Share

Bab 5

" Oh, noo meskipun cita-cita gue menjadikan Azka imam gue, tapi gue lebih ngeship sama Lo berdua," salut Risya Sambil kakinya bergema di lantai.

"Lo, berdua cocok yang cewek cantik, yang cowok ganteng." Kekaguman terpampang di wajah Jina.

"Apaan, sih kalian," ketus Adzanna sambil pergi meninggalkan ruang UKS.

*** 

Pulang sekolah tiba, kebiasaan Azka menunggu Adzanna dari depan pintu kelas.

"Na, Lo bisa kan?" tanya Azka.

"Eumm sorry banget, ya gue ada rapat eskul hari ini."

"Bukanya kemarin Lo udah eskul," tutur Azka dengan wajah bingung.

"Iya, sih tapi hari ini ada lagi," ucap Adzanna dengan memperlihatkan isi pesan grup di W******p.

Beperapa detik kemudian ada 1 cowok yang menghampiri Adzanna ciri-cirinya berbadan kekar dan cool. Arka Pratama Yunanda, kaka kandung dari Azka cowok yang keliatan berwibawa, tampil cooll, dan badanya kekar sekaligus ketua eskul beladiri. Tetapi soal tampan lebih tampan Azka dari Arka Idaman para cewek kelas 12 karena Arka sendiri juga kelas 12.

"Adzanna," suara Arka di belakang Azka.

"Ka Arka, Ngapain kesini?" tanya Adzanna dengan ekspresi tidak menyangka.

Azka tidak menyadari bahwa itu kaka kandungnya, Azka membalikan badan penasaran Arka siapa yang di maksud Adzanna. 

"Ka Arka." Ekspresi tak terduga terpampang di wajah Azka.

"Kalian kenal," ujar Adzanna dengan mengangkat jari telunjuknya ke mereka berdua."

"Azka ini adik kandung saya Adzanna," sahut Arka.

" Kaka Adik."  Adzanna mengerutkan keningnya, Wajahnya terlihat tidak percaya.

"Beda banget, sih kayak langit dan bumi," gumamnya yang tentu tidak terdengar di telinga mereka. 

Yang Adzanna maksud itu bukan tampang yang membedaka, tampangnya memang agak mirip layaknya seperti Kaka beradik di luaran sana, tapi yang membedakan sifat, perilaku sekaligus postur tubuh mereka. Azka nampak Cemen dan lemah sedangkan Arka pemberani dan kuat, Arka berbadan sedikit kekar namun Azka sedikit kerempeng tapi berisi, Arka sopan sekaligus berwibawa dan Azka tidak sama sekali, tetapi soal ketampanan Azka yang nomer 1. Hari demi hari juga akan nampak dimana skill Azka yang membuat idaman para cewek di sekolah.

"Oh, iya hari ini ada rapat eskul, kamu saya tunjuk untuk jadi pendamping saya," kata Arka.

"E- baik ka," sahut Adzanna.

"Bang gue boleh minta tolong nggak, please Adzanna jangan dulu ikut rapat ya." Azka memohon pada Arka.

" Emang kenapa?" tanya Arka.

" Adzanna suruh temenin gue dulu buat keliling sekolah, please, ya." Kembali Azka memohon. 

"Kamu kan bisa minta tolong yang lain buat temenin," ujar Azka sambil melihat jam tangannya bahwa rapat segera di mulai.

"10 menit lagi kita mulai Adzanna, yuk," ucapnya pada Adzanna dengan menarik tangan kanannya. 

"Bang please ... gue mohon sama lo," kata Azka dengan menyergah langkah mereka.

Adzanna nampak kebingungan dengan kenegoisasian mereka.

Arka merasa belas kasihan pada Azka akhirnya menyerah, Arka lebih milih tidak ada pendamping di banding dia harus melihat adiknya bermuka manyun.

Arka Menghela nafas panjang.

"Heumm ya sudah, Adzanna boleh temenin kamu."

"Serius Bang." Mata Azka nampak berbinar.

"Tapi kak, ini kan rapat penting," kata Adzanna.

"Enggak papa kok, yang ini lebih penting dari rapat, kamu temenin Azka aja untuk keliling sekolah sampai dia PUAS!" ucap Arka sambil menonyor kepala Azka.

Azka mengusuk kepalanya yang di tonyor tadi dengan tertawa kecil.

"Thanks, ya, BangLo Abang terbaik di dunia."

"Ya, udah Gue duluan, ya bye." Arka berbalik badan dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Lo kenapa, sih ajak gue untuk temenin Fathar dan Anrez emang kemana?" tanya Adzanna.

"Fathar ada urusan mendadak sedangkan Anrez dia di suruh untuk jagain adiknya di rumah."

"Gue, tuh ngga enak tau sama ka Arka."

"Udah selow aja, Lo ngga bakal di suruh berdiri ngadep bendera kok." Azka sambil tertawa kecil.

Adzana memutar bola matanya dan beranjak pergi untuk memperlihatkan isi dari sekolah SMA Angkasa. Sambil diikuti Azka di belakangnya

****

Pukul 18.00 mereka berdua masih berada di sekolah 

"Huhh cape, ya keliling sekolah ternyata luasnya nggak main-main." Azka Menghela nafas kasar.

"PUAS!" seru Adzanna.

"Puas banget dong thanks, ya," sahut Azka.

"Udah sore yuk balik." Ajakan Adzanna.

"Bentar dulu perut gue bunyi, nih makan dulu, yuk," kata Azka sambil memegangi perutnya.

"Makan aja sendiri." Dengan wajah datar Adzanna dan memutar bola matanya lagi.

"Ikut gue, yuk." Sambil menarik tangannya."

 

Menit kemudian mereka sudah berada di sebuah resto ternama dengan makanan bintang lima.

"Ini resto mahal bego! duit gue ngga cukup," ketus Adzanna dengan memandangi sudut langit restoran.

"Yaelah, Gue emang bego tapi soal makanan gue paling pinter," sahut Azka.

"Yuk, duduk," ucap Azaka dengan menunjuk kursi yang akan di duduki.

Azka melambaikan tangan ke Mba-mba pelayan, dan memilih menu.

"Mba pesen ini satu, ya minumnya yang best seller," ucap Azka pada pelayan dengan menunjuk makanan yang ada di buku menu.

"Lo mau pesen apa?" tanya Azka.

"Gu–gu–e teh anget aja mba?" kata Adzanna tersipu malu.

Azka terkekeh mendengar ucapan nya Adzanna tadi.

"Seloww aja kali Na, gue yang bayar kok, ya udah mba disamain aja, ya sama yang tadi." 

"Baik, Ka ditunggu, ya," ucap pelayan itu.

Adzanna meringis malu. Sambil menunggu makanan datang mereka berbincang-bincang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status