Suara senandung menggema di seluruh ruangan berdinding kayu yang dihiasai banyak kain hitam menjuntai. Wanita berambut orange dengan tato bintang di lengan itu tengah menyisir rambut, mematut dirinya sendiri di depan cermin.Kamar itu gelap dan kecil, jendela dibiarkan tertutup menghalangi udara masuk, hanya terdapat satu meja yang dia pakai dan ranjang di belakangnya."Kau sudah bangun, Jenings?" Tanya Lacres, melirik dari cerminnya pada pria yang terduduk di ranjang."Dimana aku?" Tanya Jenings serak sebelum meregangkan pundaknya yang kaku."Tentu saja, di rumahku. Apa kau tidak ingat kita baru saja melakukan kegiatan yang indah?" Tanya Lacres, suaranya sengaja dibuat mendayu-dayu.Jenings menatap tubuhnya sendiri yang polos sebelum termenung lama."Kau benar. Kenapa, ya? Rasanya aku terus melupakan sesuatu." Tukas Jenings menjambak rambutnya sendiri dengan kening mengerut."Hari ini pun, aku seperti melupakan sesuatu. Setelah bertarung dan membawa uang, aku bertemu kau di Pasar, se
Jantung Kael berdebar seiringan dengan deburan ombak saat mendapati raut gelisah dan terkejut yang kentara dari Pollux."Sebenarnya ada apa? Maksud bintang hitam itu apa?" Desak Kael.Pollux bergeming dengan kening mengernyit sebelum menatap Kael dalam."Aku harus memastikannya sendiri. Untuk sekarang, jagalah Anna dan jangan mencari keributan dengan Jenings maupun wanita itu." Peringat Pollux."Tunggu! Guru!" Tukas Kael namun Pollux sudah melenggang pergi.Kael jadi menipiskan bibir dengan wajah gelisah. Ini sungguh mengganggu hatinya. Dia resah memikirkan segala kejadian dan kemungkinan buruk yang akan terjadi.Anna mengerang pelan sebelum mengerjapkan netranya dan beranjak bangun."Kau sudah baik-baik saja?" Tanya Kael."Berapa lama aku tidur?" Gumam Anna menguap dan mengucek sudut matanya."Hanya sebentar." Jawab Kael melirik pada pundak polos Anna dan kaki telanjangnya."Ayo, ikut aku sebentar." Ujar Kael menarik lengan Anna dengan tergesa membuat gadis itu tidak sempat bertanya.
Pasar selalu ramai menjelang siang, saat matahari terbenam dan aroma herbal dari kios-kios pengobatan mulai bercampur dengan asap dari kedai babi panggang dan wangi teh roh merah. Kael berdiri di balik tiang kayu berukir, matanya menyipit menembus keramaian. Di antara puluhan pejalan kaki, dia tengah mengintai sosok yang kini berjalan santai melewati Pasar—Jenings.Kepalan tangan Kael menguat dengan gigi menggertak saat Jenings kembali bersama perempuan lain yang berbeda dari terakhir kali.Di sampingnya berdiri seorang wanita muda dengan rambut oranye menyala, jatuh hingga punggung. Kain hitam membebat tubuh wanita itu— menampilkan beberapa bagian seperti paha dan dada namun dia menutupinya dengan jubah hitam pendek sepunggung."Bagaimana dengan pertandinganmu hari ini?" Tanya si wanita, membelai halus lengan Jenings dengan jari lentiknya."Pertandingan tadi seri, lawanku bukan seorang keroco seperti biasa." Jawab Jenings."Uangnya?" Tanya si wanita dengan raut wajah menurun sebelum
"Jangan bercanda!" Tukas Kael naik pitam dan menarik kerah baju Jenings."Kau pikir aku akan tertipu?"Jenings sontak mengerutkan kening mendengar tudingan Kael sebelum menepis lengannya dengan kasar."Kau pikir aku tipe yang suka bercanda?" Desis Jenings, mulai tersulut karena dituduh sembarangan.Napas Kael memburu dengan pundak naik turun, netra tajamnya menatap Jenings lekat. Apa Kael sekarang sudah kena tipuan? Karena dia tidak melihat kebohongan sama sekali di wajah Jenings.Sorot matanya jujur.Kening Kael berdenyut pusing, Kael tidak boleh langsung percaya begitu saja. Bagaimanapun dia adalah pria yang mencumbu wanita lain saat sudah memiliki komitmen dengan Anna.Kedua kepalan tangannya kembali naik dengan pundak waspada, berniat melanjutkan pertarungan.Jika tidak dapat dikonfrontasi langsung, Kael akan membongkar perilaku Jenings diam-diam!Keduanya kembali melanjutkan pertarungan, kali ini dengan intensitas lebih tinggi membuat penonton terperangah karena kencangnya suara
Suara di arena bergemuruh, penonton bingung menentukan kepada siapa uang mereka ditaruhkan. Apakah kepada Jenings yang merupakan petarung terkuat tanpa bisa dikalahkan siapa pun? Atau pada penantang berinisial K yang bisa mengalahkan 100 orang dalam dua hari? Pertarungan itu dimulai dengan sengit. Kael melesat cepat ke arah Jenings sebelum melayangkan satu pukulan. Namun Jenings menahannya dengan menyilangkan kedua tangan di depan wajah, lantas balik memukul Kael yang meloncat mundur. "Ini pertama kalinya aku merasakan pukuln dari seseorang, karena biasanya pukulan mereka tidak pernah terasa atau berdampak apapun padaku. kau boleh juga." Ujar Jenings menyeringai. Kael tidak menjawab, dia beralih memutari arena itu, dengan Jenings yang langsung berlari lurus memotong arena dan melayangan tendangan membuat Kael menahannya dengan tangan di sisi kepala. Kael menangkap kaki Jenings, d
Kau harus mengendalikan ombak gitu dan menyerang ke arah pohon ini jika kau bisa melakukannya maka latihan ini akan selesai ujar volume nunjuk ke arah pohon yang ada di belakangnya tepatnya di sisinya Ini jauh lebih sulit daripada mengendalikan air dalam skala kecil komentar kl tak kalau mbaknya tidak menuruti nya Jangan hanya merasakan esensi lautnya pangeran tapi kamu juga harus mencoba mahabbah menyentuh dan menggenggam esensi lautnya jadi kok bisa mengukur kau akan mengendalikan ombak sebesar apa kau gagal karena kau fokus pada ombaknya dan hanya fokus menyerang harusnya kau fokus pada esensi laut dan coba genggam esensi laut itu harusnya itu menjadi lebih mudah peluk memberikan saran nya Jadi seperti itu gumam kl sebelum mengangguk dia menempuh kedua pipinya untuk membubarkan semua pikiran yang mengganggu dan fokus pada latihan hari ini Jangan fokus untuk mengendalikan esensi laut dalam menjaga banyak fokus saja untuk
Suara teriakan menggema di atmosfer, para penonton mendukung petarung yang mereka taruhkan dalam uang banyak. Pangeran menghindar ke kiri tatkala pukulan melayang ke arahnya, dia tengah melawan seorang petarung bertubuh gempal. Pergerakannya memang lambat namun kekuatan fisiknya kuat. Pangeran berlari menghindar tatkala lawannya bergerak untuk mengunci tubuhnya. Kael mengerahkan esensi laut ke pergelangan kakinya sebelum menendang ke tangan lawan. "ARGHH!" Lawannya mengerang tatkala tangannya bergetar karena serangan Kael barusan. Dia menggeram, melancarkan pukulan. Suara hantaman kuat membumbung ke udara, semuanya tercengang tatkala Kael berhasil menahan serangan dengan kedua tangan menyilang di depan wajah, bahkan tubuhnya tidak mundur ke belakang sama sekali. Para penonton serentak berteriak heboh, mereka tidak menyangka penantang yang awalnya mereka remehkan ... ternyata mampu bertahan sam
"Ck, aku bilang namanya Jenings." Ulang Anna membuat pundak Kael merosot dengan raut wajah menurun."Apa dia punya tatto gagak di dadanya?"Anna tersentak, "kenapa kau tahu? Oh! Apa kau sudah bertemu dengannya? Kau datang ke sini untuk latihan lagi, ya? Itu bagus!" Oceh Anna tanpa menyadari bahwa Kael bergeming sedari tadi dengan wajah memuram."Aku akan memperkenalkan kalian berdua nanti." Ujar Anna antusias."Itu tidak perlu." Balas Kael dingin membuat Anna mengerjap.Senyum Anna luntur seketika, mengangkat sebelah alis. "Kenapa?""Karena aku tidak ingin." Jawab Kael.Atsmosfer mendadak tegang di antara keduanya, hanya suara deburan ombak halus yang memenuhi pendengaran. Anna tidak mengerti kenapa Kael seperti ini, padahal awalnya dia sendiri yang bersemangat menawarkan bantuan untuk mencari tunangannya. Lantas kenapa sekarang sikapnya berubah?Anna jadi berdehem untuk mencairkan suasana. "Kael, apa mungkin ka
"Jenings! Jenings! Jenings! Jenings!" Teriakan teriakan itu menggema di atmosfer tatkala pria berbadan besar dengan otot tebal dan kulit coklat sempurna mengalahkan lawan di atas arena dengan pukulan terakhirnya. Para penonton sontak langsung heboh, mereka berteriak tentang kemenangan dan kekalahan taruhan mereka. Kael yang berdiri di antara barisan penonton, menatap dalam diam pada pria bernama Jenings yang kini sedang melakukan selebrasi kemenangan di atas arena. Kael jadi menyipit tatkala menemukan tato gagak di dadanya. "Di adalah pria paling kuat di arena ini, bahkan mungkin di negara ini. Tidak ada yang bisa mengalahkannya di atas arena maupun diluar. Itu termasuk manusia biasa ataupun kultivator tingkat menengah ke bawah." Ujar Pollux yang ada di sampingnya, memakai jubah putih yang menutupi tubuhnya. "Dia sekuat itu?" Tanya Kael tertegun. "Apakah Jenings juga seorang Kultivator?" Pollux