Share

Khaelia Sang Sekretaris Malam
Khaelia Sang Sekretaris Malam
Penulis: LucioLucas

BAB 1

Penulis: LucioLucas
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-20 00:45:05

Warning : Adult roman story 21+

Nama kota itu adalah Devil Town, tidak ada yang tahu bagaimana asal muasal nama itu diberikan. Kota iblis yang bagi banyak penduduknya memang perpaduan surga bagi orang kaya dan neraka bagi mereka yang tiak punya apa-apa.

Devil Town merupakan kota besar dengan gedung tinggi dan jalanan tersibuk, berpenduduk sangat padat dengan biaya hidup tinggi. Kota yang tidak pernah tertidur, selalu terjaga dengan berbagai aktivitas warganya. Terutama di wilayah Soul Hills yang terkenal dihuni para pesohor serta pejabat. Mobil mewah terparkir di setiap garasi, luas rumah mencakup lapangan golf mini, landasan helipad, serta kolam renang di lantai paling atas. Ada banyak penjaga di gerbang yang membuat tidak semua orang bisa masuk ke dalamnya.

Berada di belakang Soul Hills, adalah kawasan Black Street yang merupakan perumahan bagi warga miskin atau berpendapatan rata-rata. Rumah-rumah kecil dengan gang sempit di mana satu sama lain bisa saling mendengar percakapan.

Seakan tidak ada rahasia di Black Street, setiap jam selalu ada pertengkaran, gesekan antar warga, disertai tangisan anak kecil dan desahan orang bercinta. Tidak ada yang merasa aneh atau terganggu dengan itu semua, masyarakat di sana menganggap itu hal biasa.

Khaelia adalah penguni Black Street sudah hampir lima tahun ini. Dulu dirinya dan kedua orang tuanya bertempat tinggal di pinggiran kota yang tidak terlalu padat dengan kehidupan yang bisa dibilang cukup baik. Sampai akhirnya kecelakaan menimpa kedua orang tuanya. Sang papa meninggal dan mamanya berbaring Iemah dengan napas yang disangga dengan alat-alat. Karena mahalnya biaya pengobatan, Khaelia terpaksa menjual rumah dan aset lainnya lalu pindah ke rumah adik sang mama.

Bibi dan suaminya punya satu anak perempuan yang lebih muda beberapa tahun dari Khaelia. Meskipun tidak pernah akrab dengan sepupunya tapi ia menghargai paman dan bibinya. Mereka mengandalkan pemasukan dari membuka toko kelontong. Selama ini orang tua Khaelia yang membantu kehidupan mereka dan di saat seperti ini, keduanya yang membalas budi meskipun dilakukan dengan enggan dan menggerutu.

Khaelia yang baru saja selesai menempuh pendidikan perguruan tinggi memutuskan untuk bekerja dan pendapatannya diberikan pada sang bibi untuk biaya pengobatan sang mama. Sampai akhirnya terjadi masalah dan Khaelia berhenti dari pekerjaannya di sebuah perusahaan packing makanan.

“Bisa tidak kamu kerja malam? Toko tutup jam enam, bibi dan paman akan rawat mamamu saat malam, dan siangnya kamu bisa berjaga di rumah. Dengan begitu kita bisa berhemat untuk tidak menyewa perawat.”

Menuruti saran sang bibi, Khaelia mendaftar untuk semua lowongan pekerjaan malam. Dari mulai restoran, bar, hingga perusahaan multinational. Terkejut saat lamarannya diterima salah satu perusahaan besar. Awalnya ia heran karena perusahaan besar itu mencari sekretaris untuk bekerja malam hari. Apakah begitu sibuknya hingga pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu dua puluh empat jam?

“Anda diharapkan untuk datang ke perusahaan pada Senin malam, pukul sembilan belas dengan membawa nomor ID yang tertera di email ini.”

Khaelia tidak percaya dengan keberuntungannya. Capital Group mempunyai banyak anak perusahaan, salah satunya adalah PT. Macrofood, di mana Khaelia akan bekerja.

“Bibi senang kamu dapat pekerjaan baru, apakah kamu menjadi pelayan di bar?” tanya si bibi.

“Bukan, tapi petugas admin. Bisa jadi gudang di sebuah perusahaan kecil. Sepertinya milik minimarket.”

“Oh, baiklah. Semoga gajinya bagus. Mamamu butuh banyak biaya soalnya.”

Khaelia pun berharap hal yang sama, gaji yang sepadan untuk pekerjaan yang dilakukan saat malam. Saat kecil dulu ia pernah membaca komik tentang sekretaris yang bekerja kala malam bersama boss yang ternyata vampire. Khaelia tidak peduli kalau semisalnya bossnya benar-benar vampire dan ia harus bersedia dihisap darah setiap hari yang terpenting mendapatkan gaji yang cukup.

“Tentu saja, itu hanya dongeng aneh!” Khaelia tergelak, karena merasa pikirannya sangat absurd. “Semoga kalau benar bossku vampire, setidaknya masih muda dan bukan kakek-kakek.”

Ia tidak bisa membayangkan seorang kakek tua menghisap darahnya. Sungguh sebuah hal yang lucu sekaligus menakutkan. Khaelia menyingkirkan rasa takut itu demi uang.

“Kalau benar harus dihisap seenggaknya mereka ganti dengan asupan makanan yang enak serta uang tips yang cukup.” Khaelia tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Di waktu yang ditentukan, Khaelia pergi ke PT. Macrofood menggunakan kendaran umum. Tiba di gerbang sempat terkejut sesaat karena melihat gedung yang tinggi dan luas. Menunjukkan nomor ID yang tertera di email pada penjaga gerbang dan melakukan pemeriksaan sebelum diijinkan masuk.

Seorang resepsionis laki-laki menerima dan memintanya menunggu kedatangan seseorang bernama Bosman. Khaelia menduga Bosman adalah bossnya yang baru, bisa jadi manajer. Berdiri canggung di lobi yang megah dengan langit-langit tinggi serta lantai marmer yang mengkilat, ia mengamati penampilannya dalam balutan setelan hitam dengan rok selutut. Berharap tidak terlalu terlihat miskin di tengah kemegahan ini.

“Nona Khaelia?”

Seorang laki-laki berumur setengah abad dengan jas hitam dan rambut hitam yang tersisir rapi ke belakang menyapanya. Khaelia membungkuk kecil

“Selamat malam, Pak Bosman.”

“Mari, ikut aku!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 23

    Semua pelayan yang bekerja di sini memakai seragam hitam dengan celemek dan penutup rambut putih. Mirip seperti pelayan yang dilihat dalam gambar-gambar komik. Rupanya dunia yang megah memang ada di Devil Town, hanya saja dirinya terlalu lugu, polos, dan kuper hingga kurangnya pengetahuan. Khaelia tidak akan kaget seandainya ada kebun binatang di belakang rumah. Entah apa yang ada dalam pikirannya, tanpa sadar membuat Khaelia tersenyum. Ia menunggu nyaris sepuluh menit dan tidak ada tanda-tanda kemunculan Carter.Memutuskan untuk tetap berdiri karena takut mengotori sofa kalau duduk. Coba-coba mengamati lukisan jalanan di dinding, berlagak seakan tertarik padahal tidak mengerti apa pun soal lukisan. Ia mengernyit ke arah lukisan jalanan didominasi warna orange dan biru dengan obyek jalan, orang-orang, serta kafe. Entah kenapa lukisan yang terlihat sederhana diletakkan di ruang tengah? Khaelia merasa otaknya tidak cukup cemerlang untuk berpikir soal seni.Hampi

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 22

    Di dalam kamar luas berdinding putih dengan parabot mewah dan mahal, Eiwa duduk di pinggir ranjang dengan cemas. Sesekali pandangannya tertuju pada ruang wardrobe di mana suaminya sedang berganti pakaian. Waktu makan malam hampir tiba, ia sudah rapi dengan gaun putih semata kaki tapi suaminya sampai sekarang belum beres juga.Sudah menjadi kebiasaan di rumah ini, setiap kali makan bersama akan memakai pakaian indah dan bagus. Semuanya demi meningkatkan nafsu makan agar menyantap hidangan lebih lezat. Kebiasaan ini sudah turun temurun dilakukan oleh keluarga Solitaire dan mereka meneruskannya hingga sekarang. Eiwa menggigit bibir bawah dengan cemas, menajamkan pendengaran seakan takut akan mendengar sesuatu padahal situasi sangat tenang. Meskipun ada suara angin ribut ataupun pertengkaran bisa dipastikan tidak akan terdengar sampai di kamar karena rumah mereka terlalu luas dan besar.Menghela napas berkali-kali hingga membuat dadanya turun naik. Ketidaksabaran membuat E

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 21

    Mengantri hampir dua jam untuk layanan yang tidak lebih dari dua puluh menit. Perutnya keroncongan dan memutuskan untuk makan di kedai yang menyediakan beragam olahan mi. Memesan mi bebek goreng dan segelas es teh. Ia sedang makan dengan lahap saat beberapa orang memasuki kedai. Khaelia tidak melihat mereka sampai salah satu dari orang itu meneriakkan namanya.“Khaelia? Ini kamu? Nggak nyangka ketemu di sini.”Khaelia mendongak, menatap terkejut pada dua laki-laki dan tiga perempuan yang mendatangi mejanya. Ia mengenal semua orang ini sebagai mantan teman sekantor dulu. Satu sosok laki-laki muda dengan kemeja biru tersenyum padanya.“Khaelia apa kabarmu?”Bagaimana ia harus bereksi saat bertemu dengan mantan kekasihnya. Yardan menarik kursi dan tanpa diundang duduk tepat di sampingnya.“Aku mendengar kamu sudah mendapatkan pekerjaan baru setelah minimarket tutup karena perampokan. Benar itu?”Khaelia menga

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 20

    Jam kerja baru saja selesai, Khaelia bersiap untuk pulang saat Carter menyergapnya. Malam ini keduanya sangat sibuk sampai nyaris tidak mengobrol satu sama lain. Makan dan istirahat pun hanya sekedarnya karena diburu waktu. Begitu selesai, kelegaan melanda Khaelia. Ingin cepat memakai jaket karena merasa kedinginan. Sayangnya tidak mudah melakukan itu karena Carter yang memeluknya dan mengusap tubuhnya sembarangan.“Bulu kudukmu merinding, kamu kedinginan Cara?”“Iya, Tuan.”“Ternyata tubuhmu lemah juga, tanpa bra dan celana dalam merasa kedinginan. Bagaimana kalau aku hangatkan sekarang?”Khaelia sudah menduga cara yang digunakan untuk menghangatkan tubuh berupa bercinta dengan liar di atas meja. Carter mengangkatnya ke atas meja yang kosong, menarik roknya ke atas dan membuka kemejanya. Meremas dada, mengisap puting, dan menyatukan tubuh mereka dengan penuh hasrat.Selama beberapa jam, Khaelia yang sibuk melupa

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 19

    Sekarang ini Carter bukan hanya merasa marah dan kesal tapi juga sangat geram. Karenia boleh saja beranggapan apa yang dilakukannya bukan hal buruk tapi bagi Carter sangat menganggu. Kalau tidak ingat hubungan mereka, ingin rasanya ia mendorong perempuan ini hingga terjengkang ke karpet.Saat ia dilanda kemarahan yang memuncak, penyelamat datang dalam bentuk adik bungsunya. Clovis menuruni tangga setengah berlari, berdiri di hadapannya dengan sedikit terengah.“Kak, Mama baru saja telepon katanya ada hal penting. Kakak harus meneleponnya sekarang.”Kata-kata Clovis membuat Karenia melepaskan pelukannya, menggunakan kesempatan itu Carter melesat pergi.“Thanks, aku akan telepon Mama di mobil.”Carter sungguh-sungguh berterima kasih pada adiknya yang sudah menyelamatkannya dari gangguan Karenia. Ia menstarter kendaraan dan melesat cepat mengitasi halaman menuju jalanan. Merasa lega terbebas dari kukungan rumah besar i

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 18

    Khaelia berjalan melintasi lobi dari pintu samping dengan sedikit kikuk. Takut kalau akan terpergok orang lain. Bagaimana tidak, Carter memintanya datang ke kantor malam ini tanpa menggunakan bra dan celana dalam. Bagian atas kemeja putih dengan rok selutut. Terpaksa Khaelia menutupi tubuhnya dengan jaket abu-abu, agar putingnya yang menegang tidak terlihat. Untungnya Carter mengirim uang untuk ongkos taxi, kalau tidak pasti dirinya bangkrut karena tidak bisa lagi berhemat dengan berangkat kerja menggunakan angkutan umum.Ia memelankan langkah saat melihat tiga sosok perempuan dari pemasaran yang waktu itu pernah dilihatnya. Tidak ingin bertemu mereka apalagi berebut lift, ia memilih untuk berhenti di dekat pilar. Ketiga perempuan itu bicara sambil tertawa-tawa gembira. Khaelia mengamati mereka dalam diam, teringat akan beberapa temannya yang sekarang tidak pernah lagi mengubunginya.Saat di kantor yang lama, Khaelia dekat dengan beberapa teman kantor. Posisinya sebaga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status