Share

Bab 4

****

Sesampainya di rumah Adzanna selalu tidak lupa untuk membuka pintu kamar orang tuanya terlebih dahulu, Adzanna menengok di balik pintu melihat Ibunya yang sedang beristirahat di kamar dengan keadaan  kasur yang sudah tipis, ranjang bekarat, tembok yang menuai, jendela yang sudah terukir oleh gigi rayap, ditambah lagi atap yang seringkali bocor jika di guyur hujan. Tak kuasa melihat Ibunya terbaring lemah menahan sakit yang sudah lama ia derita, rintik air mata membasahi pipi Adzanna.

"Aku, yakin. Ibu pasti sembuh ..." ucapnya pelan.

Apapun tampilan Adzanna sekarang yang sering dibilang cewek tomboy, dingin, jutek, galak, bodo amatan, cewek yang tidak pernah netesin air mata, cewek yang tidak pantas menangis, sama halnya seperti seorang laki-laki dia harus kuat. Tetapi jika dia merasa ada yang menyentuh hatinya bahkan menyayat hatinya seperti keadaan yang sedang dilihat dia tidak bisa setegar tampilannya, dia bisa berubah menjadi gadis yang cengeng.

Semua ini bentuk dari kasih sayang, bahwa dia tidak mau kehilangan orang yang sudah mengandungnya selama 9 bulan. Begitu juga penampilannya yang tomboy, belum tentu hati dan perilakunya seperti seorang laki, dia juga gadis yang baik hati, penyayang, di rumah juga selalu membereskan pekerjaan perempuan. Tak lain yang dia tutupi adalah penampilannya, Adzanna ingin sekali berpenampilan layaknya perempuan tetapi keadaan memaksa dia harus berpenampilan seperti laki-laki. Seperti apapun tampilannya tidak semua mencerminkan hati dan perilakunya. 

****

Hari Selasa pukul 11.00 siang jam mata pelajaran olahraga aktivitas di outdoor. Matahari belum tepat di atas kepala tetapi rasanya sudah mau pingsan berada di bawahnya tidak ada sama sekali tiupan angin yang berhembus membuat keringat membasahi baju. Sebelum memulainya harus ada pemanasan terlebih dahulu.

"Ayo, Anak-anak rentangkan kedua tangan kalian?" perintah pak Eka. Guru mata pelajaran olahraga.

Azka berada di samping Adzanna, tangan Adzanna tidak sengaja menyerempet hidung Azka saat merentangkan tangannya, mengalir deras cairan berwarna merah terang berupa darah yang keluar dari hidung Azka bisa dibilang mimisan, baru saja menyerempet apalagi menonjok bisa di bayangkan hidung Azka seperti apa.

 "Aww sakit," ucap Azka lirih.

Sontak teman-teman lainya kaget melihat tangan Azka yang sudah berlumur darah akibat memegangi hidungnya agar tidak terlalu banyak darah yang keluar, namun na-as panas yang begitu terik membuat darah Azka mengalir terus menerus.

"AZKA!!" Adzanna melototkan matanya.

"Sorry-sorry gue ngga sengaja," ucapnya lagi sambil memegangi tubuh Azka yang sudah lemas, tubuhnya tidak kuat lagi untuk berdiri.

"Tolong yang Laki-laki bantuin Azka ke UKS." Perintahnya pak Eka.

Siapa lagi kalo bukan Fathar dan Anrez dia yang membawa Azka ke UKS sambil di ikuti Adzanna di belakangnya, Adzanna tidak enak hati kalau tidak sampai mengantarkan Azka ke UKS. Di tengah perjalanan Azka sudah tidak sadarkan diri membuat Adzanna menggigit bibir bawahnya dia takut terjadi apa-apa terhadap Azka apalagi jika kekurangan darah. Sesampainya di UKS 2 cowok itu langsung berteriak memanggil dokter yang jaga di UkS untuk segera menolong Azka.

Semua darah sudah dibersihkan tetapi Azka tidak kunjung sadar. Membuat Adzanna terenyuh.

Sifat yang dingin dan bodoamatan hilang seketika melihat cowok terbaring lemas dengan keadaan tidak sadarkan diri karena ulah ketidak sengajaan itu.

"Darah nya udah berhenti, ngga papa ini cuman kaget aja, sebentar lagi juga siuman," kata dari, Bu Amel dokter yang jaga.

"Baik Bu, terima kasih," ucap Adzanna.

Bu Amel pergi meninggalkan ruang UKS itu.

"Gue harus kabarin kakak nya nih," ujar Fathar 

"Ya, udah buru! dia harus tauu keadaan adiknya," sahut Anrez.

Fathar segera mengeluarkan HP-nya di saku celananya, lalu memilih salah satu kontaknya yang bertuliskan 'kak Arka' nomer yang di tuju Fathar. Walaupun Azka ini murid baru tetapi Fathar sudah lama kenal Azka jadi banyak yang tau tentang nya begitu juga Kakak dari Azka yang tak lain adalah Arka kakak kelasnya sendiri.  Namun sayang tidak mengangkatnya karena kelas 12 ada simulasi ujian.

Ada 2 anak cowok yang datang ke UKS mereka nyamperin fathar dan Anrez untuk kembali melanjutkan praktik olahraganya Karena suruhan dari pak Eka, tinggal Adzanna sendiri yang menemani Azka.

Beberapa menit kemudian mata Azka terbuka pelan bibirnya tesenyum tipis melihat samar ada seorang perempuan berdiri di sampingnya dengan wajah cantik. Adzanna nampak Girang melihat mata Azka terbuka.

"Azka, Lo nggak papa?" masih dengan wajah khawatir.

"Nggak papa gimana, Sakit tau," ketus Azka.

"Ya, Sorry gue ngga sengaja," cap Adzanna dengan wajah manyun nya itu. 

Azka mengangkat tubuhnya pelan sambil memegangi hidungnya.

"Lo, mau kemana?" tany Addzana. 

"Gue mau ke kelas, bosen di sini," sahutnya.

"Udah tiduran dulu! Lo kan masih sakit biar gue temenin di sini." Wajah Adzanna terpampang kesal karena Azka keras kepala.

"Minggir!" seru Azka.

"Enggaa!" bantah Adzanna.

"Minggir!" seru Azka lagi.

Adzanna menyergah badan Azka yang ingin  menyerobot pergi.

"Engg-"

Akhirnya lagi dan lagi, sekarang tubuh Azka jatuh di d*d* Adzanna membuat mereka bertatapan. Pipi Adzanna kembali berwarna merah muda, jantungnya kembali berdegup.

4 Sekawan diantaranya Fathar Anrez Risya dan Jina Yang tadinya mau masuk melihat keadaan Azka, jadi tepotong dan diam di tempat melihat mereka berdua sedang bermesraan yang tidak sengaja, dan menuntut mereka mengintip di balik jendela.

2 menit kemudian Fathar mengawali masuk ke dalam dan di ikuti mereka bertiga.

"Ehemm," pekik Fathar.

Mereka berdua terkaget-kaget mengalihkan tatapannya dan Adzanna bangkit untuk berdiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status