Share

Bab 3

Adzanna melepaskan pulirannya.

"Sial, sakit goblok!" Azka menyeringai sambil memijat lengannya.

Mendekatkan wajahnya ke telinga Adzanna dan berbisik.

"Cantik sih, tapi pelit," ucapnya.

Adzanna memberikan setengah senyumnya dan memutar bola matanya.

Waktu istirahat tiba, Fathar menepuk bahu Azka dari belakang lalu kedepan menghadap wajahnya.

"Bro, kenalin gue Fat-" belum usai bicara dia sudah memotongnya sendiri, sambil membuka mata lebar dan mendekatkan wajahnya ke Azka, mereka saling bertatapan seperti orang yang akan berkelahi.

Detik kemudian

"Fathar."

"Azka," pekik mereka secara bersamaan. 

"Kalian udah pada kenal?" tanya Adzanna.

"Ini temen gue waktu SD," jawab Azka.

"O." Hanya 1 huruf saja yang terucap di bibir Adzanna.

"Oiya, si Anrez sekolah dimana? disini juga kan? terus di kelas mana? tanya Azka tanpa jeda membuat matanya melirik sana sini.

"Dia di kelas ini, orang nya lagi di kamar mandi, biasalah setoran siang," jawab Fathar.

Fathar Anrez sahabat Azka dari kecil, 4 tahun lamanya tidak di pertemukan membuat mereka tidak mengenal satu sama lain karena masa pubertas membuat wajahnya pangling.

Adzanna beranjak dari kursi.

"Woii nama, Lo siapa?" tanya Azka.

"Adzanna," jawabnya sambil pergi keluar kelas.

"Ada di sana?" seketika Azka jadi kongslet pendengaran, Azka mendengar 'Ada di sana.' Bukan 'Adzana.' Fathar langsung menyahut.

"Adzanna Budeg." Menyonor kepala Azka.

"Gimana gue ngga budeg, Orang jawabnya aja sambil lari, it this not crazy?" rasa kesal terlukis di wajah Azka.

Meskipun pindahan dari Australia ungkapan nya tidak hilang dari kata loe dan gue, tidak begitu Meng-English.

"Dia orangnya emang begitu nyett, coba aja kalo kebalikannya beuhh cowo 1 kelas bahkan 1 sekolah ngga pernah habis buat ngasih pesan (W******p) maaupun surat, elu liat sendiri kan kayak apa dia udah galak, bengis, jago pukul lagi. Layaknya api siapa yang akan menyentuh dia akan kebakar percuma Lo mau jatuh cinta,paling ujung² nya luka." Penjelasan singkat dari Fathar.

"Anjir ... dapet kata-kata dari mana Lo?" meringis lebar dari mulut Azka.

"Asal, Lo tau gue ini tempat searching nya kalian tentang Adzanna," kata Fathar dengan mengangkat salah satu alisnya. 

" Sebentar-sebentar," ucap Azka sambil mikir.

"Lah, kan dia tadi bilang, Ballpoint yang gue injek itu kenang²an, bukanya kenang²an dari mantan pacarnya?" kebingungan terpampang di wajah Azka.

"Haha curuttt, itu dari sahabatnya nyett, kursi yang Lo dudukin ini. Ini kursi bekas duduk Selly sahabatnya Adzanna dia udah meninggal 2 Minggu yang lalu." Penjelasan Fathar lagi.

Azka beranjak dari kursinya.

"Mau kemana Lo?" tanya Fathar.

"Mau ngejar Adzanna," jawabnya.

Azka melangkah keluar kelas melihat Adzanna yang sedang berjalan di sebrang kelas sana Azka langsung mengejarnya.

"Woii, Lo mau kemana?" dengan memegang tangan kanan Adzana.

"Lepasin! Lo mau nyari mati."

"Engga."

"Yaudah lepasin!"

"Ya, jawab dong, Lo mau kemana?."

"Emang harus juga, ya?? kasih tau, Lo kalo gue mau pergi."

"Ya, ngga gitu gue kan anak baru di sini seenggaknya, Lo peka, kek ngajakin gue keliling sekolah, gue kan belum paham betul mana perpustakaan, kantor, Tu, ya pokoknya masih banyak deh." 

"Azka gue mau pergi. Lepasin ngga?"

"Eng-"

Tangan yang di tarik membuat tubuh Adzanna jatuh di d*d* Azka membuat mereka saling berpandangan karena jarak mata mereka hanya 1 kilan saja. Tidak ada yang beres menatap wajah Azka yang tampan, jantung Adzanna berdegup kencang tidak seperti biasanya, tidak seperti cowok-cowok lain ketika bertatapan dengan nya. Adzanna segera bangkit dan berdiri  Pipinya berubah merah muda.

"Sorry-sorry kalau, Lo mau nanti sepulang sekolah." Dengan wajah manyun nya itu pergi meninggalkan Azka. Jawab Adzanna ngasal padahal tidak ada niatan untuk mengajak Azka keliling sekolah. 

Azka melongo yang terjadi barusan juga membuat jantung Azka berdegup kencang. Ada apakah ini? mungkin buih yang akan tumbuh menjadi Asmara. 

***

Adzanna menemui 2 sahabatnya itu yang ada di kantin.

" Gue kesel banget sama Azka," tutur Adzanna dengan wajah kesal.

"Kenapa?" tanya Jina dengan mulut mengenyoh.

"Dia itu udah ngerusak persahabatan kita, dia udah ngehancurin Ballpoint kenang²an dari Almarhumah Selly. Gue mau dia ganti rugi," ketus Adzanna.

Sleyyup. Bunyi mi yang sedang di tarik ke mulut Risya.

"Yaampun Na ...  liat ketampanannya aja udah lebih dari cukup buat ngeganti," serunya.

"Lo, pikir tampang ganteng doang bisa ngeganti Ballpoint yang hancur bisa utuh lagi." Adzanna memutar bola matanya.

"Iya, juga, sih." Risya menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal.

"Gue setuju sama Lo Na, bagaimanapun juga ini tanda persahabatan kita." perkataan Jina sambil menuding kan jari telunjuknya ke arah Adzanna.

***

Bel pulang telah berbunyi, Azka menunggu Adzanna keluar kelas dari depan pintu.

 "Lo mau kemana," ujar Azka

"Ya, pulang, lah, ya kali jaga," ucapnya sewot sambil scrolling handphone nya.

"Lo kan udah ada janji Sama gue?

"Janji," ungkapnya datar

"Yaelah baru berapa jam masa Lo linglung, sih?

"Oh, yang ngajakin Lo buat keliling sekolah." 

"Nah, tu tau."

"Sorry, ya gue ngga bisa,gue ada eskul hari ini." Padahal hari ini free cuman buat alasan saja.

" Loh, Lo kok gitu sih." Azka mengerutkan keningnya

"Soryy gue ada eskul," sahutnya sambil lari.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status