Melihat Ayah dan Ibu kembali bersama benar-benar seperti mimpi. Aku bahkan sudah sempat menganggap Ayahku sudah meninggal. Rasa kecewa dan sakit hati memaksaku untuk melupakan Ayah dan keluarga kayanya. Tapi Tuhan ternyata berkehendak lain, Ayah sekarang ada di tengah kami.Ayah dan Ibu bak dua sejoli yang baru jatuh cinta. dimana ada Ibu di situ ada Ayah. Terlebih Ayah yang kelihatan sekalibucintingkat akut.Seperti pagi tadi mereka berdua pergi ke pasar. Berhubung letaknya tidak jauh dari rumah Ayah mengajak Ibu untuk jalan kaki. Ayah bahkan tak sungkan membawakan tas belanjaan Ibu.Aku bahkan melihat bagaimana tatapan tetangga saat Ayah dan Ibu lewat depan rumah mereka. Jelas sekali kecanggungan di wajah Ibu, tapi tidak bagi Ayah, laki-laki pemilik wajah blasteran Indonesia Jerman itu bahkan tidak sungkan menggandeng tangan Ibu, sementara tangan satunya membawa tas belanjaan. Sesek
Kupuaskan dua hari ini libur di rumah dengan tidak kemana-mana, benar-benar di rumah saja, menikmati kebersamaan dengan Ayah dan Ibu. Banyak kegiatan yang kami lakukan, dari beberes rumah, mengurus bunga, atau mencoba menu baru.Di setiap kegiatan kami Ayah tanpa sungkan ikut membantu, meskipun ada beberapa bantuannya yang bukannya meringankan tapi malah mengacaukan kata ibu. Tak jarang Ibu ngomel-ngomel karena Ayah hanya menambah pekerjaan saja."Udah lah, duduk saja kamu, Mas! Nggak selesai-selesai kalau begini caranya," protes Ibu saat melihat Ayah salah menyiram bunga anggrek koleksinya."Aduh maaf. Emang anggrek nggak boleh disiram apa gimana? Mas nggak tahu." Ayah mencoba membela diri."Bukannya nggak boleh disiram, Yah. Tapi nggak boleh berlebihan airnya nanti bisa busuk." Aku mencoba menerangkan pada Ayah."Astaghfirullah, maaf ya, yang! Nanti deh Mas belikan bunga anggrek. Mau yang macam apa, tinggal pilih aja.""Bukan m
Jadwal keberangkatan kereta Ayah dan Ibu ke Jakarta pukul sepuluh malam ini. Setengah jam sebelum waktu keberangkatan kami telah sampai di Stasiun Tawang. Dari pada terburu-buru kata Ibu, jadi lebih baik berangkat lebih awal.Meskipun malam namun suasana stasiun cukup ramai. Beberapa calon penumpang juga tampak diantar oleh keluarganya. Para pedagang juga masih menjajakan dagangannya."Nggak ada yang kelupaan kan, Yang? Tiket sudah di cek?" tanya Ayah pada Ibu."Sudah tak masukan tas kok, ini..." jawab ibu sambil menunjukan dua lembar tiket kereta yang diambilnya dari dalam tas."Jangan kebanyakan makan mie instan!" Celetuk Ayah tiba-tiba pindah haluan topik."Apa sih, Yah?" tanyaku pura-pura tidak tahu."Ayah tadi lihat, lengkap bener koleksi mie instanmu. Koleksi itu perhiasan kek, ini koleksi kok mie instan," ejeknya sambil terkekeh."Susah dibilangi anakmu ini kok." Ibu turut memojokanku. Aku sendiri cuek bebek, lah gi
I luv u ols😍😍😍 Selamat membaca yaaaa...semoga kelen suka🥰🥰 ***** Akhir pekan tiba, tepat sesuai dugaanku, aku tidak jadi pergi mengunjungi Ayah dan Ibu di Jakarta. Kebiasaan mudik ke Kudus di akhir pekan pun kali ini tidak kulakukan. Mau mudik juga nggak ada ibu, pikirku. Akhirnya ku habiskan akhir pekanku di kos saja, beberes dan membaca novel. Menjelang sore, Mba Mira menghubungiku, dia mengajakku untuk menemaninya pergi ke suatu acara pada Minggu pagi, besok. Aku sudah mencium aroma-aroma tidak enak, palingan diajak juga untuk membantunya menjaga si kembar, anak mereka yang memang super aktif, intinya aku jadi babysister. Tapi dari pada bosen di kost sendirian, aku pun menerima ajakan Mbak Mira. Tidak masalah menjaga duo krucil gemoy. Toh mereka berdua selalu bisa jadi sekutuku. Keesokan harinya sekitar pukul sembilan, Mba Mira dan Mas Radit datang menjemputku. Aku yang telah siap bergegas keluar saa
Hai Bestie, up lagi yaa, semoga kalian suka🥰🥰*****Setelah melayangkan banyak protes pada pasutri resek, yang masih saja cengangas-cengenges menanggapi kekesalanku, aku memutuskan langsung pulang ke kosan. Kekesalanku sedikit berkurang karena Mas Radit berbaik hati mengantarku dulu ke kost sebelum mereka pulang ke rumah."Ate Ui pulang dulu ya, Bos," pamitku pada Zaiden sebelum turun."Ate besok main lagi ya!" pinta si Bos kecil."Siap Bos," kataku sambil hormat."Tuan Putri nanti video call Ate Ui ya! Nanti ate kasih tau make up apa saja yang dibutuhkan seorang putri." Genderang perang siap ditabuh, Syanum kujadikan media untuk membalas keisengan pasutri kurang gawean yang sedang duduk di kursi depan."Wid awas ya, jangan coba-coba merusak kepolosan anakku, dengan hobi nggak jelasmu!" Tak perlu waktu lama Mba Mira langsung bereaksi."Wanita itu harus memiliki wawasan lua
Yuuhuuu guys jangan lupa follow dan komentnya yaa, biar tambah semangat akunya😘😘😘****Tiga hari sudah tidak ada lagi kiriman sarapan untukku. Mas Dika benar-benar menepati janjinya untuk berhenti memperjuangkan cintanya. Selama tiga hari ini Mas Dika juga seperti menghindariku, tak sekalipun kami bertemu lagi setelah obrolan empat mata kami.Ada sedikit rasa kehilangan, ketika ada rutinitas yang tiba-tiba berhenti. Biasanya setiap pagi Mas Dika akan menyempatkan mampir ke ruanganku, selain memberikan sarapan pagi, juga untuk melayangkan gombalan-gombalan garingnya padaku.Yang kuinginkan bukanlah seperti ini. Aku ingin tetap menjalin perteman dengan Mas Dika. Mengesampingkan kisah yang memang sebenarnya belum dimulai, namun tapaknya Mas Dika tidak sependapat denganku. Karena jelas sekali dia benar-benar menghindariku."Melamun aja kamu, Wid." Mba Mira tiba-tiba d
Hai Bestie bab 10 up yaa. Semoga kaian suka deh, pokoknya masih ada si bucin Satria sama si eneng cantik Widuri.*****Ketika waktu maghrib tiba, sudah menjadi kebiasaan di keluarga Mba Mira, untuk laki-laki biasanya salat di masjid, sementara yang perempuan akan salat berjamaah di musala rumah. Hari ini Mas Radit ke masjid bersama bos dan temannya yang baru kutahu bernama Bayu. Sementara kaum hawa yang telah selesai berjamaah, mulai berkutat dengan persiapan makan malam."Sambelnya mana, Lik Sur?" tanya Mba Rima setelah tak melihat sambel ikut tersaji di meja makan."Tadi kan Mba Widuri yang ngulek to, Mba. Di taruh mana aku kok nggak lihat, yo?" tanya Lik Sur padaku.Aku langsung teringat sambal yang tadi kutaruh di dekat rice cooker. "Owalah iya, tadi tak taruh di dekat rice cooker, malah lupa, tak ambil dulu ya." Aku segera melesat kembali ke dapur mengambil sambel.Saat kembali ke ruang makan, para pria telah duduk m
Hai kamu iya kamu selamat malam. Pak sendok up nieh. Semoga klen suka yaaa. Btw, ada yang nungguin pak sendok nggak nih? kalu sudah baca boleh loh tinggalin jejak, jangan lupa ulasannya yaa bintang lima dooong. i lup u ols🥰🥰*****Malam semakin larut, anak-anak Mba Mira sudah terlelap, setelah kubacakan mereka dongeng. Mba Mira sendiri biasanya akan tidur dengan Mas Radit dulu, namun akan bergabung denganku saat Mas Radit telah tidur. Pernah aku keberatan, nggak enak rasanya kalau kehadiranku mengganggu kebersamaan mereka, namun Mba Mira tidak peduli, dengan alasan sudah minta ijin Mas Radit, dan Mas Radit juga tidak keberatan.Pukul 21.15 kuputuskan untuk mengirim pesan pada ibuku, mengecek sudah tidur atau belum. Saat pesan yang kukirim langsung centang biru, segera saja ku-video call nomor Ibu."Assalamualaikum bu," sapaku ketika wajah Ibu telah mun