Wuuutt!
Datuk Rajo Marapi kembali melepaskan serangannya lewat ujung keris pusako betuah yang diarahkan kepada Bintang. Serangan dahsyat yang kasat mata diharapkan oleh Datuk Rajo Marapi bisa membuahkan hasil atau mengenai lawan, tapi lagi-lagi Datuk Rajo Marapi dibuat kecewa, karena Datuk Rajo Marapi tidak tau kalau lawannya menguasai tahap indra ke-10 hingga sehalus apapun serangannya, Bintang dapat merasakannya.
Bleepp!
Tiba-tiba saja tubuh Bintang menghilang dari serangan Datuk Rajo Marapi, hingga membuat kedua mata Datuk Rajo Marapi terbelalak.
Dhuarrr!
Serangan kasat mata keris pusako betuah kembali menghantam tempat kosong.
Bleepp!
Datuk Rajo Marapi kembali dibuat terkejut saat Bintang tiba-tiba saja sudah muncul tak jauh dari hadapannya. Rupanya Bintang menggunakan langkah silumannya untuk menghindar sekaligus mendekati sosok Datuk Rajo Marapi.
“Tapak Guntur, heaa!”
“Jangan dipaksakan datuak, pukulanku berikutnya akan membuat datuak kehilangan nyawa” ucap Bintang menggertak Datuk Rajo Marapi, terbukti ucapan Bintang membuat wajah Datuk Rajo Marapi berubah.“Tak mungkin ajian welut putihku bisa ditembus, dia pasti hanya menggertakku saja” batin Datuk Rajo Marapi.Datuk Rajo Marapi tiba-tiba saja memandang kearah harimau putih yang ada tak jauh darinya. Dan tiba-tiba saja, Datuk Rajo Marapi berlari kearah harimau putih, ditengah jalan, Datuk Rajo Marapi terlihat merapatkan kedua tangannya, seiring dengan itu ;Hupp!Datuk Rajo Marapi melompat kearah harimau putih, ditengah lompatan ;Creebbb!Tiba-tiba saja sosok Datuk Rajo Marapi berubah menjadi seekor belut putih yang terus melayang kearah harimau putih. Dan belut putih berukuran kecil itu jatuh tepat didepan harimau putih yang masih tampak duduk. Belut itu merayap naik ke tubuh harimau putih dan tiba-tiba saja masuk ked
“Auuhhh.” sebuah erangan lirih mengejutkan Bintang yang seketika saja membuat Bintang langsung berpaling. Kedua mata Bintang membesar saat melihat sesosok wanita yang tampak terkapar ditanah, tapi bukan kondisi wanita tersebut yang membuat Bintang melotot, melainkan keadaannya, wanita berparas cantik nan jelita ini hanya tampak mengenakan kain tipis dari kulit harimau putih yang menutupi bagian bawah tubuhnya, itupun hanya menutupi bagian paling sensitif ditubuhnya, sedangkan dari ujung kaki hingga pangkal paha atas sedikitpun tidak tertutup apapun. Bukan hanya bagian bawah, tapi bagian atas tubuh wanita cantik jelita inipun tak tertutup oleh apapun, hingga kulit tubuhnya yang putih mulus terlihat dengan jelas dipandangan mata Bintang.Glek..Bintang tak kuasa untuk menahan ludahnya melihat sosok menantang wanita yang ada dihadapannya, sepasang gunung kembarnya yang besar menantang tampak tertutup oleh rambutnya yang menjuntai bak air terjun membelah dua me
SEBUAH istana megah terbentang didepan mata Bintang yang saat ini sedang berada disebelah sosok wanita cantik jelita yang tadi membawanya. Bintang tampak menatap kagum istana megah yang ada dihadapannya. Tapi Bintang tidak banyak bertanya, hanya mengikuti langkah wanita cantik jelita yang ada disebelahnya. Sesampai didepan istana, terlihat dua orang penjaga pintu gerbang istana langsung menjura hormat kepadanya. Kedua penjaga pintu gerbang adalah wanita yang berpakaian seperti seorang prajurit dengan tombak ditangan kanan, perisai ditangan kiri.“Selamat datang ratu” ucap kedua prajurit wanita itu langsung menjura hormat. Wanita cantik jelita itu tampak mengangkat telapak tangan kanannya sebagai tanda menerima juraan hormat kedua prajurit tersebut.“Mari paduka” ucap wanita cantik jelita itu lagi kepada Bintang untuk mengajak Bintang masuk kedalam gerbang istana yang megah itu. Kedua prajurit penjaga pintu gerbang tampak saling menatap satu sama
“Coba ceritakan padaku, siapa kalian ini dan dimana aku berada saat ini?” ucap Bintang lagi.Ratu Bunian kembali menjura hormat, dan ;“Ini adalah negeri para bunian paduka, saat ini paduka sedang berada di istana hamba, Istana Bunian” ucap Ratu Bunian lagi menjelaskannya kepada Bintang.“Negeri bunian, negeri apa itu?”“Negeri bunian adalah orang-orang yang dulunya adalah manusia, tapi kemudian masuk dan menyatu ke negeri alam ghaib dan menjadi penduduk dinegeri bunian ini” jelas Ratu Bunian lagi.“Apakah semua penghuni di negeri ini adalah wanita?”“Benar paduka, semua orang-orang dari negeri bunian ini adalah wanita, karena merupakan suatu pantangan besar bila ada lelaki yang negeri ini” ucap Ratu Bunian lagi. “Tapi untuk orang-orang yang memiliki kesaktian tinggi seperti paduka,
Dari negeri bunian, kita kembali ke gunung marapi, saat ini sudah beberapa hari setelah terjadinya pertarungan antara Bintang dan Datuk Rajo Marapi. Hal ini sebenarnya sangat aneh, padahal Bintang belum ada satu hari berada di Istana Bunian, tapi didunia nyata sudah berjalan beberapa hari. Untuk diketahui para pembaca, perbedaan waktu dinegeri bunian dan dialam nyata sangatlah jauh, satu hari dinegeri bunian bisa satu minggu di alam manusia. Dan inilah yang telah terjadi saat ini di gunung marapi.Sementara itu dipuncak gunung marapi, terlihat larva yang terus menyembur dahsyat keluar dari kawah marapi, tapi hal ini sudah berlangsung lama, gunung marapi hanya menyemburkan larvanya, tapi tidak meletus dahsyat.Wrrrr! Wrrrr! Wrrrr!Tiba-tiba gunung marapi dilanda getaran yang sangat hebat, semakin lama goncangan itu semakin kuat, seperti tengah terjadi gempa.Dhhhhuuuuaaaarrr!Kawah puncak marapi meledak dahsyat, menyemburkan laharnya dengan
MALAM kembali menyelimuti permukaan alam, bulan dan Bintang-bintang tampak bersinar cukup terang malam itu, di negeri bunian juga tak jauh berbeda dengan alam manusia, walau berbeda alam, tapi negeri bunian juga mengalami siang dan juga malam, hanya saja waktu yang dirasakan normal berjalan bagi orang-orang bunian, didunia nyata waktu berjalan begitu cepat. Istana megah bunian yang bila malam terlihat berkilau-kilau karena ditimpa sinar rembulan, dimana dinding-dinding Istana Bunian terbuat dari batu pualam yang memancarkan cahaya begitu diterpa sinar bulan. Sementara itu dikamar Ratu Bunian. “Apakah tidak ada jalan lain untuk menghilangkan kutukan itu Ratu Bunian?” tanya Bintang yang saat itu tengah duduk ditepi peraduan, sementara itu sosok jelita Ratu Bunian sudah juga duduk dihadapan Bintang dengan wajah tertunduk. “Tidak ada paduka, hanya itu jalan satu-satunya” ucap Ratu Bunian lagi. Bintang terdiam seraya menatap sosok Ratu Bunian yang ada dihadapannya, Bintang memang harus m
“Kau cantik Ningrum” kata Bintang mulai merayu. Hingga membuat Ratu Bunian tersipu malu. Tangan Ratu Bunian semakin keras memegang paha dan tangan Bintang. Wajahnya nampak kemerahan dan bibirnya terlihat basah, apalagi di tambah tubuhnya menebar bau harum. “Paduka juga tampan dan gagah” ucap Ratu Bunian. Ratu Bunian hanya tersenyum malu, lalu matanya terpejam. Dengan spontan Bintang dekati wajahnya lalu Bintang cium keningnya, terus pipinya yang kiri dan kanan, setelah itu Bintang cium bibirnya, ternyata Ratu Bunian membalas. “Aaahh..” desahnya. Dengan penuh kelembutan. Setelah Bintang rasa cukup pelayaran birahinya, Bintangpun bersiap untuk melakukan puncak birahinya. “Hati-hati paduka, hamba tak ingin paduka celaka” katanya tetapi pahanya tetap terbuka lebar. “Jangan kuatir Ningrum, serahkan semuanya padaku.” Ucap Bintang tersenyum penuh birahi. Akhirnya Bintang mampu membuktikan keperkasaannya dengan mampu menaklukkan segel kutukan selaput dara welut putih. Saat semuanya be
SATU BULAN sudah Bintang menghilang tanpa kabar, keberadaan Bintang benar-benar bagaikan raib ditelan bumi. Hal ini menyebabkan kepanikan orang-orang yang memiliki hubungan dengan Bintang, baik itu orang-orang ditempat Datuk Rajo Dilangit maupun orang-orang istana Nagari Batuah, yang paling khawatir tentunya adalah Putri Aurellya, istri tercintanya.Paduka Ananggawarman sudah beberapa kali memerintahkan beberapa hulubalang untuk kembali ke gunung marapi guna mencari jejak keberadaan Bintang, tapi hasilnya tetap sama, jejak keberadaan Bintang tetap tidak ditemukan.Siang itu Paduka Ananggawarman kembali mengadakan pertemuan dengan para pejabat istana Nagari Batuah.“Bagaimana, apakah hulubalang Rajo mudo Basa sudah kembali dari gunung marapi?” tanya Paduka Ananggawarman lagi kepada para pejabat istana yang ada dihadapannya.Para pejabat tampak saling pandang.“Putra hamba belum kembali paduka&rdq