Share

Ketupat Untuk Emak
Ketupat Untuk Emak
Penulis: Reykan Uwais

Bab 1

"Mak, doain Alif ya biar jualan salaknya abis semua, biar Alif bisa beliin Emak ketupat sama baju gamis buat lebaran, Mak," ujar Alif pada Emaknya.

Emak Alif sedang mencuci beras untuk makan saur keluarga untuknya juga Alif, anak semata wayangnya.

"Iya Lif, pasti Emak doain biar jualan salakmu laku. Aamiin," jawab Emak Alif yang sedang menanak nasi.

"Iya Mak, nanti kalau jualan salaknya abis, uangnya bisa buat bikin ketupat sama opor lebaran, Mak ..." Alif mengulangi perkataannya karena sepertinya Emak tidak terlalu fokus mendengarkan penuturan Alif barusan.

"Aamiin, tapi Mak mah nggak muluk-muluk Lif, makan sama nasi lauk tempe tahu terus dicolek sambel juga jadi. Segitunya juga udah alhamdulillah Emak mah, Lif." Imbuh Mak Alif sambil mengaduk-aduk beras di atas panci.

"Alif janji Mak, bakal beliin Mak ketupat sama opor lebaran. Lagian ini kan cuma setahun sekali Mak, idul fitri doang. Kalau idul adha kan jarang juga kita masak ketupat opor hehe," ujar Alif terkekeh.

"Kalau ada uang lebih, Alif juga janji mau beliin Emak baju gamis buat lebaran ..." tambah Alif.

Alif sedang membungkus buah salak ke dalam bungkusan jaring, ia bungkus setiap buah salak sebanyak kurang lebih setengah kilo untuk setiap satu bungkusan.

"Emak mah nggak apa-apa pake baju gamis 7 tahun yang lalu juga, toh masih bagus kok bajunya. Lagian bajunya juga cuma dipakai buat pengajian doang ..." Mak Alif menghela nafasnya dengan panjang.

Alif adalah seorang yatim, Bapaknya sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Bapak Alif meninggal dalam kecalakaan lalu lintas saat hendak mengantarkan pesanan salak pada salah seorang juragan di kampungnya.

Keluarga Alif adalah termasuk keluarga sederhana, mereka memiliki beberapa petak kebun salak yang sangat lebat buahnya, rasanya juga manis dan legit, tidak ada rasa kecut dan asam sama sekali. Buah salak dari kebun keluarga Alif adalah buah salak terenak di kampung ini.

"Kalau mau makan, sabar dulu ya, tunggu nasi mateng. Mak baru kukus nasinya," ujar Mak Alif.

Alif pun mengangguk pelan. Mak berlalu ke bagian belakang rumah.

Arif menghela nafas dalam-dalam. "Ya Allah ... semoga saja semua jualan salak Alif laku semua hari ini Ya Allah, biar bisa beliin ketupat opor sama gamis buat Emak Ya Allah ... aamiin," doa Alif dari dalam hatinya kepada Allah.

Beberapa menit kemudian, nasi pun telah matang dan telah selesai dimasak.

"Lif, makan dulu. Biar ada tenaga jualannya ..." Mak Alif menyerahkan piring berisi nasi serta tahu goreng dan sambal sebagai lauk-pauk untuk sahur.

"Makasih Mak!" Sahut Alif penuh semangat 45, ia merasa sangat sumringah.

Alif sudah terbiasa hidup sederhana, makan pun ala kadarnya. Yang penting masih bisa makan nasi, itu saja sudah menjadi rezeki yang luar biasa untuk Alif dan juga Emaknya.

Sepeninggal Bapak Alif, Alif benar-benar harus dituntut untuk menjadi seorang tulang punggung bagi keluarga kecilnya.

Mak Alif sudah tua, kini ia menginjak usia 69 tahun. Tentu saja, dalam usia seperti ini bukanlah hal mudah untuk mencari pekerjaan baginya.

Sementara Alif kini genap berusia 14 tahun. Almarhum Bapak Alif dan Emak Alif memang telat memiliki momongan. Saat almarhum Bapak Alif menikah dengan Emak Alif, mereka sama-sama baru menginjak usia 23 tahun. Dan kurang lebih selama 22 tahun, mereka baru diberi karunia momongan oleh Allah, yaitu Alif anak semata wayang mereka.

"Mak, hayu kita makan bareng ..." sahut Alif saat akan menyendokkan nasi ke dalam piring beling itu.

"Alif aja yang makan, Mak masih ada kerjaan ..." imbuh Mak alif.

"Hayuk Mak, kita makan bareng ... kita sahur bareng-bareng. Takutnya, sebentar lagi imsak lho, Mak!" sahut Alif.

"Hm ..." Mak Alif tertegun sejenak, ia seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ya udah yuk Lif. Mak makannya sedikit aja tapi ya ... kalau Alif mah makannya harus banyak ..." ujar Mak Alif.

Mak Alif mengambil piring beling, ia mulai menyendokkan sedikit nasi ke atas piringnya.

"Lif, kamu harus jadi anak yang baik dan sholeh ya, Lif! Jangan lupa doain Emak sama alamarhum bapakmu ya, Lif," ujar Emak dengan tatapan mata sendu.

"Kok gitu Mak ngomongnya?" tanya Alif keheranan.

"Hm, nggak apa-apa Lif. Lif kamu harus janji jadi Anak yang sholeh, jujur, rajin bekerja, bertanggung jawab. Pokoknya kamu harus jadi Anak yang baik ya, Lif," petuah Emak.

"Ya Mak, tenang aja Mak. In syaa Allah Alif pasti bisa menjadi apa yang seperti Emak katakan ..." timpal Alif.

"Itu kebon salak buat Alif, rumah ini juga ... walau pun rumah ini udah tua, tolong jaga rumah kenangan dari kenangan almarhum Bapakmu Lif ..." kedua netra Emak Alif mulai berkaca-kaca.

"Mak, kenapa Mak ... Mak nangis ya?" tanya Alif polos.

"Nggak kok Lif kata siapa Emak nangis, Emak cuma kelilipan Lif ..." Mak Alif menyusut kedua sudut air matanya.

"Emak kenapa Ya Allah, kok beliau hari ini banget deh, nggak kayak biasanya??" Alif bermonolog sendiri.

"Alif, Mak udah tua. Kamu harus bisa jaga diri ya Lif, jangan lupa sholat ya Lif. Ingat! Jangan pernah tinggalkan sholat sekalipun, Lif!" Emak melanjutkan ucapannya.

Sedangkan Alif hanya tertegun saat ia mendengar penuturan yang meluncur dari mulut emaknya yang sudah dihiasi dengan keriput itu.

"Apapun yang terjadi, Emak itu sayang Alif. Alif jangan lupa untuk selalu bertaqwa kepada Allah, bersholawat kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Alif jadi anak yang sholeh selalu doain Mak sama Almarhum Bapakmu, Lif ..." Emak menyunggingkan bibirnya, ia tersenyum tipis pada Alif, wajahnya Emak memancarkan cahaya.

Degh! Seketika itu juga hati Alif bergetar, ada yang lain dari ucapan serta tingkah laku Emaknya subuh ini.

"Ya Allah ... Emak kenapa sih, kok dari tadi bicaranya kayak Emak mau pergi jauh dari sini deh ?" ucap Alif membathin.

"Hm, Emak dari tadi kok ngomongnya gitu terus sih, Mak? Emangnya Emak mau kemana?" Alif mengerutkan keningnya sehingga kedua alisnya saling bertemu.

"Hm, nggak kok Lif ... Emak cuma kangen sama almarhum Bapakmu ..." Emak Alif jadi salah tingkah saat Alif bertanya perihal nasihatnya pada Alif.

"Lah, dari tadi ngomong terus, kapan kita makannya Mak ... tuh liat, udah jam setengah 4 Mak ... sebentar lagi imsak Mak ..." Alif berusaha memecah kekakuan dalam pembicaraan Alif dan Emaknya.

Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai makan sahur dengan nasi, tahu goreng serta sambal seadanya.

"Alhamdulillah ... makan kayak gini juga udah nikmat banget ya, Mak," sahut Alif penuh sumringah.

"Iya Lif, alhamdulillah ... Emak bersyukur banget punya anak sholeh kayak kamu, Lif!" Emak Alif memegang bahu kanan Alif.

"Ya udah, Mak mau cuci piring dulu ya Lif," ujar Mak.

Mak Alif membawa piring cucian bekas santap sahur mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status