共有

6. Kemunculan Sang Pria

作者: Qwindive
last update 最終更新日: 2021-08-27 11:26:24

"Ehem. Kami akan turun. Silakan panggil kami jika kalian butuh sesuatu," deham Varra seraya menarik lengan Gretta yang terpana melihat ketampanan calon kakak ipar.

"Ayo, turun!" bisik Varra pada gadis yang masih enggan beranjak.

"Mom! Gretta!" panggil Acasha yang tak nyaman ditinggalkan berdua saja dengan calon suami yang tidak dikenalnya.

Namun, apa daya? Ibu dan saudarinya sudah lenyap dari pandangan. Mau tidak mau, Acasha harus tetap berada di tempatnya bersama pria rupawan yang menjulang di hadapannya.

Tak lama setelah derap langkah tak lagi terdengar, mendadak pintu kamar menutup pelan dengan sendirinya. Tak ada angin ataupun seseorang yang mendorong pintu yang semula terbuka lebar itu. Seketika bulu roma Acasha meremang. Ia pun melempar pandang pada sang calon suami yang kini tersenyum lebar menampakkan gigi taringnya yang tajam. Pupilnya yang merah terlihat semakin menyala terang.

"Apa aku salah lihat?" batin Acasha.

Ia tersentak dan limbung ke belakang. Namun, sang calon suami sangat sigap menangkap pinggangnya yang ramping.

"Wajahmu tegang sekali. Apa yang sebenarnya kamu takutkan, Sayang?" bisik sang calon suami menahan tubuh Acasha yang mulai memberontak.

"Bisakah Anda melepaskan saya?" ujar sang calon istri berusaha menjaga jarak yang semakin dekat itu.

"Izinkan aku ... sebentar saja," pinta sang calon suami mengunci pergerakan Acasha dan perlahan mendekatkan wajah tampannya hingga terasa embusan panjang napasnya menyentuh kulit tengkuk sang calon istri. Sontak tubuh Acasha bergetar ketakutan.

"A-apa yang Anda lakukan? Bukankah tindakan Anda ini tidak sopan?" protes Acasha dengan suara tertahan, mengerahkan segenap tenaga untuk melepaskan kuncian yang sangat erat.

Sang calon suami masih memejamkan pelupuknya dan menghirup aroma di sekitar tengkuk Acasha.

"Ssst. Biarkan aku ... sebentar ... saja."

Acasha mengeratkan rahang dan berhenti memberontak. Ia terpaksa mengalah dan menerima perlakuan aneh dari sang calon suami yang bertenaga lebih besar darinya. Ia sadar bahwa mustahil baginya untuk terus melawan. Suasana pun menjadi hening untuk beberapa saat.

"Sudah sangat lama aku menantikan saat-saat seperti ini. Meskipun kamu belum merekah sempurna, tapi aku merasa cukup tergugah dan berharap banyak padamu," bisik Orion Remo tepat di telinga Acasha yang bergidik ngeri.

"Apa maksud Anda? Bukankah Anda datang untuk melihat saya mencoba gaun pernikahan? Kenapa Anda justru memaksa memeluk saya dan terus mengatakan hal-hal aneh?" protes Acasha merasa risih dan tidak nyaman.

Ia kembali bergerak-gerak hendak melepaskan diri. Namun, tak butuh waktu lama, kuncian erat itu pun melonggar dan Acasha terbebas.

"Aku tak peduli dengan gaun pernikahan. Aku hanya peduli denganmu."

Jemari sang pria menyentuh bekas luka di ranum sang gadis.

Plak!

Acasha menampik tangan yang datang tanpa permisi.

"Sudah cukup! Jangan sentuh saya! Saya tahu kita akan menikah, tapi jangan melakukan sesuatu tanpa seizin saya! Anda tahu, dari tadi Anda tidak sopan pada saya! Apakah itu pantas dilakukan oleh seseorang yang dipanggil dengan sebutan 'Tuan'?"

Dan di luar dugaan, Orion Remo memberikan respon yang tak disangka-sangka. Bukannya marah, ia justru mendendangkan tawa.

"Nah, begitu! Aku suka semangat itu! Baiklah. Kurasa, sudah saatnya aku pergi. Beristirahatlah! Kita akan bertemu di altar besok. Sampai jumpa, Calon Istriku!"

Tanpa sempat menyahut, manik violet Acasha mengekori langkah riang sang calon suami yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu kamar yang mendadak terbuka dan menutup tanpa disentuh.

"Gila! Orang itu ... gila! Oh, Tuhan! Bagaimana mungkin?" ujar Acasha seraya menepuk keningnya. Ia berkedip-kedip untuk beberapa saat dengan kepulan asap keluar dari kepalanya.

"Apa dia penyihir? Atau pesulap? Tidak. Mana mungkin? Di era modern? Ah, tidak, tidak. Ini mungkin hanya ilusi optik. Ya ... ini ilusi optik," celoteh Acasha berusaha berpikir logis.

Ia tidak tahu, seseorang yang ia pikirkan masih berdiri dan menguping celotehannya di depan kamar sambil menyeringai lebar.

***

Waktu seolah melambat dan malam terasa sangat panjang saat otak Acasha terus terjaga dengan berbagai pikiran yang tak ingin diabaikan. Ia hanya duduk di atas ranjang sambil memeluk kedua kaki yang terlipat di depan dada, menatap gaun pengantin yang akan dikenakannya esok hari.

Ia masih tak habis pikir, waktu yang dimilikinya sebagai Acasha Ignatius hanya tersisa beberapa jam saja. Sebentar lagi, ia akan menikah dan berganti status sebagai Acasha Remo.

Semua ini terlalu cepat, terlalu mendadak, dan terlalu buru-buru. Seharusnya, semua ini belum terjadi.

Acasha masih ingin meniti karier, menikmati masa-masa lajangnya, dan bahkan melanjutkan pendidikannya lagi. Ia masih ingin bersenang-senang dengan dirinya sendiri dan membahagiakan Mom juga Gretta. Bukan justru menikah dengan pria asing yang aneh, seperti calon suaminya.

Benar. Ini bukan keinginan Acasha. Ini bukan keputusan Acasha. Ia hanya terpaksa menerima dan menjalani semua ini karena permintaan ibunya dengan dalih untuk membalas jasa keluarga Ignatius yang selama ini sudah melahirkan, merawat, dan menjaganya hingga saat ini.

Tapi, apakah semua ini sepadan? Akankah Acasha bahagia dengan pernikahannya kelak? Semua ini tidak bisa diprediksi. Semua ini tidak bisa dipertanggungjawabkan karena bagaimana pun, hanya Acasha yang menanggung semua beban ini sendirian.

Acasha juga tidak tahu bagaimana sifat dan kepribadian dari calon suaminya ini. Pertemuan pertama yang singkat ini terkesan aneh dan tidak menyenangkan bagi Acasha. Ia juga merasakan atmosfer penuh tekanan dan menakutkan dari aura yang dipancarkan oleh Orion Remo.

"Sikapnya yang tidak sopan itu ... sangat mengganjal. Apa pula maksud dari ucapannya itu? Merekah? Tergugah? Berharap padaku? Arghhh .... Dasar orang aneh!" pekik Acasha menenggelamkan wajah di balik kakinya.

Dalam benaknya, Acasha kembali mengulas penampilan Orion. Dadanya bidang, badannya tegap, tinggi menjulang. Sangat cocok dengan jas hitam yang ia kenakan. Wajahnya tampan dengan dagu yang lancip dan panjang, kulitnya seputih porselen, rambut lurus panjang keabuannya diikat rapi di belakang, hidungnya mancung, alisnya tebal dan tajam, lensa matanya merah terang, dan gigi taringnya terlihat panjang dan sangat tajam.

Alis Acasha berkerut. "Mata merah ... Gigi taring ...."

Belum sempat otak Acasha selesai mencerna, tiba-tiba suara ketukan lambat dari arah balkon memecah keheningan.

Mendadak suasana berubah menjadi semakin sunyi saat suara ketukan tersebut menghilang. Suara jarum jam dinding terdengar lebih lambat dan lebih nyaring daripada biasanya. Degup jantung Acasha bertalu-talu, menambah atmosfer ketegangan di kamar yang terasa dingin itu.

"Mungkinkah aku salah dengar?" batinnya sekaligus menajamkan indra pendengaran. Acasha menunggu beberapa saat sampai ...

Tok ... Tok ...

Ketukan lambat itu kembali terdengar. Setelah menelan saliva yang terasa sebesar anggur, Acasha memberanikan diri untuk mendekat ke sumber suara.

Selangkah demi selangkah mengendap-endap, membuka sedikit tirai yang menutupi kaca jendela. Tanpa sadar, mulut Acasha menganga bersamaan dengan kelopak matanya yang melebar maksimal.

"Dia ... dia ... pria yang di taman, kan? Pria bermata biru, kan?"

Acasha mengucek matanya berulang kali untuk memastikan bahwa dia tidak sedang berhalusinasi. Acasha benar-benar yakin dengan keberadaan pria bermata biru yang tempo hari mengembalikan botol parfum bunga Gardenia miliknya.

"Bagaimana bisa dia tahu rumahku? Dan ini 'kan di lantai dua??"

Acasha terheran dan kebingungan di saat yang sama. Ia terus menggigit bibir sambil menatap sosok pria yang masih berdiri di depan pintu balkon kamarnya.

"Nona, dengar suara saya, kan?" celetuk suara berat sang pria bermata biru seketika menghentikan aktivitas menggigit bibir gadis yang mulai berdarah itu. "Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Nona. Hal ini, berkaitan dengan masa depan Nona."

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   82. Membuka Tabir

    "Kurang ajar! Beraninya kau pada Tuan Orion!" teriak Gretta yang sejak tadi bersembunyi di balik bayangan Orion. Ia melesat cepat untuk melayangkan serangan kepada Acasha yang berdiri membelakanginya.Namun, dengan gesit, Acasha berpindah dari sana tanpa berhasil tersentuh barang seujung kuku. "Gretta, berhentilah! Aku tidak ingin menyakitimu."Mendengar ucapan Acasha, tubuh Gretta seketika menjadi kaku, kedua kakinya melekat erat dengan lantai dan anggota tubuhnya benar-benar tidak dapat digerakkan sama sekali."Ugh ... kenapa aku nggak bisa gerak? Apa yang kau lakukan padaku?! Lepaskan aku, jalang! Lepaskan aku!!" teriak Gretta sangat lantang."Gretta, apa tuanmu yang sudah mati itu tidak pernah mengajarimu sopan santun? Aku yakin dia sudah pernah mengajarimu, tapi sepertinya otakmu tidak sanggup menyerap pelajaran dengan baik," ucap Acasha dengan ekspresi dan suara bernada datar."Jaga bicaramu! Kau pikir, aku akan bersopan-santun padamu? Cih, jangan harap! Kau bukan Tuan Orion! Me

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   81. Dalam Genggaman

    Deg ... deg ... DEGDEGDEGDEG ....Degup jantung pria yang tengah tertunduk, terkulai tak berdaya dalam cekalan rantai terkutuk pada kedua tangan dan kaki itu, mulanya sangatlah lemah akibat kehabisan darah. Namun, kini debaran di dada terasa semakin cepat, sangat cepat dan semakin intens seolah ingin meledak dan menghancurkan tulang rusuk menjadi berkeping-keping.Demian membuka mata. Ada kilatan merah di lensa birunya yang membelalak lebar. Keningnya berkerut dalam menahan sensasi sakit luar biasa tengah menggedor-gedor dada bidangnya. Peluh bercampur darah pun mengalir di pelipisnya."Khhh ...."Sesak! Paru-parunya terasa dihimpit batu besar dari dua arah berlawanan. Oksigen sama sekali tidak bisa masuk dengan benar memenuhi rongga-rongga udara seolah ia sedang tercekik dan tak sanggup pula untuk berteriak.Tubuhnya lantas memberontak. Bergerak-gerak dengan brutal dan tak terkendali akibat rasa sakit yang tak bisa didefinisikan lagi dengan kalimat apa pun. Tidak ada satu pun ungkapa

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   80. Gerhana Super Blood Moon

    Angin berembus kencang menggoyangkan dahan dan ranting serta menerbangkan butiran salju berputar-putar di udara. Deburan ombak di laut tak kalah riuh menabrak batu karang juga dermaga seolah ingin melahapnya.Langit malam tampak cerah-berawan membawa kelam semakin mencekam saat rembulan perlahan kehilangan cahayanya dan berubah warna menjadi merah, semerah darah.Ialah Super Blood Moon. Fenomena yang terjadi setiap 195 tahun sekali, ketika matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis lurus. Bulan akan masuk seluruhnya ke dalam bayangan inti atau umbra bumi, sehingga tidak ada sinar matahari yang bisa dipantulkan ke permukaan bulan.Dalam fenomena menakjubkan yang sedang berlangsung itulah, takdir baru sang vampir muda dimulai.Acasha terbangun dengan kedua warna mata berbeda. Iris ungunya telah berubah warna serupa merah darah, menatap lurus vampir berusia ratusan tahun yang tengah memangkunya."Acasha ...." bisik Athan tertegun melihat perubahan yang sudah pernah ia perkirakan s

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   79. Pemandangan Macam Apa?!

    "Dasar sinting!" umpat Chesy bersikeras memberontak dan mendorong tubuh Bedros ke depan. Namun, sang kaki tangan Orion yang setia itu justru mengunci tubuh Chesy semakin kuat dan menancapkan taring tajamnya di leher jenjang Chesy yang sudah sangat menggiurkan sejak tadi. Gluk ... Gluk ... Gluk .... Benar. Mirip tapi beda. Mirip dari rambut ginger-nya yang bersinar cerah bagai daun maple di musim gugur. Lalu, bedanya ... harum tubuhnya bak bunga gardenia yang bermekaran dan manis darahnya sangatlah nikmat, membuat siapa pun yang menghisapnya merasa tenang dan larut dalam kesejukan di setiap tegukan, tak terkecuali dengan Bedros. Aroma gardenia yang diterbangkan angin mencapai indra penciuman Gelsi. Ia pun menoleh. Tepat di depan mata, ia menyaksikan satu-satunya putri kesayangannya yang seorang Half Blood Klan Agathias tengah tak berkutik dalam rengkuhan Loyal Blood Klan Remo. Terpantiklah percikan api seketika mengobarkan kemurkaan di dalam diri seorang ayah vampir. "ENYAHK

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   78. Sayangnya, Dia Sudah Mati

    Sang surya mulai menyembunyikan terang sinarnya, berganti dengan gulita yang siap menyongsong hamparan kristal beku, menambah suasana mencekam yang semakin menyelimuti Pegunungan Wolley.Udara dingin bukanlah masalah besar bagi para vampir, tetapi serangan dari makhluk yang diciptakan dari darah terlarang itu tak kunjung berakhir. Mereka datang dari berbagai penjuru, bagai muncul dari selang air yang menyemburkan Forbidden Blood nan menjijikkan, hingga membuat muak para Loyal Blood yang tengah membasmi mereka. Namun, ada satu hal positif yang bisa menjadi petunjuk. Dengan semakin rapatnya intensitas kemunculan Forbidden Blood, berarti mereka sudah semakin dekat dengan lokasi tujuan.Athan, sang Pure Blood Klan Agathias, ditemani Half Blood dan ketiga Loyal Blood terdekatnya, terus berlari dalam kecepatan yang sama—sangat cepat—demi mengejar detik yang terus bergulir."Waktu kita tidak banyak," gumam Athan setelah menatap langit sesaat.***Setelah menghadapi segala aral melintang, ak

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   77. Evakuasi

    "Jangan bilang ... dia belum kembali," ucap wanita itu, tercenung."Ha ...." Ela mendongakkan kepala, menghela napas kesal. "Nona, saya tahu, Anda tidak menyukai Nona Acasha, tapi saya tidak menyangka kalau Anda sejahat itu.""Nona Zelika, kenapa Anda tega meninggalkan Nona Acasha sendiri? Seharusnya Anda membawa dia kembali bersama kami!" imbuh Lieke tersulut emosi, entah ke mana perginya ketakutan dan kekhawatiran yang sempat menciutkan nyali.Zelika memejamkan pelupuk sambil memijat pangkal hidungnya pelan. "Nona-Nona Sekretaris, sebenarnya bukan saya yang meniggalkan, justru saya yang ditinggalkan. Lagi pula, saya sudah berbaikan dengan Nona Acasha. Sudah tidak ada lagi niat jahat padanya barang sedikit pun."Dengan alis yang masih bertaut, Lieke membalas, "Lalu, di mana dia sekarang?""Mungkinkah, dia sudah masuk ke sini sebelum kami?" celetuk Ela. "Atau berlindung di tempat lain?" lanjutnya.Zelika mendesah pelan. Parasnya tetap terlihat cantik dan menawan meski gurat keresahan

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status