Lamar Kakak, Nikahi Adiknya

Lamar Kakak, Nikahi Adiknya

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Oleh:  Ulya FaudiyahOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
28Bab
304Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Bagaimana perasaanmu ketika menjadi Aisyah yang menjadi pengganti pengantin, Nadia, kakaknya hilang di hari H. Demi acara tetap berlangsung dan uang panai sudah diterima keluarganya. Jadilah peristiwa ini terjadi. Apakah Aisyah akan bahagia?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Bab 1: Hari Perjodohan yang Berantakan

“Nadia ke mana?!” Suara Ibu menggema di ruang rias, membuat semua orang di dalam ruangan terpaku. Aisyah berdiri kaku di sudut, menggenggam ujung jilbab putihnya yang sudah basah oleh keringat dingin. Dari pantulan cermin besar, ia bisa melihat wajah Ibu yang merah padam, sementara Bapak mencoba menenangkan istrinya dengan suara rendah.

“Tadi masih di sini, Buk. Dia bilang mau ke kamar mandi,” jawab salah seorang kerabat yang ikut membantu acara.

“Sudah setengah jam!” Ibu mendengus kesal. Ia menoleh ke arah Aisyah. “Ais, kamu lihat kakakmu enggak?”

Aisyah menggeleng cepat. “Enggak, Bu. Tadi Mbak Nadia bilang mau ke kamar mandi, tapi Ais enggak tahu ke mana lagi.”

Ibu menekan pelipisnya, napasnya memburu. “Ya Allah… apa dia kabur?” gumamnya, hampir tak terdengar. Namun, itu cukup membuat Aisyah terkejut.

“Bu, jangan berpikiran macam-macam dulu. Mungkin Nadia hanya butuh waktu,” sahut Bapak, mencoba meredakan situasi.

“Waktu apa, Pak? Penghulu sudah datang! Reza sudah menunggu di ruang akad! Tamu-tamu mulai gelisah! Ini bukan main-main!”

Aisyah menunduk, tak berani menatap wajah Ibu yang semakin tegang. Di luar, suara riuh tamu undangan bercampur dengan instrumen musik tradisional yang dimainkan pelan, seolah menambah atmosfer mencekam di dalam ruangan.

Tiba-tiba, pintu ruang rias terbuka keras. Laila, sahabat Aisyah, muncul dengan napas terengah-engah. “Bu, Pak… ini! Saya nemu ini di kamar Mbak Nadia!” Ia mengangkat sebuah ponsel, layar masih menyala menampilkan sebuah pesan.

Ibu buru-buru merebut ponsel itu, matanya bergerak cepat membaca isi pesan. Seketika, wajahnya memucat. “Dia… dia ke rumah mantannya?”

Aisyah mendongak kaget. “M-mantan?”

“Dia dapat pesan dari mantannya! Lihat ini!” Ibu menyerahkan ponsel itu ke Bapak dengan tangan gemetar.

Bapak membaca pesan di layar dengan raut wajah tegang. “Nad, aku belum bisa melupakanmu. Tolong temui aku untuk terakhir kalinya sebelum kamu menikah. Aku ada di rumah. Kumohon, Nad.”

Aisyah menutup mulutnya, tak percaya. “Jadi… Mbak Nadia pergi ke sana?”

“NA-DIA!” Ibu berteriak marah, hampir saja menjatuhkan ponsel itu ke lantai. “Anak ini benar-benar… benar-benar memalukan keluarga!”

Di sisi lain kota, Nadia berdiri di depan sebuah rumah sederhana dengan tangan gemetar. Ia membaca ulang pesan yang dikirim oleh Bayu, mantan kekasihnya. Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya, membuat hatinya bimbang.

“Kenapa aku ke sini?” gumamnya pelan. Tapi, langkah kakinya tetap membawanya masuk ke halaman rumah.

Pintu terbuka sebelum ia sempat mengetuk. Bayu berdiri di sana, mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Ia tersenyum tipis, tetapi matanya tampak gugup.

“Nadia… kamu datang,” ucapnya pelan.

“Aku enggak tahu kenapa aku ke sini,” jawab Nadia cepat. “Kamu bilang ini terakhir kali, kan? Apa yang mau kamu bicarakan?”

Bayu menggaruk belakang kepalanya, ragu. “Masuk dulu, Nad. Kita bicara di dalam.”

Nadia menggeleng. “Enggak. Aku cuma punya waktu sebentar. Apa yang sebenarnya kamu mau?”

Bayu terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Aku cuma… aku cuma mau minta maaf. Aku masih sayang sama kamu, Nad. Aku enggak bisa lihat kamu menikah dengan orang lain.”

Mendengar itu, Nadia merasakan hatinya mencelos. Ia tahu ia seharusnya tidak mendengarkan ucapan itu. Namun, bagian kecil dari dirinya masih berharap Bayu benar-benar tulus.

“Kenapa kamu baru bilang sekarang?” tanya Nadia, suaranya bergetar.

Bayu menunduk. “Karena aku pengecut. Dan aku tahu aku salah.”

Sejenak, Nadia terpaku. Namun, sesuatu di wajah Bayu membuatnya merasa aneh. Ada kegelisahan yang tidak biasa.

“Bayu, kamu serius enggak sih?”

Bayu terlihat semakin gelisah. Ia membuka mulut, tapi sebelum kata-kata keluar, suara tawa keras terdengar dari dalam rumah. Nadia menoleh, bingung. Dari celah pintu, ia melihat beberapa teman Bayu duduk di ruang tamu, memegang ponsel dan tertawa-tawa.

“Dia datang, ya? Wah, gila sih, Bay! Enggak nyangka dia beneran mau ke sini gara-gara dare!” salah satu dari mereka berceletuk.

Nadia membeku. “Dare?”

Bayu langsung panik. “Nad, aku bisa jelasin—”

“Jadi ini cuma permainan?” suara Nadia bergetar, matanya memerah menahan amarah. “Kamu ngajak aku ke sini hanya karena tantangan?”

“Nad, aku enggak bermaksud begitu! Aku beneran sayang sama kamu, tapi mereka… mereka cuma bercanda, aku enggak bisa nolak!”

PLAK!

Tangan Nadia mendarat keras di pipi Bayu. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan berjalan cepat keluar dari rumah, air mata mengalir di pipinya.

Di rumah, suasana semakin tegang. Waktu akad sudah lewat dari jadwal, dan tamu mulai mempertanyakan keberadaan Nadia.

“Pak, kita harus bagaimana? Kalau tamu tahu Nadia kabur, kita bakal malu besar!” Ibu mondar-mandir di ruang tamu, sementara penghulu dan keluarga Reza menunggu di ruang utama dengan wajah canggung.

“Aisyah.”

Aisyah yang sejak tadi duduk diam di sudut ruangan tersentak mendengar suara Bapak. “I-iya, Pak?”

“Kamu harus menggantikan kakakmu,” ujar Bapak tegas.

Mata Aisyah melebar. “Apa? Tapi, Pak… Ais…”

Bapak menatapnya lekat. “Nama baik keluarga kita dipertaruhkan. Kamu tahu itu, kan? Kamu harus kuat, Nak.”

Aisyah merasakan tubuhnya gemetar. Semua mata di ruangan kini tertuju padanya. Ibu memegang bahunya, menatapnya dengan penuh harap sekaligus tekanan.

“Ais, tolong, Nak. Kita enggak punya pilihan lain,” bujuk Ibu.

Air mata mulai menggenang di sudut mata Aisyah. Ia menoleh ke arah ruang utama, di mana Reza berdiri dengan wajah tegang. Pria itu jelas marah, meskipun ia berusaha menutupinya.

“Reza… dia pasti enggak akan setuju, Bu,” bisiknya lemah.

“Itu urusan nanti. Yang penting sekarang, kamu harus menggantikan Nadia,” sahut Ibu dengan nada memerintah.

Aisyah menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu ia tidak punya pilihan. Dengan berat hati, ia mengangguk pelan. “Baik, Bu.”

“Saudara Reza bin Sulaiman, apakah Anda menerima Aisyah binti Abdul Hamid sebagai istri Anda?”

Ruangan hening. Semua mata tertuju pada Reza, yang duduk di depan penghulu dengan wajah dingin. Aisyah, yang duduk di sisi lain, menunduk dalam-dalam, tak berani menatap siapa pun.

Butuh beberapa detik sebelum Reza akhirnya menjawab, “Saya terima.”

Suara itu terdengar datar, tanpa emosi. Aisyah merasakan hatinya mencelos. Bahkan setelah akad selesai, Reza tidak menoleh kepadanya. Ia hanya berdiri, mengucapkan salam pada penghulu dan tamu, lalu keluar dari ruangan tanpa sepatah kata pun.

Aisyah hanya bisa menelan ludah, menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia tahu ini bukan awal pernikahan yang ia bayangkan, tetapi inilah takdirnya sekarang.

Setelah semua tamu pulang, dan rumah mulai sepi, Aisyah mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara dengan Reza. Ia mengetuk pintu kamar yang kini menjadi kamar mereka.

“Mas Reza?”

Tidak ada jawaban.

Aisyah menghela napas dan membuka pintu perlahan. Di dalam, Reza duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela.

“Mas… maaf,” ucap Aisyah pelan.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
28 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status