Share

Bab 2

Adzanna membalikan badan ke bangku yang berada di belakanya tempat 2 sahabatnya duduk.

"Sya, Lo liat bolpoint gue ngga?" tanya Adznna pada risya. 

"Hallo juga calon imanku ... " jawab Risya nyeleneh, sambil meletakan kedua tangan di dagu seperti cibi-cibi dengan pandangan lurus ke depan menatap Azka. Risya tidak mendengar Adzanna bertanya dia hanya fokus melihat Azka dan menjawab perkenalan nya tadi.

"Lo halu ya? gue tanya apa jawabnya apa. Emang dasar Lo, stres tau ngga!" ucap Zana dengan wajah bingung dan menggelengkan kepalanya.

"Na, Lo liat ngga?" tanya Adzanna pada Jina.

"I am fall in love for you ... " jawab jina juga dengan nyeleneh, sama seperti Risya jawaban yang tidak masuk akal di balik pertanyaan nya Adzanna.

Adzanna membalikan lgi badanya ke depan lalu mencarinya di kolong- kolong meja, dia tidak menyadari adanya murid baru dia terus sibuk mencari ballpoint nya yang hilang. 

"Azka silakan duduk di kursi yang kosong itu!" arahan dari Bu lisa tangannya menunjuk kursi yang berada di samping Adzanna.

"Thank you Mom." Menundukkan kelapa dan menuju kursi kosong barisan tengah urutan ke 3 dari depan yang di tunjuk oleh Bu lisa.

Krrekk kaki Azka seperti menginjak sesuatu, melihat lalu mengambilnya.

"You looking for this?" tanya Azka pada Adzanna yang berdiri di samping bangku dengan menunjukan sebuah Ballpoint kayu yang berukir nama Zanna Risya Jina dan Selly sekaligus ada tanda tangan mereka berempat dalam keadaan hancur tetapi Adzanna tidak menyaut kepalanya masih di tundukan melihat ke bawah meja

"Lo, cari, ini?" kembali Azka bertanya menggunakan bahasa Indonesia, baru Adzanna mengangkat kepalanya dan menyaut.

"Iya, itu punya gue," jawab Adzanna yang masih belum terlihat jelas kalau sebenarnya Ballpoint kesayangannya itu sudah hancur. 

"Nih, tadi ngga sengaja ke injek kaki gue," ucap Azka sambil meletakan Ballpointnya di atas bangku tepat di depan Adzanna.

"Emang kaki Lo bengkak, ya? nginjek segini doang hancur!" Adzanna menggebu. Mengerutkan keningnya melihat kondisi Ballpoint kesayangannya sudah hancur dan membuatnya naik pitam.

"Ngga usah pake otot! bukanya terima kasih udah di ambilin." Seru Azka dengan wajah datar

"Gimana gue ngga ngotot! di balik semua ini ada pesan yang tersirat asal, Lo tau ini itu kenang-kenangan berharga buat gue," sahut Adzanna, tegas tetapi lirih supaya tidak terdengar sampai ke telinga Bu Lisa.

"It's okey, so. Lo mau apa," ujar Azka untuk menyelesaikan semua ini agar dia cepat duduk.

Adzanna menatapnya sejenak.

"Ganti rugii!"

Lalu memalingkan pandanganya menarik maju kursinya menghadap ke depan duduk seperti Anak TK.

1 kilan jarak kursi dari pant*t Azka, Adzanna langsung menyanggahnya. 

"Eitsss Lo mau ngapain?"

"Ya, mau duduk, lah."

"Sembarangan main duduk-duduk aja."

"Bu, ngga dibolehin duduk sama dia." Azka mengadu pada Bu Lisa.

Adzanna merasa penasaran siapakah cowok yang sudah menghancurkan Ballpoint kesayangan nya dan main duduk aja tanpa permisi. Adzanna bangit dari duduk langsung mengangkat tangannya untuk bertanya.

"Mohon maaf Bu, emang dia ini siapa, ya ?? kok nyelonong aja ke kelas orang, main duduk-duduk aja lagii!"

Gadis yang tingginya hanya sepundak Azka, tubuhnya terlihat mungil jika berdiri di samping nya.

"Adzanna ... Emang kamu ngga mendengarkan, Ibu bicara tadi. Dia murid baru di kelas ini pindahan dari Australia. Nama nya Azka.m," ucap Bu Lisa.

Adzanna tertegun kemudian mengerutkan kening. "Pindahan"?? gumamnya. 

"Makanya jangan mikirin gue terus," pekik Fathar. Mata Adzana langsung melirik tajam ke arah Fathar lalu memutar bola matanya

"Whaha ampun, Mba jago," seru fathar.

Adzanna kembali menurunkan pantatnya. Azka mengulurkan tangannya pada Adzanna dengan posisi masih berdiri di samping bangku.

"Kenalin gue Azka, pendatang baru paling tamvan," tutur Azka.

Adzana tidak membalas uluran tanganya, membuat Azka menurunkan pant*t nya untuk duduk.

Ehekk Adzanna tesedak air liurnya sendiri mendengar perkataan azka. 

"Kenapa?? terpesona liat senyuman gue, yang ganteng nya ngalahin Arjuna," congkak nya dengan Mulut menganga lalu mengangkat salah satu alisnya.

"Emang harus, ya? kenalan sama Lo," ucapnya dengan muka datar.

"PD banget, sih jadi cowok," ucapnya lagi dengan bergumam yang tentu bisa di dengar oleh telinga Azka.

Azka tesenyum sinis.

Menit berlalu. Telihat serius Adzanna mengerjakan tugas Matematika dari Bu Lisa, Azka yang tidak tahu bagaimana cara mengerjakan membuat matanya berkeliling dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Hustt, ini gimana, sih cara ngerjain nya?" suara Azka yang berbisik di telinga Adzanna.

Adzanna sama sekali tidak menggubris ataupun merespon perkataan dari Azka, dia sangat sibuk karena matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat disukai . 

"Hustt, ini gimana, sih bagi jawaban dong," ucapnya lagi.

Kata-kata itu sudah terlontar seribu kali dari mulut Azka membuat Adzanna gereget dan tidak fokus. Meletakan penanya ke meja kemudian mempulir kedua tangan Azka ke belakang dengan Ekspresi marah yang terlukis di wajahnya.

"Aww, sakit!" teriak Azka.

Suaranya mengaggetkan raga yang sedang tenang.

"Azka kamu kenapa?" ujar Bu Lisa.

"Ak-" Azka merapatkan bibirnya.

"Azka ngga papa kok, Bu," spontan Adzanna menyergah. Di balik itu semua Kaki Azka sengaja diinjak Adzanna supaya tidak berkata yang tidak-tidak kepada Bu Lisa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status