Home / Romansa / Last Flower / Flower Carrier

Share

Flower Carrier

last update Last Updated: 2021-05-03 16:42:23

Terkadang, saat sepasang anak manusia sedang berputar dalam zona keindahan, maka mereka akan merasa bahwa waktu hanya akan berlalu di sekitar mereka. Seperti apa yang dialami Bayu dan Yuri saat itu.

Andai ribuan titik air tidak menetes pada ujung rambutnya, maka mungkin Bayu dan Yuri tidak akan sadar jika hanya tinggal mereka berdua yang belum pulang.

"Gerimis," ucap Yuri yang mengangkat kedua telapak tangannya.

Mereka berlarian untuk berteduh di bawah sebuah pohon asam pinggir jalan, menunggu sampai sebuah mobil penumpang lewat. Akhirnya, Yuri melambai untuk menghentikan mikrolet yang mengarah ke rumahnya.

"Aku duluan." Yuri pamit kemudian berlari kecil menyeberangi jalan raya.

Yuri duduk lalu membuka pintu kaca jendela mobil itu, mengeluarkan tangannya untuk melambai pada Bayu saat mobil mulai berjalan. Bayu kini menunggu sendiri.

Sebelumnya, seorang pengendara motor yang mengenal Bayu berhenti dan menawarkan tumpangan, tapi Bayu menolak dengan halus, tidak mungkin dia meninggalkan Yuri seorang diri.

Dari atas mobil yang ditumpanginya, Yuri melihat sebuah mikrolet melaju ke arah yang berlawanan saat belum jauh meninggalkan sekolah, mobil itu menjadi kendaraan pulang Bayu.

Bayu tiba di rumah saat sore. Makan, tidur, mandi lalu mempersiapkan kebutuhan untuk hari esok, kantong plastik dan tali rafia. Saat malam sebelum tidur, Bayu selalu menulis atau menggambar sesuatu sambil membantu adiknya belajar.

Keesokan harinya, Bayu tak lagi terlambat ke sekolah, justru ia berangkat terlalu pagi sebab ia tidak suka bila harus berdesakan dalam mobil.

Hari kedua berjalan seperti hari sebelumnya, yang berbeda hanya penampilan para siswa baru dengan tali rafia di kepala mereka.

Seperti salah satu murid wanita dalam kelompok Bayu, kepalanya terlihat begitu ramai dengan 30 ikatan tali rafia pada rambutnya yang tidak terlalu panjang.

Bayu tak melihat Yuri pagi itu. Saat istirahat siang, Bayu makan di kantin yang berbeda karena ajakan salah satu teman kelompoknya.

Bayu tidak pernah bertemu Yuri sampai tiba waktu untuk pulang.

Yuri yang berjalan ke depan sekolah bersama para sahabatnya terus mengasi sekitar, mencari sosok Bayu di antara kerumunan. 

Bayu keluar dari area sekolah bersama beberapa murid melalui jalan yang berbeda dengan Yuri, jalanan untuk kendaraan para guru agar bisa naik ke area sekolah. Sementara Yuri tetap melalui jalanan bertangga yang menjadi jalan utama sekolah.

Hari ketiga menjadi hari berburu tanda tangan bagi para siswa baru. Mereka harus mendapatkan tanda tangan dari 24 orang senior yang menjadi panitia MOS sebelum siang.

Para siswa baru juga diminta untuk menyiapkan sepucuk surat untuk diserahkan kepada salah satu senior pujaan mereka, isi suratnya berisi tentang kesan-kesan para siswa baru terhadap senior selama MOS .

Tidak mudah mendapatkan tanda tangan mereka, para siswa baru akan diberikan sebuah tantangan oleh seniornya sebelum memberikan tanda tangan.

Terkadang tantangan diberikan secara berkelompok atau perorangan.

"Bayu, kemari!" panggil Abu dari atas sebuah batu saat melihat Bayu di antara kerumunan siswa yang ingin mendapatkan tanda tangannya.

Bayu maju ke depan, lalu menyerahkan selembar kertas yang berisi beberapa tanda tangan senior lain.

"Tantangannya apa, Kak?" 

"Kau tak perlu melakukan apa pun," jawab Abu sembari menggoreskan sebuah coretan khas pada kertas Bayu.

"Aku ikut mereka, Kak." Bayu berlari ke arah beberapa siswa yang sedang melakukan gerakan push-up sebagai tantangan. Bayu tak ingin mendapatkan tanda tangan Abu secara cuma-cuma hanya karena Abu berpikir ia adalah adik sepupu Yuri.

Abu tak dapat mencegahnya, ia hanya terdiam kagum melihat tindakan Bayu.

"Makasih, Kak," ucap Bayu saat menerima kembali kertasnya dari Abu.

Tersisa tiga nama lagi yang belum Bayu dapatkan, ketiganya senior wanita, termasuk Yuri.

Bayu keliling mencari mereka, lalu ia melihat keramaian di teras perpustakaan sekolah. Tiga murid senior bergantian memberikan pertanyaan kepada para siswa baru, siapa pun yang bisa menjawab satu pertanyaan akan langsung mendapatkan tanda tangan dari mereka bertiga.

Yuri yang kebetulan melihat Bayu yang baru tiba, langsung memberikan sebuah pertanyaan.

"Siapa nama pelukis The Flower Carrier?"

"Saya, Kak," sambut Bayu dari barisan belakang sambil mengangkat tangannya. 

"Ya, kamu." Salah seorang senior menunjuk Bayu yang menjadi satu-satu murid baru yang mengangkat tangan.

"Diego Rivera, Kak."

Seniornya memanggil Bayu, lalu memberikan tanda tangan mereka bertiga.

"Makasih," ucap Bayu pada Yuri setelah mendapatkan tanda tangannya. Bayu sadar kalau Yuri sengaja melemparkan pertanyaan yang dapat dijawab dengan mudah oleh Bayu.

Yuri menarik tangan Bayu tepat saat Bayu akan beranjak pergi.

"Duduk di sini." Yuri menunjukkan tempat di sampingnya dengan matanya. Bayu menuruti permintaan Yuri dan duduk di sampingnya. Yuri tahu bahwa kertas tanda tangan Bayu sudah lengkap, makanya Yuri menahan Bayu.

Bayu duduk mengamati para seangkatannya menjawab pertanyaan dari Yuri dan dua senior lainnya. Semua pertanyaan mampu Bayu jawab dalam benaknya.

Bahkan jika Yuri tidak memberikan pertanyaan yang mempermudah Bayu, Bayu tetap akan mampu menjawabnya. Itu karena Yuri belum tahu kualitas kecerdasan Bayu, ia hanya berniat menolong Bayu.

Kesibukan Yuri berakhir tepat saat siang. Bayu diajak oleh Yuri ke kantin bersama kedua sahabat Yuri.

Mereka berempat duduk dan makan pada sebuah meja yang sama.

"Yu, ini Iis dan Leila." Yuri memperkenalkan kedua sahabatnya.

"Kamu Bayu, Kan?" tanya Iis memastikan.

"Bener, Kak."

"Kamu udah buat surat untuk senior," tanya Yuri pada Bayu.

"Udah." Bayu menjawab singkat, ia tampak kesulitan menahan senyumnya.

"Surat kamu buat siapa, Yu?" Yuri yang penasaran semakin mendekatkan tubuhnya pada Bayu yang duduk di sampingnya.

"Ada deh," jawab Bayu dengan senyuman yang penuh maksud.

Yuri yang tak mendapatkan jawaban kembali pada posisinya yang semula dengan wajah cemberut. Iis dan Leila hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.

Yuri tak lagi mau menyentuh makanannya, wajahnya terus berpaling dari Bayu.

"Yuri marah?" tanya Bayu dengan senyuman yang seakan menertawakan tingkah Yuri.

"Enggak!" Yuri menjawab tanpa berpaling.

"Oh, aku kira kamu marah."

"Ish!" Spontan Yuri berbalik dan menatap Bayu, lalu berpaling kembali.

"Kak Leila, Kak Iis, Bayu duluan." Bayu pergi tanpa pamit pada Yuri, jelas Bayu sengaja melakukannya. Hal itu membuat darah Yuri semakin mendidih.

Berselang beberapa menit setelah Bayu pergi, beberapa murid berdatangan memberikan surat kepada mereka, kebanyakan murid lelaki.

Setiap surat yang diterima oleh Leila dan Iis langsung dibuka dan dibaca satu-persatu, kalimat dalam setiap surat membuat mereka tertawa.

Berbeda dengan Yuri, ia tidak peduli dengan surat yang berikan untuknya, ia hanya menerimanya lalu meletakkan di atas meja.

"Yuri, kok enggak kamu baca suratnya?" Iis menyodorkan tumpukan surat di atas meja.

"Enggak mau."

"Kami saja yang baca, ya." Leila mulai membuka dan membaca satu per satu surat untuk Yuri.

Yang ditunggu Yuri adalah Bayu, hanya surat dari Bayu yang ingin ia baca. Namun, Bayu tak juga muncul.

Beberapa lembar surat untuk Yuri telah dibaca oleh Leila dan juga Iis, mereka menjadikan itu sebuah hiburan.

"Dari pelukis keindahan wajahmu, Bayu Sonaf." Suara Leila yang membaca pembuka sebuah surat terdengar oleh Yuri.

"Jangan diteruskan, cepat berikan!" Yuri memintanya dengan wajah ceria, melipat kertas itu dengan rapi lalu memasukkannya kembali dalam amplopnya yang penuh warna.

"Katanya enggak mau baca."

"Ini pengecualian!" tegas Yuri.

                                    ***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Last Flower   Sekedar Status

    Setelah liburan selama 2 minggu, Bayu kembali masuk sekolah sebagai murid kelas tiga. Bayu masih menempati kelas A dengan beberapa murid yang berbeda, tapi sebagian besar masih teman satu kelasnya di kelas 2 dulu. Prestasi yang berhasil Bayu raih saat duduk di kelas 2 cukup membanggakan. Begitu juga untuk kegiatan ekstrakurikuler, ditambah jabatannya sebagai wakil ketua OSIS, meskipun yang lebih cocok menjadi ketua OSIS adalah dirinya. Semua karena Bayu sendiri yang tidak ingin menerima jabatan itu. Padahal Bayu mendapatkan 65% suara dari tiga kandidat saat pemilihan. Bayu bahkan tidak tahu jika dirinya akan menjadi salah satu calon ketua OSIS, ia baru tahu saat pemilihan dimulai. Bayu cemerlang dalam urusan sekolah, tapi tidak dengan urusan hati. Bayangan tentang Yuri terus melekat erat dalam benaknya, terutama segala kenangan saat liburan. sedikit rasa penyesalan juga turut menyiksa batinya. Bayu sangat menyesalkan kebodohan dan kepol

  • Last Flower   Potret

    Beberapa jam setelah meninggalkan Bira, rombongan mereka akhirnya tiba di benteng Somba Opo yang letaknya tidak jauh dari pantai Losari. Bayu dan yang lainnya mulai berkeliling di area benteng yang membungkus erat sejuta sejarah itu. Benteng yang dibangun tahun 1545 jika di lihat dari atas akan tampak seperti seekor penyu yang siap merangkak turun ke lautan yang terbentang di hadapannya. Bentuk benteng itu menjelaskan tentang filosofi kerajaan Gowa yang dapat hidup di darat dan di laut sebagai pelaut ulung dimasanya. Bayu berkeliling seorang diri, ia sengaja karena ingin lebih fokus untuk mendalami setiap kisah sejarah yang di pamerkan dalam setiap ruangan tua itu. Bayu selalu tertarik dengan sesuatu yang baru, apalagi jika menyangkut hal-hal yang akan sulit ia jangkau seperti sejarah dan hamparan semesta di luar sana. Bayu yang pertama kali menginjak tempat itu begitu terkesima saat melihat sebuah lukisan kapal pinisi y

  • Last Flower   Tanjung Bira

    Yuri membangunkan Bayu sebenarnya masih sadar dan tak pernah tertidur. Setelah duduk sejenak, mereka kemudian menuju lapangan sekolah di mana bus yang mereka nantikan parkir di sana, terlihat biasa saja tanpa rasa bersalah sedikit pun. Yuri, Bayu, Leila Iis dan para sahabat Bayu kemudian masuk le dalam bus satu persatu. Mereka duduk di kursi yang saling berdekatan. Leila duduk dengan Iis, dan Yuri duduk di dekat jendela berdampingan dengan Bayu. Setelah semua murid mendapatkan tempat duduk, ketiga bus itu pun berangkat merangkak mengikuti sorotan cahaya lampu depannya yang menyusuri gelapnya malam itu. Tak ada sorakan kegembiraan di dalam bus seperti biasanya saat sebuah kelompok wisata telah berangkat. Melihat ke balik jendela untuk menikmati pemandangan juga percuma, sebab yang terlihat hanya kegelapan dan beberapa kilauan cahaya lampu rumah yang tidak begitu padat. Beberapa murid mulai tertidur setelah mereka

  • Last Flower   Menunggu

    "Geser dikit dong, aku pengen duduk deket Yayang aku." Iis memberi isyarat pada Reski agar bergeser sedikit. "Leila, duduk sini." Yuri menawarkan tempat kosong yang ada di antara dirinya dan Idul. Nafas Idul berhenti sejenak saat Leila benar-benar duduk di tempat itu, sekujur tubuhnya mulai kaku. "Dul, jangan lupa bernafas," tegur Bayu yang duduk di ujung bangku, tepat di samping Yuri. "Mungkin dia mati, tubuhnya tidak bergerak," ledek Ahyar. Serentak semuanya tertawa, kecuali Idul yang begitu gugup duduk berdampingan dengan Leila. "Menurut kalian, kami cocok gak?" Idul semakin merasa dikekang oleh kebahagiaan0 saat Leila meminta pendapat pada yang lainnya. "Cocok banget!" Semuanya mengucapkan kata yang sama. "Idul, jangan jadi patung terus! ajakin Leila ngobrol tuh," tutur Iis. "Huh ... eh, hmmm, Anu, kalian kenapa ke sini?" Akhirnya Idul berhasil bangkit dari kematian. "Kalian juga, tumb

  • Last Flower   Bangkai Bunga

    Eka terus memikirkan saran dari Bayu, ia menganggap itu merupakan suatu isyarat agar dirinya segera melupakan Bayu dengan menerima Rahmat sebagai pacarnya. Hal itu juga berarti bahwa Bayu tak lagi ingin kembali padanya, begitulah menurut Eka. Meskipun sebenarnya maksud Bayu bukan demikian. Rahmat yang tak pernah menyerah kembali menyatakan perasaannya pada Eka keesokan harinya. Dan benar, Eka menerimanya dengan senyuman. "Beneran kan? Eka gak main-main kan?" Dengan gembira rahmat merasa tidak percaya dengan jawaban Eka. "Ya udah kalo gak percaya, gak jadi aja," ancam Eka. "Ok, ok, aku percaya." Rahmat melompat kegirangan. Setelah kembali ke kelasnya, Eka menceritakan hal tersebut pada Bayu. "Huh...? Beneran? jadi sekarang kamu udah pacaran dengan Rahmat?" Bayu sama tidak percayanya dengan Rahmat. "Loh, Bayu kok kaget? bukannya kemarin Bayu sendiri yang nyaranin aku buat nerima rahmat biar dia gak pernah n

  • Last Flower   Kesan Berbeda

    Terkadang, apa yang dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga tidak selalu menjadi petunjuk akan sebuah kebenaran yang ada di baliknya. Saat seperti itu pikiran akan menciptakan sebuah pendapat yang berdasar pada apa yang dilihat, tapi hati akan berbisik kala itu juga, bisikan yang terlalu kecil hingga terlalu sulit untuk didengarkan. Saat Eka menyatakan kejadian yang bertentangan dengan apa yang Bayu ketahui, hati bayu sekilas berbicara padanya. "Sudah kukatakan, tidak mungkin Eka akan berkhianat." Dalam benak Bayu. Kata hati memang tak pernah berbohong, meskipun seseorang mengucapkan sebuah kebohongan, dalam hatinya ia tetap sadar akan kebohongan itu. Peringatan itu telah diberikan kepada Bayu, tapi ia tak mendengarkan atau mungkin sengaja tak menghiraukannya. Bayu tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan ketika melihat Eka yang diliputi kesedihan menangis deras di hadapannya. Meski bukan hanya Eka yang merasa

  • Last Flower   Simulasi Kilas Balik

    "Leni, aku minta maaf," pinta Bayu dengan tulus. "Ada apa, Kak? kenapa tiba-tiba minta maaf?" Leni tak melihat kesalahan yang dilakukan oleh Bayu. "Sebenarnya, satu minggu kemarin ada banyak cowok yang minta aku untuk nyampein salam mereka ke Leni, tapi tidak aku lakukan," jelas Bayu yang merasa tindakannya itu adalah sebuah kesalahan. "Gak papa, Kak. Lagian Leni juga gak bakalan terima mereka, itu udah pasti," tutur Leni penuh keyakinan. "Tetap saja aku ini egois, tapi itu aku lakuin karena aku punya alasan sendiri." Pegangan tangan Bayu semakin erat. "Alasan Kakak apa?" tanya Leni. Bayu menatap Leni dalam-dalam. "Itu karena ... aku gak mau Leni jadi milik mereka, aku maunya Leni jadi milik aku. Sejak liburan kemarin, aku terus memikirkan Leni dan gak sabar untuk cepat-cepat ungkapin perasaan aku le Leni," ucap Bayu penuh percaya diri. Mendengar penjelasan dari Bayu, mata Leni perlahan melebar, dadanya s

  • Last Flower   Kumbang Kecil

    Kedekatan Bayu dan Eka terlihat mulai merenggang, sebab Bayu tak lagi berkeliaran bersama Eka yang biasanya selalu bersamanya. Sebuah perubahan besar terjadi pada diri Bayu tanpa ia sadari. Meski Bayu merasa perlakuannya terhadap Eka sama seperti biasanya. Namun, sikapnya yang seakaan menjauhkan diri dari Eka sangat jelas dirasakan oleh Eka. Bahkan dalam sehari Bayu tak pernah berbicara sekalipun pada Eka. Rasa sayang yang memudar adalah penyebab perubahan sikapnya. Sadar arau tidak, rasa bosan akan sesuatu akan mendorong manusia untuk bertindak sebaliknya. Perasaan yang sangat kuat bahkan bisa luntur bila tak dijaga, begitulah yang Bayu alami pada pengalaman perasaan pertamanya yang mungkin kelak akan memberinya sebuah pejajaran. Eka tak pernah meminta penjelasan pada Bayu, ia tak berani melakukan itu, meskipun teman-temannya menyarankan untuk malukan hal tersebut. Eka hanya diam, ocehan cerewetnya menghilan

  • Last Flower   Nilai Kecantikan

    "Pasti Bayu mau putusin aku, trus pacaran ama Leni," ringis Eka sembari mencubit lengan Bayu. "Aduh ... Sakit." Bayu berusaha menjauhkan tangan Eka. "Beneran?" Eka menunjuk wajah Bayu. "Iya ... Beneran, baru juga beberapa hari masa langsung bubaran," jelas Bayu. "Tapi kalo kita udah putus, ya mungkin aja aku bakalan pacaran ama Leni," canda Bayu yang sengaja memancing kemarahan Eka. "Tuh, kan ...," pekik Eka. "hahahaha." Bayu tertawa. "Pacaran aja terus, anggap aja aku haya batu di sini," protes Idul yang diabaikan. "Maaf, Kak. Makanya jangan kelamaan jomblo," ledek Eka sambil menutup mulutnya yang tersenyum kecil. Idul hanya sanggup membalas ucapan Eka dengan wajah kesal. Lalu, mereka kembali melanjutkan latihan sore itu. Bayu tidak begitu memikirkan perihal pernyataan Leni, Eka pun perlahan melupakannya. Idul juga terpaksa mengubur harapannya yang ingin memiliki Leni sebab akan sanga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status