur tanpa memeluknya. Padahal lima tahun ini Ramdan tak pernah melepaskan pelukan mereka saat tidur malam.

---

“Aaahhh!”

Riska menjerit histeris saat bangun pagi. Bagaimana bisa dia tidur senyenyak itu hingga waktu sudah menunjukkan pukul sembilan? Bukan lagi telat kerja namanya kalau dia tetap berangkat sekarang. Bisa-bisa dia dipecat, apalagi manajernya memang sudah tidak menyukainya.

Apa yang harus kulakukan?

Ah... Zahra!

Riska membuka daftar kontak, mencari nama Zahrana, lalu menekan tombol hijau. Ya, hanya Zahra yang bisa menjadi penyelamatnya sekarang.

Meski sudah dinikahi Ramdan, Riska tidak mau berhenti bekerja. Dia tidak ingin dianggap bergantung pada lelaki. Tidak boleh ada kesan lemah pada dirinya.

“Halo, ada apa, Ris?”

Suara Zahra terdengar lesu, tak bersemangat.

“Kamu kenapa, Ra? Kok lemes gitu?”

“Nggak apa-apa, lagi capek aja mungkin.”

“Oh gitu... Ra, aku mau minta tolong. Kamu bisa bantuin nggak?”

“Ngomong aja, Ris. Aku bakal bantuin kok.”

“Aku bangun kesiangan. Pak Romi pasti bakal marah banget. Kamu bisa izinin aku nggak masuk hari ini?”

Hening sesaat. Tak ada jawaban dari Zahra.

“Ra?”

“Boleh, tapi kamu datang ke rumah, ya? Aku pengen curhat.”

“Oke!”

Riska segera beranjak dari ranjang. Ia menatap dirinya di depan kaca sebelum membersihkan diri. Ada satu bercak merah di lehernya. Padahal tadi malam Ramdan begitu agresif, hanya saja dia tidak meninggalkan jejak cinta. Mungkin tanda ini terjadi tanpa sadar.

Bagaimana perasaan Zahra kalau melihat ini, ya?

Riska menggeleng cepat. Bagaimanapun juga, Zahra tidak bersalah. Apalagi Zahra sudah banyak membantunya selama ini. Sepertinya perbuatannya memang tidak pantas. Biarlah, Riska akan menjadi istri simpanan yang tak menunjukkan jati dirinya pada Zahra.

---

Riska memilih dress selutut berwarna soft pink, dengan detail lengan panjang dan kerah rendah. Menampilkan sisi feminin sekaligus menggoda. Rambutnya diikat separuh, sisanya tergerai, menyempurnakan penampilannya yang selalu menawan.

“Pakai ini pasti makin cantik,” gumamnya.

Kalung liontin dengan bandul merah delima kini menggantung di lehernya, menambah pesona yang Riska miliki.

“Waktunya ke rumah Zahra... atau mungkin bisa kusebut rumah suamiku,” kekehnya pelan.

Sementara itu, Zahra sedikit terusik dengan kabar Riska yang kesiangan. Setahunya, Riska orang yang teliti dan jauh dari kata ceroboh. Kesiangan bukan hal yang biasa baginya.

Apa yang dilakukan Riska semalam sampai bisa bangun siang?

Pikiran Zahra semakin kacau, apalagi kepergian Ramdan semalam masih membuatnya bertanya-tanya.

Apa ini ada sangkut pautnya? Atau hanya kebetulan belaka?

“Huft...”

Zahra menghela napas panjang. Dia tahu betul kepribadian Riska—tidak mungkin sahabatnya itu menghianati pertemanan mereka. Lagi pula, Zahra merasa tidak pernah merugikan Riska sedikit pun.

Setelah menepis pikiran-pikiran buruk, Zahra memesan makanan siap antar lewat aplikasi di ponselnya. Sebentar lagi sahabatnya datang, dan dia harus menjamunya dengan baik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Pelakor Menggoda   Bab 17

    “Ya Allah… apa kecurigaanku benar?”Zahra terisak dalam mobil, bahunya bergetar pelan. Pikiran kacau berputar tanpa arah, menusuk dada dengan rasa sakit yang tak sanggup ia jelaskan. Padahal Ramdan belum terbukti mengkhianatinya… tapi anting itu, tatapan Ramdan tadi, alasan yang terasa dipaksakan—semuanya bercampur menjadi badai yang menghimpit.“Bu… Anda baik-baik saja?” tanya Pak Ujang, supir tua yang sudah seperti keluarga sendiri. Suaranya lembut, penuh kekhawatiran.“Nggak apa-apa kok, Pak.” Zahra menyeka air matanya cepat-cepat, mencoba memaksa senyum yang tak berhasil. Ia menarik napas dalam, menahan gemuruh di dadanya. “Aku cuma… capek.”“Kita pulang sekarang, Bu?” tanya Pak Ujang hati-hati.“Nggak, Pak. Ke Café Mentari aja. Aku mau ketemu Riska.”Suaranya parau, namun tegas.Riska adalah sahabat terdekatnya—tempatnya bercerita, tempat ia mencari pelukan saat dunia terasa berantakan. Zahra butuh Riska sekarang. Butuh seseorang yang bisa menenangkannya… atau setidaknya membuatn

  • Ketika Pelakor Menggoda   Bab 16

    Zahra masuk ke ruangan suaminya. Di sana, Ramdan sudah duduk di kursi kerjanya, tersenyum begitu melihatnya muncul di ambang pintu.“Sayang, tumben banget datang?” ucap Ramdan sambil berdiri dan menghampirinya.“Iya, lagi pengin aja ke sini. Kayaknya sudah lama aku nggak mampir ke kantor,” jawab Zahra.Ramdan mengangguk, lalu keduanya berjalan menuju sofa, duduk berdampingan.“Kok tumben nggak jemput aku di lobi? Biasanya kamu turun,” tanya Zahra dengan nada penasaran yang halus, tapi cukup membuat Ramdan menegang sepersekian detik.“Eh—itu… aku lagi nyelesain laporan. Tinggal sedikit lagi tadi. Pas mau nyusul kamu, eh kamu keburu naik,” sahut Ramdan, terdengar agak tergesa.Zahra mengangguk, mencoba menerima alasan itu. Ia membuka tas dan mengeluarkan kotak bekal.“Aku masak ini buat kamu. Buat makan siang.”“Makan siang kan masih dua jam lagi, Yang.”“Ya nggak apa-apa. Biar kamu nggak usah makan di luar.”Ramdan tersenyum kecil. “Makasih, Sayang.”“Ya sudah, kamu lanjutin kerja. Aku

  • Ketika Pelakor Menggoda   Bab 15

    Ramdan membeku saat Riska mendekat. Rok mini berpadu tank top yang dikenakannya benar-benar membuat Riska terlihat terlalu indah untuk diabaikan. Kini jarak mereka hanya tinggal beberapa senti.Riska menatap intens ke dalam netra Ramdan, menguncinya dengan gaya yang jelas menggoda.“Mas, kok nggak kangen aku?” ucap Riska, suaranya rendah sebelum ia memulai mencium Ramdan lebih dulu.Ramdan tak mampu lagi berpikir apa pun. Ia terbuai oleh godaan Riska, membuatnya mengimbangi tempo ciuman yang Riska berikan.“Mmmh…”Desahan Riska membuat sisi liar Ramdan bangkit. Dengan gerakan refleks, ia membopong tubuh Riska ke sofa, menelantangkannya, lalu melanjutkan permainan panas mereka—Kringgg…Di tengah adegan yang memanas itu, ponsel Ramdan berbunyi. Keduanya yang sedang tenggelam dalam suasana intens sontak menjeda aktivitas.“Mas… lanjutin dulu…” ucap Riska terengah.“Itu telepon dari Zahra,” jawab Ramdan, kemudian melepaskan diri dari Riska.“Tapi aku hampir…” Riska menahan kata-katanya,

  • Ketika Pelakor Menggoda   Bab 14

    Hari ini Riska bangun lebih pagi dari biasanya. Ia segera bersiap dan berangkat ke kafe tempatnya bekerja.“Saya kira kamu bakal bolos lagi,” sindir Pak Romi ketika Riska tiba.“Kalau Bapak nggak suka, ya pecat saja,” jawab Riska tanpa menoleh.Pak Romi mendelik tajam. Sejak awal ia memang menyukai karakter Riska: ceria, aktif, dan menarik. Saat Riska masih rajin bekerja, pengunjung kafe tak pernah sepi. Namun belakangan, setelah Riska sering izin, pelanggan pun ikut menghilang. Pak Romi merasa rugi besar.“Kamu pikir saya nggak berani mec—” belum selesai ia bicara, Riska memotong.“Ya sudah pecat saja saya sekarang.”Nada Riska penuh muak. Ia lelah pada bosnya yang selalu mengomel seolah kehadirannya tak punya arti. Padahal setiap izin, Zahra selalu mengganti kerugian pada pihak kafe.“Baik!” bentak Pak Romi. “Mulai hari ini jangan pernah datang lagi. Kamu saya pecat!”Riska mengangguk acuh. Ia melepas celemek yang baru saja ia kenakan, lalu melemparnya ke arah bosnya.“Sekarang mana

  • Ketika Pelakor Menggoda   Bab 13

    Ramdan mengecupi Zahra tanpa henti sambil membuka pakaian yang dikenakan sang istri. Kini Zahra sudah tak mengenakan selembar pun kain. Sejenak, Ramdan terdiam, memandangi tubuh istrinya—spontan bayangan Riska terlintas di pikirannya."Ramdan, apa yang kamu pikirkan!" gerutunya dalam hati.Zahra yang kini tanpa busana segera menarik selimut, rasa malu menyergap meski di hadapan suaminya sendiri. Selama lima tahun pernikahan mereka, Zahra masih sering merasa tak percaya diri saat tubuhnya terbuka tanpa helai kain, takut kalau bentuk tubuhnya tak lagi seindah dulu."Kenapa ditutup, sayang?" tanya Ramdan sambil menyingkap selimut dan mulai menciumi setiap inci tubuh Zahra.Namun malam ini terasa berbeda. Ritme yang biasanya penuh keintiman dan sabar terasa tergesa. Bayangan Riska terus mengusik benaknya. Semalam, dia baru saja melewati sebuah adegan panas bersama wanita itu—sesuatu yang luar biasa berani, bahkan untuk dirinya."Hisap lebih kuat, Mas," suara itu terdengar jelas di telinga

  • Ketika Pelakor Menggoda   Bab 12

    Ceklek.Pintu terbuka. Seketika Ramdan tertegun, tubuhnya mematung saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu.“Riska?”...Siang tadi, sepulang dari taman kota, Riska tiba-tiba mendapat pesan dari Ramdan. Sayangnya, bukan kabar gembira, melainkan pembatalan makan malam yang sudah direncanakan.“Dih, enak aja semaunya sendiri. Pasti Mas Ramdan mau makan malam sama Zahra,” gumam Riska kesal.Meski hanya istri kedua, Riska merasa dirinya juga berhak atas Ramdan. Apalagi, Ramdan sudah lebih dulu mengajaknya. Sekarang, setelah semua bahan makanan ia beli, Ramdan seenaknya membatalkan begitu saja.Riska menutup ponsel tanpa membalas. Ia lalu meletakkan semua bahan di kulkas, kemudian memesan taksi online.“Aku bakal bikin kejutan buat kamu, Mas,” seringainya penuh rencana....Dan di sinilah Riska sekarang, berdiri di depan pintu kediaman keluarga Ramdan.“Eh, Mas Ramdan! Zahra mana, Mas?” sapa Riska ceria.“Kamu ngapain ke sini?” bisik Ramdan tak suka.Riska tak menanggapi. Ia mendoro

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status