Share

Bab 5

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-19 11:49:58

"Apapun yang dilakukan di klinik ini adalah bagian pengobatan."

Suara Salsa mendesah manja di telinga Indra. Hal yang tidak pernah dia dengar dari Bella. Apapun yang dilakukannya, Bella selalu diam dan menahan dirinya kalau sedang bercinta dengannya.

Indra sudah berhasil melepas semua kancing kemeja Salsa dan melemparkannya sembarang tempat.

Kini, di bawahnya terpampang jelas Salsa dengan bentuk tubuh yang indah, dua bukit kembar yang menantang di balik bra renda berwarna hitam. 

"Baiklah, aku akan segera sembuh," jawab Indra di sela decapannya.

Indra seperti orang yang sedang kesurupan. Dia meraba, menjilat dan mencium setiap inci kulit Salsa. Dengan satu kali sentakan, dia berhasil melepaskan pengait di belakang tubuh Salsa.

"Inilah obatnya..." desah Salsa yang juga tidak mampu lagi menahan hasratnya karena serangan Indra yang brutal.

Salsa menarik kepala Indra hingga tenggelam diantara kedua dadanya, Indra berada di aliran parit kecil yang siang tadi selalu dia curi pandang.

"Aku pasti bisa," jawab Indra.

Salsa tersenyum sambil memejamkan matanya, kemudian dia menggigit bibirnya saat Indra dengan begitu lihai bermain di area dadanya. 

Melihat dari kemampuan Indra ini, Salsa pastinya tidak percaya kalau Indra memiliki masalah pada keperkasaannya. Karena semua terlihat seperti normal. Indra bahkan bisa membangkitkan hasratnya dengan begitu cepat.

Indra sudah seperti kucing saja, dia merambati seluruh tubuh Salsa sambil melepaskan rok yang melekat pada tubuh Salsa, hingga kini perempuan itu hanya berbalut kain terakhir berwarna senada dengan bra nya, yang menutupi bagian bawah pahanya.

Ketika kepala Indra berhenti tepat di antara kedua paha Salsa, dia mendongak. "Apakah yang ini juga bagian dari obatnya?" tanya Indra sambil tangannya bermain diperut Salsa, kemudian menelusuri aksen renda celana dalam Salsa itu.

"Tentu saja, jika kamu bisa menembusnya, maka kamu dinyatakan sembuh," jawab Salsa sambil menggigit bibirnya menahan sensasi hangat yang menjalar keseluruh tubuhnya.

"Ahhhh..." desah Salsa yang akhirnya lepas dari mulutnya.

Suara itu semakin membuat Indra bersemangat. Adik kecil yang menjadi pemicu masalahnya dengan Bella kini berdiri dengan tegak, seperti anggota paskibra sedang latihan baris berbaris.

Dengan menggunakan mulutnya, Indra menarik pelan kain renda segitiga itu ke bawah. 

Salsa tersenyum, Indra benar-benar telah menguasai secara teori. Dia mempraktekkan apa yang dia tulis di bukunya saat si pemeran utama sedang bergumul dengan pasangannya.

"Kamu bisa seperti Joni..." gumam Salsa yang kini tangannya bermain di dadanya sendiri.

"Benarkah?" tanya Indra.

"Iya, kamu hebat," puji Salsa.

Mendapat pujian dari mulut Salsa membuat Indra semakin merasa dihargai. Selama ini, setiap kali berhubungan dengan Bella dia selalu dituntut, Bella selalu mewanti-wanti jangan sampai Indra gagal lagi, itu membuatnya tertekan hingga akhirnya permainan tidak pernah sampai ke inti, gagal lagi dan gagal lagi.

Tapi, berbeda dengan Salsa. Dia memberikan pujian dan rangsangan balasan, sehingga membuat "dia" masih bisa berdiri sampai saat ini, sudah beberapa menit permainan mereka.

Indra mengambil alih kerja tangan Salsa, dia memberikan sentuhan lembut sebelum tangannya bermain di area bawah tubuh Salsa. 

Salsa memejamkan matanya, permainan tangan Indra sudah cukup mahir.

"Aku akan melakukannya..." bisik Indra di telinga Salsa.

"Silakan..."

Indra sudah bersiap-siap memegang "dia", kedua kaki Salsa dilebarkan. 

Dan pada saat pertama kali dia memasuki tubuh Salsa, miliknya masih bisa berdiri seperti seharusnya. Bahkan dia berhasil membuat Salsa mengerang.

Tapi...

Detik berikutnya, si "dia" langsung lemah terkulai.

"Ayolah, kenapa harus sekarang..." ujar Indra yang masih berusaha membangunkannya.

Salsa paham, dia tidak marah sekalipun ada rasa sedikit rasa kecewa, karena dia sudah siap. Tapi, ternyata disaat pertempuran sedang sengit, lawannya justru mati tanpa sebab.

"Tidak apa, dia sudah hebat kok," ujar Salsa sambil memegang dada Indra.

Indra masih berada di atas tubuh Salsa, dia terduduk lemas. Malu dan kesal bercampur menjadi satu.

Dia yang menantang melakukan ini, tapi dia juga yang kalah.

"Namanya pengobatan, tidak langsung sembuh, kan? Semua butuh proses, dia juga butuh latihan yang sering," sambung Salsa sambil meminta Indra turun dari tubuhnya. 

"Tapi, seharusnya tidak seperti ini, kan?"

"Dia sudah bertahan cukup lama. Ada sekitar dua puluh menit. Bukankah biasanya dia tidak bertahan lama?" ucap Salsa sambil turun dari ranjang mengenakan kembali semua pakaiannya yang teronggok sembarangan di lantai.

"Iya."

"Itu artinya sudah ada perubahan."

"Dok, boleh coba lagi?" tanya Indra sambil menahan tangan Salsa yang ingin mengenakan bra nya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Walianto 123
bagus critanya membara
goodnovel comment avatar
Gunawan
bagus .. lanjutkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Klinik Pemuncak Gairah Pria   Bab 248

    Indra tersentak mendengar apa yang dikatakan oleh Aliman. Ini sungguh diluar prediksinya. Dan dia tidak pernah berpikir akan mendengar permintaan itu.“Menikah?”“Iya. Izinkan Papa menikah dengan Ibumu.”Pernahkan terbayangkan seseorang meminta izin kepadamu untuk menikahi ibumu? Mungkin, sebagian orang tidak akan pernah membayangkannya.Begitu juga dengan Indra.Dia seorang anak, apa memang ibunya ingin melakukan sesuatu harus izin darinya? Sedangkan ibunya masih mampu untuk memutuskan sendiri. Dan dia bukan anak kecil yang masih bergantung pada orang tua.Dia sudah dewasa, bahkan sudah memiliki anak.“Sudah bahas sama ibu?” tanya Indra kemudian setelah degup jantungnya mulai normal.“Belum.”“Kenapa harus mengatakan kepadaku lebih dulu, harusnya dibahas bersama Ibu. Karena, aku sama sekali tidak pernah tahu apa yang telah kalian rencanakan dulu,” jawab Indra.“Karena, Papa ingin izin darimu terlebih dahulu nanti baru akan Papa bahas dengan Seva.”Indra terdiam, dia kembali menatap l

  • Klinik Pemuncak Gairah Pria   Bab 247

    “Baby, aku sangat mengantuk,” ucap Budi.Bukan dia tidak menginginkan tubuh Yumna, karena tubuh itu sudah menjadi candu baginya. Tapi, Budi baru saja menyelesaikan proyek bukunya, begadang beberapa malam demi selesai tepat waktu.Buku akan segera masuk cetak.“Kamu diam saja, biar aku yang bekerja,” jawab Yumna.“Ah, terserah padamu saja, Sayang.”Budi mulai merasakan Yumna memasukkan miliknya dan kemudian gadis itu menggoyang goyangkan pinggulnya. Yumna seperti orang yang berbeda.Hari ini, dia begitu beringas dan cepat.“Ada apa denganmu, Yumna?” tanya Budi di sela-sela desahannya.“Aku hanya ingin memuaskanmu,” jawab Yumna.Budi hanya mengangguk, kantuk yang tadi hinggap, kini benar-benar hilang. Dia melihat kedua dada Yumna bergerak turun naik seperti Ritme yang seirama.**“Suasana disini dingin ya. Lebih sejuk.”Suara seseorang mendekati Indra yang sedang duduk di samping rumah neneknya seorang diri, rokok di tangan tapi tidak menyala.Indra duduk di halaman samping menghadap p

  • Klinik Pemuncak Gairah Pria   Bab 246

    Plak!Sebuah tamparan mendarat di pipi Yumna yang baru saja kembali ke rumah setelah beberapa hari di luar.Tentu saja, sekarang Yumna lebih banyak memilih hidup bersama dengan Budi. Baginya, Budi lebih menghargainya daripada di rumahnya sendiri.“Untuk apa kau ke desa Indra?” tanya Karisa.Kali ini yang menyambutnya bukan Yulia ataupun Tomy, melainkan Karisa. Orang yang selama ini dia tahu adalah kakaknya, tapi pada kenyataannya sepertinya dia salah, Karisa bukanlah kakak kandungnya.Yumna tersenyum miring. Sekarang dia juga baru sadar mengapa semua perusahaan dibawah nama Karisa. Sedangkan dia hanya diberikan kesempatan memimpin perusahaan.Bukan karena dia liar, tapi lebih karena dia bukanlah anak kandung Tomy. Selama ini, Tomy memberikan alasan karena Yumna masih terlalu muda, mudah terbawa suasana dan mudah dimanfaatkan orang lain.“Aku hanya main, Kak.”“Tidak ada tempat lain kah untuk tempat kau bermain?”“Aku suka tempatnya,” jawab Yumna.“Jangan gila! Kau tahu siapa Indra, ka

  • Klinik Pemuncak Gairah Pria   Bab 245

    "Dokter Aliman?" tanya Indra tidak percaya menatap seorang lelaki paruh baya di depan pagar rumahnya."Hai, Indra."Indra masih membeku, seolah dia tidak yakin kalau lelaki di depannya adalah dokter Aliman, ayah kandungnya.Waktu mereka bertemu, dokter Aliman tampak tidak peduli dengan semua ceritanya.Dia bahkan sudah berhenti berharap. Tapi, hari ini lelaki itu tiba-tiba datang."Sayang, siapa yang datang?" tanya Salsa yang sedang menggendong Juna."Dokter Aliman," jawab Indra lirih."Kenapa gak dibuka pintunya?"Indra tersentak, dia baru sadar kalau sedari tadi dia belum mempersilakan dokter Aliman masuk."Ah, maaf."Indra mempersilakan Aliman masuk, berkali-kali Indra mencubit lengannya sendiri untuk memastikan kalau ini bukanlah mimpi.Aliman menatap ke sekeliling, dia belum menemukan keberadaan Seva disana."Aku akan panggilkan ibu," ujar Indra akhirnya setelah Aliman duduk di ruang tamu."Terima kasih."Salsa menemani Aliman di ruang tamu. Juna diletakkan di dalam stroller."Si

  • Klinik Pemuncak Gairah Pria   Bab 244

    “Selamat ya,” ucap Aliman kepada putri bungsunya itu yang baru saja selesai tampil di acara pentas seni sekolahnya.Hari ini adalah ulang tahun sekolahnya, orang tua diundang. Dan Amara tentu saja memaksa sang ayah untuk hadir, kalau tidak dia akan ngambek, namanya anak bontot.“Terima kasih, Papa.”Setelah dari sekolah Amara, Aliman akan langsung ke rumah sakit. Dia akan menyerahkan sampel untuk tes kecocokan antara dia dan Indra.Dia tidak akan bisa mengakui sembarangan orang sebagai anaknya.“Pa, aku tidak setuju Papa jadi menteri,” ujar Amara saat dalam perjalanan pulang.Bukan sekali atau dua kali, bahkan hampir setiap hari Amara mengatakan itu. Dia tidak setuju kalau sang ayah jadi menteri, karena dia yakin ayahnya akan sangat sibuk.“Hmm.”“Aku serius, Pa.”“Kalau misalnya tiba-tiba kamu dan Dira memiliki seorang kakak lelaki gimana? Kamu mau menerimanya gak?” tanya Aliman.“Papa mau nikah lagi?” suara Amara mulai meninggi.“Papa bilang bukan Mama baru, tapi kakak laki-laki.”“

  • Klinik Pemuncak Gairah Pria   Bab 243

    “Papa…” sambut Amara melihat kedatangan Aliman yang pagi-pagi buta sudah tiba di rumah.Kedua anaknya sudah bangun, mereka memang terbiasa bangun pagi. Setiap pagi wajib berolahraga sebentar, ya namanya punya orang tua dokter.“Padahal kan acaranya jam sepuluh, Papa masih bisa santai loh seharusnya,” ujar Aliman sambil mengelus kepala Amara dengan gemas.Dan terakhirnya gadis kecil itu pasti akan berteriak, elusan di kepala itu berakhir dengan rambutnya diacak-acak oleh sang ayah.Aliman memang begitu dekat dengan anak-anaknya.“Papa, jangan berantakan rambutku. Nanti kusut, aku gak mau keramas pagi ini,” gerutu Amara.“Kenapa?”“Kan mau tampil, rambutku harus kering.”“Ada yang namanya alat hair dryer, itu bisa untuk mengeringkan rambut,” jawab Alimna.“Malas.”Aliman duduk disebelah Amara, sedangkan Andira seperti biasa sedang menyiapkan sarapan. Mereka memang memiliki pembantu, tapi setiap pagi Andira akan memilih membuat sarapannya sendiri.Si kecil Amara? Dia akan duduk di sofa d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status