Share

Bab 6

"By the way Bapak Lo pekerja apa," tanya Azka.

"Bapak, gue biasalah oreng kecil pekerjaan nya kalo ada orang nyuruh aja," jawab Adzanna.

Azka mengatukan kepalanya pelan.

"Lo sendiri." Adzanna balik tanya. 

"Bapak gu–" kata-katanya tepotong seorang pelayan datang membawa makanan mereka.

"Silahkan, Kak." Sambil meletakan makanan nya di atas meja. 

Mereka melanjutkan perbincangan tetapi tidak melanjutkan yang terpotong tadi.

"Oiya, Lo Anak semata wayang?" tanya Azka lagi.

"Gue anak bungsu dari 2 bersaudara, tapi Kakak Gue udah pergi duluan 2 tahun yang lalu di Australia."

"Lo sendiri," tanya lagi pada Azka.

Azka tertawa kecil. "Bukanya Lo udah tau siapa saudara gue."

"Ka Arka?" tanya nya dengan wajah datar.

"Ya, iyala siapa lagi coba," jawabnya.

Setelah mereka berbincang-bincang kemudian Azka mengantar pulang Adzanna ke rumahnya

**** 

ssttt motor gede berhenti di depan sebuah gubuk kecil. 

"Ini rumah siapa?" Azka terkesan bingung.

"Ini rumah gue." Adzanna menjawabnya.

Azka tidak begitu percaya bahwa gadis yang cantik jelita itu tinggal di sebuah gubuk yang kecil dan terlihat kumuh.

"Kenapa?" terpampang wajah Adzanna datar dan sinis.

"Nggak papa kok." Azka menggelengkan pelan kepalanya. Mematikan mesin motor.

Adzanna turun dari motor. "Thanks, yak."

Ucapnya sambil menyopot helm yang ada di kepalanya dan menyerahkannya pada Azka, Adzanna langsung memalingkan badannya melangkah menuju pintu rumah tanpa adanya basa-basi lagi.

Azka menggelengkan kepalanya baru saja ingin menjawabnya tapi apalah daya dirinya seperti bersanding dengan kulkas. Azka menyalakan mesinnya dan laju membawa motor.

Beberapa menit kemudian motor Azka berhenti di depan gerbang rumah yang mewah. Ada 2 satpam yang berjaga dia langsung membuka dan menutupnya kembali setelah itu motor Azka masuk dan terparkir .

Azka menaiki beberapa anak tangga di bawah teras rumahnya dan masuk kedalam. Tidak ada salam ataupun sapa yang terucap di bibir Azka, dia main nylonong saja. Terlihat Ayah dan Ibu tirinya sekaligus Arka sedang makan malam.

"Azka kenapa kamu baru pulang?" tanya Andrea Yunannda yang biasa dipanggil Pak Andre Ayah Azka  yang terlihat  duduk menggunakan kursi roda, berkalung syell dan wajahnya terlihat pucat.

"Abis main," jawabnya cepat dan bermuka datar.

"Pasti kamu laper, sini makan Bareng kita," suruhnya Maya Angelista Ibu tiri Azka sekaligus Arka.

"Makan aja sendiri, habisin tuh sama piring-piring nya sekalian," ketus Azka sambil menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya yang ada di lantai 3.

"Azkaaa," pekik Andrea sambil melototkan matanya.

"Udah, Mas nggak papa, udah biasa seperti itu," ucap Maya dengan mengelus-elus bahu Andrea untuk tetap sabar.

Arka yang sudah tau kelakuan adiknya dia hanya terpaut diam. Kejadian 2 tahun yang lalu membuat Arka masih ada perasaan benci terhadap Maya Ibu tirinya itu.

Setelah sampai di kamarnya Azka langsung meletakan Ransel dan berbaring di kasurnya dengan menyilangkan kedua lengannya ke belakang bahu dan kakinya mengepang sambil mengingat-ingat kejadian 2 hari ia masuk di sekolah baru, wajah Adzanna yang cantik terbayang-bayang di matanya, dan suaranya terngiang-ngiang di telinganya walaupun jarang berkata.

"Dorrr." Arka datang mengaggetkan Azka.

"Anj*ng B*bi! Kaget tau," pekik Azka.

"Haha, tadi gimana udah," tanya Arka sudut mulutnya masih terbuka.

"Udah dong," jawabnya singkat.

"Lo jangan macem-macem, ya sama Adzanna dia itu milik gue," ucap Arka.

Berada di rumah dan bergurau bersama adiknya dia sudah terbiasa tidak sopan kalau bicara, terkecuali di luar rumah maupun sekolah dia selalu sopan dan berwibawa.

"Anjirrr, baru aja kenal udah macem-macem." Azka Menggebu dan menggelengkan kepalanya.

"Bercanda kali, ngga mungkin lah gue mau milikin Adzanna," ucap Arka, tetapi batinya berkata tidak. Arka selalau ingin mengatakan apa yang dia rasakan kepada Adzanna tapi menunggu waktu yang tepat.

"Bang, menurut Lo Adzanna cantik nggak? terus dia cocok ngga kalo jadi pacar gue."

Arka tertawa lagi mendengar perkataan Azka yang terlalu bar-bar.

"Ya, cantik lah dia kan perempuan, Lo ngga usah mimpi jadi pacarnya Adzanna , yang ada nanti muka Lo babak belur." Masih dengan bibir tertawa.

***

Esok hari sesama murid berangkat kembali melakukan kewajibannya di sekolah untuk belajar.

Adzanna masih mengayuh sepadanya yang buluk. Tak lama kemudian ada geng motor begajulan, jumlah mereka yang cukup banyak membuat jalanan seakan milik mereka sampai tidak melihat ada sebuah sepeda yang sedang melaju, jalan yang di lalui Adzana di kuasai oleh geng motor itu, belum juga suara tlakcon yang membuat bising di telinga Adzanna dan membuatnya tidak fokus mangayuh sepeda sehingga membuat sepeda Adzanna tergoyah dan jatuh bersama orangnya. 

'Gedebug prang!

Rantai nya lepas dan ada beberapa bagian yang penyok.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status