Share

Foto Keluarga di Rumah Mertua

"Kok aku tadi malam gak pulang ke rumah Hanin?"

Aku menoleh. Mas Riky sedang mendumal sendirian. 

"Lupa ingatan kali kamu. Kamu ketiduran tadi malam."

Mas Riky bersungut-sungut. Dia tampak sebal sekali. Berjalan meninggalkan dapur. 

"Ma, Papa mana?" 

"Udah kerja kayaknya, Sayang. Kamu duduk sini, sarapan." 

Adel mengangguk. Berjalan ke arahku. 

"Nanti Mama mau pergi lagi?" 

Aku terdiam mendengar pertanyaan Adel. Sebelum kasus perselingkuhan Mas Riky ini, aku memang jarang sekali keluar rumah. 

"Iya. Ada urusan sebentar. Nanti, Adel bareng Oma aja. Mama anterin nanti."

Buru-buru aku mengambilkan Adel sarapan. Agar dia tidak banyak bertanya lagi. 

"Mama lagi ada masalah, ya? Atau berantem sama Papa?"

Mendengar pertanyaan Adel, aku sedikit tersentak. Menggigit bibir, berusaha mencari jawaban yang tepat. 

"Enggak. Mama sama Papa lagi sibuk aja. Gak ada masalah apa-apa, kok."

Adel masih menatapku tidak percaya. Dia mengambil piring yang aku sodorkan. 

Gantian aku menatap Adel. Anak perempuanku sudah dewasa. Ah, aku bingung kalau disuruh menjelaskan pada Adel. 

Tak henti aku menatap Adel yang sangat mirip dengan Mas Riky. Bibirnya, hidungnya. Aku sudah seperti melihat Mas Riky. 

Kalau bukan karena fisik Adel yang sedikit lemah, aku akan memberitahukan semuanya pada anakku ini. Sayang, itu tidak mungkin.

Ah, maafkan Mama, Nak. 

***

Aku akan mengantarkan Adel dulu ke rumah Mama. Sebelum menemui Mama Mas Riky. 

"Assalammualaikum, Ma."

Adel langsung salim pada Mama. 

"Waalaikumsalam. Adel, udah pulang kemping? Oma kangen banget."

"Ma, aku mau nitipin Adel sebentar."

Mama melepaskan pelukan dari Adel. Menatapku serius. 

"Mau kemana?" tanya Mama.

"Iya, Mama sering pergi terus akhir-akhir ini, Oma. Gak ada waktu buat Adel."

Aku tersenyum, menyamakan tinggi dengan Adel. Dia masih kecil, masih belum paham soal masalah Mama dan Papanya. 

"Ada urusan sebentar, Ma."

Di akhir kata, aku mengedipkan mata. Mengirim kode pada Mama. 

"Oke. Adel sama Oma dulu sebentar, ya. Mama ada urusan."

Adel langsung cemberut. Dia kalah olehku dan Mama. 

Sebelum pergi, aku mencium kening Adel terlebih dahulu. Baru masuk kembali ke dalam mobil. 

Aku menghubungi Mama Mas Riky saat di perjalanan. 

"Assalammualaikum, Ma."

"Waalaikumsalam. Ada apa, Ria?"

Aduh, Mama Mas Riky sepertinya lupa dengan masalahku dan anaknya. 

"Mama ada di rumah? Ria mau ke rumah, nih."

"Ada. Kamu kesini aja, kebetulan Mama lagi masak enak."

Aku menganggukkan kepala. Berbicara beberapa kata lagi pada Mama, baru kemudian mematikan telepon. 

***

Mobil masuk ke halaman rumah Mama Mas Riky. Aku memarkirkan mobil. 

"Ria, apa kabar?"

"Sehat, Ma."

Kami masuk ke dalam rumah. Aku menatap sekitar, lumayan sepi.

"Papa mana, Ma?" 

"Biasa, kerja."

Oh. Aku mengangguk-angguk.

"Nah, kamu mau bicarain apa, nih?"

Aku menghela napas pelan. Sedang menyiapkan kata-kata. 

"Ini soal Mas Riky yang berselingkuh, Ma."

Mama tersenyum tipis. Seperti sudah menebak apa yang akan aku bicarakan.

"Kamu tenang aja. Soal warisan ini, nanti akan Mama sama Papa berikan ke Adel. Tidak akan Mama sama Papa berikan ke Riky."

Mendengar itu, senyumku merekah. 

"Nah, untuk fasilitas, Mama sama Papa udah sepakat untuk menghentikan semuanya. Jadi, Riky gak akan bergantung lagi sama Mama juga Papa."

Ah, ingin rasanya aku memeluk Mama dan Papa Mas Riky. Benar-benar mengerti soal kondisi sekarang. 

"Jujur, Mama juga kecewa dengan Riky. Bisa-bisanya dia selingkuhin kamu. Pokoknya, kamu tenang aja."

Mama mengajak makan setelah itu. Aku akhirnya bisa menghela napas lega sekarang. 

Mas Riky sudah tidak mempunyai apa pun. Dia harus bekerja keras sendiri. 

Kita lihat saja, sampai kapan Mas Riky akan bertahan. Memamerkan kekayaannya yang perlahan akan habis. 

"Kenapa Adel gak diajak kesini, Ria?"

"Lumayan jauh, Ma, perjalannya. Takut Adel sakit nanti."

Mama menganggukkan kepala. "Coba Mama punya cucu laki-laki dari kamu. Pasti, Mama lebih bahagia lagi."

Mendengar itu, aku menoleh ke Mama Mas Riky. 

Entahlah, aku merasa ada sesuatu di nada bicara Mama mertuaku. 

"Aku ke kamar mandi dulu, Ma."

Mama mertuaku mengangguk. Mengizinkan. 

Tidak. Aku bukan ingin ke kamar mandi. Ada sesuatu yang ingin aku pastikan. 

Pandanganku terhenti ke arah ruang kamar Mama Mas Riky. Baiklah, saatnya mengecek semuanya. 

Pelan sekali aku membuka pintu kamar. Tidak ada siapa-siapa di sekitar sini. 

Tubuhku membeku melihat lukisan yang ada di dinding kamar. Aku menahan napas. 

Foto keluarga. 

Hanya saja, di samping Mas Riky bukan aku. Tetapi Hanin!

***

Jangan lupa like dan komen, yaa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status