Share

Bab 2

Wajahnya Emak memancarkan cahaya.

Degh!

Seketika itu juga hati Alif bergetar, ada yang lain dari ucapan serta tingkah laku Emaknya subuh ini.

"Ya Allah ... Emak kenapa sih, kok dari tadi bicaranya kayak Emak mau pergi jauh dari sini deh ?" ucap Alif membathin.

"Hm, Emak dari tadi kok ngomongnya gitu terus sih, Mak? Emangnya Emak mau kemana?" Alif mengerutkan keningnya sehingga kedua alisnya saling bertemu.

"Hm, nggak kok Lif ... Emak cuma kangen sama almarhum bapakmu ..." Emak Alif jadi salah tingkah saat ditanya perihal hal aneh yang terjdi pada dirinya.

"Lah, dari tadi ngomong terus, kapan kita makannya Mak ... tuh liat, udah jam setengah 4 Mak ... sebentar lagi imsak Mak ..." Alif berusaha memecah kekakuan dalam pembicaraan Alif dan emaknya.

Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai makan sahur dengan nasi, tahu goreng serta sambal seadanya.

"Alhamdulillah ... makan kayak gini juga udah nikmat banget ya, Mak," sahut Alif penuh sumringah.

"Iya Lif, alhamdulillah ... Emak bersyukur banget punya anak sholeh kayak kamu, Lif!" Emak Alif memegang bahu kanan Alif.

"Ya udah, Mak mau cuci piring dulu ya Lif," ujar Mak.

Mak Alif membawa piring cucian bekas santap sahur mereka.

"Eh Mak, biar sama Alif aja nyucinya Mak." Alif berusaha mengambil piring kotor dari tangan keriput Emak.

"Nggak Lif, biar Emak aja yang nyuci! Kapan lagi coba Emak bisa cuciin piring buat kamu Lif ..." imbuh Emak.

Degh!

"Kok Emak ngomong kayak gitu lagi?" batin Alif.

Emak berjalan cepat seraya membawa cucin piring kotor. Ia meninggalkan Alif yang sedang terpaku di atas dipan.

Degh!

Hati Alif kembali bergetar. "Emak ngomong apa sih? Kayaknya dari tadi ngelantur terus deh! Ah, pasti Emak emang lagi pengen nasihatin Alif aja mungkin ya!" Alif berusaha menepis semua dugaan buruk dari pikirannya.

*****

Allahu Akbar, Allahu Akbar. Adzan shubuh menggema begitu nyaring dan syahdu.

Alif segera ke kamar mandi untuk ambil air wudhu dan mengganti bajunya dengan pakaian ksusus sholat.

"Mak ... Alif sholat berjamaah di mesjid dulu ya, Mak," ucap Alif setengah berteriak.

Tak ada sahutan dari Emak. "Hm, mungkin Emak lagi di kamar mandi," pikir Alif.

Ceklek, Alif menekan handel pintu, kriett, pintu pun terbuka lebar.

"Assalaamualaikum." Sahut Alif seraya menutup pintunya kembali.

....

Sesampainya Alif di teras mesjid.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, iqomat tanda untuk melaksanakan sholat sudah dikumandangkan.

"Ya Allah, udah iqomat aja. Alif ketinggalan sholat sunah 2 rakaat sebelum sholat subuh." Lirih Alih sembari melepaskan dua sendal jepitnya yang sudah lusuh-lusuh itu.

"Allaahu Akbar." Imam sudah memulai sholat shubuh. Alif segera masuk ke dalam barisan sholat.

Tak lama kemudian, Alif pun sudah selesai melaksanakan sholat subuh. Setelah berdzikir, lantas Alif pun berdoa untuk kebaikan keluarganya di dunia dan juga akhirat.

"Ya Allah, ampunilah dosa almarhum Bapak Alif ya Allah. Bahagiakan Emak, dan juga panjangkanlah umurnya, Alif sayang banget sama Ya Allah ... Alif masih ingin sama Emak, Alif pengen banget bahagiain Emak dengan membelikan Emak ketupat opor dan juga gamus baru buat Emak lebaran nanti ya Allah ... aamiin," doa Alif dari hatinya yang paling dalam.

Setelah selesai berdoa, akhirnya Alif pun segera pulang ke rumahnya.

*****

"Mak, karna hari ini Alif udah mulai libur sekolah, Alif jualannya mulai dari shubuh ya Mak ... biar buah salaknya cepat habis, Mak. Doain semoga semua jualannya laris manis ya Mak." Alif mencium punggung tangan Emak dengan penuh rasa takzim.

"Iya Lif, pasti Emak doain yang terbaik buat Alif," sahut Emak.

"Assalaamualaikum." Alif mengangkat dua keranjang buah salak masing-masing 10 kilo dengan bahu kanannya. Berarti Alif mengangkat 20 kilo buah salak.

"Wa'alaikum salam. Ati-ati Lif, fii amanillah ..." Emak tersenyum tipis pada Alif.

"Ya ... aamiin, Mak," timpal Alif.

Alif berjalan menyusuri setiap jalanan di kampungnya, bila salaknya belum habis, maka ia akan berkeliling hingga ke kampung sebelah.

"Bismillah ... Ya Allah semoga jualan Alif hari ini laris manis hari ini Ya Allah ... Alif janji kalau semua salak ini habis. Uangnya semua mau Alif kasih buat Emak," gumam Alif.

Biasanya Alif akan menyisihkan sebagian hasil jualannya untuk ditabung jaga-jaga bila ada keperluan mendadak untuk sekolah Alif yang masih duduk di bangku sekolah kelas sepuluh.

Alif berjalan dengan penuh semangat yang menggebu-gebu di dalam hatinya. Ia menyusuri jalanan kampung yang sudah beraspal.

"Salak ... salak ... salaknya Bu, salaknya Pak ...." teriak Alif menawarkan salak kepada para penghuni kampung.

Setelah berjalan cukup jauh dari rumahnya.

"Salakkk, salakkk! Beli salakkk!" teriak salah seorang Ibu paruh baya dengan lantang.

"Ya Bu, Alif menghentikan langkahnya, ia berbalik menuju asal muasal suara tersebut.

Rupanya, Ibu itu tinggal di rumah yang cukup gedong dan juga asri.

"Mau berapa kilo Bu salaknya?" Alif meletakkan dua keranjang salak di atas tanah aspal.

"Sekilonya berapa?" tanyanya.

"10 ribu sekilonya Bu?" jawab Alif singkat.

"Cih, mahal banget! Saya aja dapet 7 rebu di pasar! Udah deh 5 rebu ya sekilo!" ucapnya ketus.

"Hm, ya udah samain aja Bu, kayak di pasar, nggak apa-apa deh 7 rebu sekilo!" sahut Alif.

"Nggak mau ah, saya maunya 5 rebu sekilo! Kalau ngambil untung itu, jangan gede-gede!" Ibu itu menimpali dengan wajah sinisnya.

"Ya udahlah nggak apa-apa, itung-itung penglaris," bathin Alif.

"Silahkan ambil 2 bungkus Bu, soalnya setiap satu bungkusnya itu setengah kilo ..." ujar Alif dengan ramah.

"Ah, kamu yakin udah bener nimbangnya? Gimana kalau timbangannya kurang?" Ibu itu melipat kedua tangannya di dada sembari berdiri dengan angkuh.

Wajah Alif yang tadinya putih bersih, kini bersemu merah.

"In syaa Allah bener kok Bu, saya udah biasa nimbang buah salak kek gini ... saya punya timbangnnya di rumah kok Bu ..." Alif menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Ah, nggak nanya saya mah!" Jawab si Ibu dengan ketus, "mau kamu punya timbangan kek, mau nggak kek, apa urusannya sama saya?" Ibu itu menimpali.

"Ya terserah Ibu ajalah ..." Alif mulai lelah menghadapi pelanggan seperti Ibu-ibu yang satu ini.

"Sabar, sabar Alif." Alif berusaha untuk membesarkan hatinya sendiri.

"Awas ya, kalau sampai timbangan salakmu kurang. Eh ngomong-ngomong nih salaknya manis kan?" Ibu itu berjongkok dan mulai memilih bungkusan salak.

"In syaa Allah manis-manis buah salaknya Bu. Ini salak pondoh Bu. In syaa Allah manis dan legit rasanya," Alif berbicara lirih. Sepertinya ia mulai lelah menghadapi tingkah si Ibu yang menyebalkan.

"Huh, awas ya kalau pas nanti buka puasa saya makan salak kamu. Terus ternyata salak kamu rasanya asam sama kecut! Saya minta uang saya kembali 5 kali lipat sama kamu!" Ibu itu memberikan kode dengan kelima jarinya.

Alif hanya diam tak bergeming mendengar cercaan si Ibu, ia melongo menatap Ibu cerewet itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status