Share

Bab 254

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2025-05-16 13:07:20

GREP!

Mendadak Sonny menarik lengan Gianna dan memaksa gadis itu bersembunyi di belakang rak, yang memajang aneka souvenir di dalam sebuah toko tempat mereka cuci mata.

“Ada a—”

“Ssst!”

Pertanyaan Gianna terpotong oleh isyarat diam yang diberikan Sonny sambil menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri. Ia menekan kepala Gianna agar makin merunduk dan tidak menyembul ke permukaan rak teratas, yang tidak terlalu tinggi. Bahkan, hanya sedikit lebih tinggi dari ukuran meja makan.

Gianna pun membisu dalam kebingungan. Merasakan cekalan Sonny cukup keras pada pergelangan tangan kirinya, Gianna menoleh. Jantungnya sekonyong-konyong menderu hebat kala menyaksikan jari-jari panjang Sonny membelit lengan dengan sangat erat, seolah-olah lelaki itu takut Gianna akan melarikan diri darinya.

Gianna mengangkat wajah, melirik Sonny yang berlutut di sampingnya dalam jarak yang begitu dekat. Ia memandang Sonny tanpa kedip. Untuk pertama kalin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 255

    “Oaheem ….” Amisha menutup mulutnya yang menguap lebar dengan punggung tangan. Zain melirik Amisha dan tersenyum tipis.“Sore tadi sudah tidur. Kok sekarang masih mengantuk?” seloroh Zain, menggoda Amisha.“Tahu nih. Bawaan mata rasanya berat sekali,” sahut Amisha, kembali menguap lebar.“Oh My God! Sekarang kau tidak hanya ratu makan, tapi juga putri tidur,” seru Zain. Ia makin bersemangat menggoda istrinya, apalagi saat dilihatnya Amisha mulai manyun. Ia terkekeh riang.Konsentrasi Yoshi yang tengah mengemudi terpecah oleh keseruan Zain mencandai istrinya. Ia melirik pasangan romantis itu dari kaca spion dan ikut tersenyum menyaksikan roman merajuk Amisha.“Ya sudah. Tidurlah!” bujuk Zain, merangkul mesra pundak Amisha.“Enggak ah. Tanggung,” tolak Amisha sambil berjuang keras melawan kantuk.“Ya sudah. Terserah kau saja. Tapi ingat, jangan sampai ketiduran saat makan ya ….”Zain tak ingin memaksa Amisha. Hany

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 254

    GREP!Mendadak Sonny menarik lengan Gianna dan memaksa gadis itu bersembunyi di belakang rak, yang memajang aneka souvenir di dalam sebuah toko tempat mereka cuci mata.“Ada a—”“Ssst!”Pertanyaan Gianna terpotong oleh isyarat diam yang diberikan Sonny sambil menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri. Ia menekan kepala Gianna agar makin merunduk dan tidak menyembul ke permukaan rak teratas, yang tidak terlalu tinggi. Bahkan, hanya sedikit lebih tinggi dari ukuran meja makan.Gianna pun membisu dalam kebingungan. Merasakan cekalan Sonny cukup keras pada pergelangan tangan kirinya, Gianna menoleh. Jantungnya sekonyong-konyong menderu hebat kala menyaksikan jari-jari panjang Sonny membelit lengan dengan sangat erat, seolah-olah lelaki itu takut Gianna akan melarikan diri darinya.Gianna mengangkat wajah, melirik Sonny yang berlutut di sampingnya dalam jarak yang begitu dekat. Ia memandang Sonny tanpa kedip. Untuk pertama kalin

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 253

    “Kok malah berdiri bengong di sini sih, Kak?” tanya seorang gadis cantik dalam Bahasa Urdu.Gadis itu menatap heran pada Alaya yang masih tegak bergeming tanpa merespons pertanyaannya.“Aneh! Tidak biasanya Kak Alaya seperti ini. Jangan-jangan dia sakit.” Gadis itu membatin cemas. Dirabanya kening Alaya, lalu dibandingkannya dengan suhu tubuhnya sendiri.“Biasa saja,” gumamnya, semakin bertambah heran.Melihat sepasang mata kelam Alaya terpaku pada satu titik, gadis itu pun mengikuti arah pandangan Alaya. Tampak seorang lelaki melangkah terburu-buru dari satu toko ke toko lainnya, seperti sedang mencari sesuatu.Gadis itu menoleh kepada Alaya, kemudian beralih lagi kepada sosok lelaki yang tak terlihat dengan jelas itu.“Kakak mengenal lelaki itu?” tanya gadis itu sambil menyikut lengan Alaya.Alaya terperanjat dan mengerjapkan kedua matanya. Ia masih dikuasai kebingungan ketika melirik gadis cantik yang berdiri di sisi

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 252

    Seorang gadis cantik mencondongkan tubuhnya ke kiri. Berusaha melihat lebih jelas sosok seorang lelaki yang sedang asyik cuci mata pada kios souvenir di sekitar Menara Eiffel. Lelaki itu agak membungkuk dan menoleh ke kanan sehingga mempersulit pandangannya untuk mengenali wajah lelaki itu dengan lebih jelas.Gadis cantik itu mengukir senyuman lebar ketika lelaki itu berdiri tegap. Cepat-cepat ia mengayun langkah mendekati lelaki itu. Rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai lepas berkibar-kibar ditiup angin. Raut mukanya tampak semringah seperti baru saja menemukan barang berharganya yang telah lama hilang.“Zain Adelino? It’s you, right?” sapanya ramah pada sosok lelaki yang masih asyik mengamati cendera mata di kios itu.Merasa nama lengkapnya dipanggil, Zain menoleh. Sesaat ia menyipitkan mata, memandang sekilas pada gadis cantik yang berdiri di depannya. Keningnya yang berkerut menunjukkan bahwa ia sedang berusaha memanggil sepenggal memori, yang mun

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 251

    Terik mentari di musim panas mengurai kelembapan dalam tubuh dan memecahnya menjadi butiran keringat. Gianna menyeka peluh yang membanjiri dahi serta pelipisnya dengan selembar tisu. Adakalanya ia mengibas telapak tangannya untuk berkipas.Semilir angin dan kesejukan naungan pepohonan di sekitar Basilika Sacre-Coeur tak mampu menghentikan rasa gerah menguasai raga Gianna.Sonny mengeluarkan sehelai sapu tangan dari saku kemeja yang dikenakannya. Tubuhnya pun bermandi peluh. Namun, melihat tisu di tangan Gianna nyaris berubah menjadi bubur kertas, ia pun mengurungkan niatnya untuk menggunakan sapu tangan itu.“Pakai ini saja!” kata Sonny, menyodorkan lipatan sapu tangan di genggamannya kepada Gianna.Gianna melirik tisu di tangannya yang sudah hancur. Lalu, tatapannya beralih pada sapu tangan yang dipegang Sonny. Sejenak ia ragu untuk menerima sapu tangan itu.Sonny mengangguk pelan sembari mengerjapkan kedua matanya. Bibir tipisnya pun me

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 250

    “Sebentar! Itu bukannya Gianna ya?” tanya Amisha, menghentikan langkahnya sembari membetot lengan Zain cukup keras.Sontak Zain ikut mengerem langkahnya, menoleh kepada Amisha dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.“Mana?” tanya Zain, mencoba mengikuti arah pandangan Amisha. Namun, ia tak melihat seorang perempuan berjilbab pun di kejauhan sana.“Itu … yang baru mau naik dari bawah sana,” tunjuk Amisha dengan bibirnya pada seorang perempuan yang baru saja menampakkan batang hidungnya yang tadi terhalang pengunjung lain.“Iya. Sepertinya kamu benar. Itu Gianna, tapi ... siapa lelaki yang bersamanya itu?” tanya Zain, penasaran.Jarak mereka cukup jauh dan lelaki itu tengah berpaling muka. Hal tersebut menyulitkan Zain untuk mengenali wajah lelaki yang berjalan di samping Gianna. Namun, ia sangat yakin bahwa lelaki itu bukan Yoshi. Postur tubuh mereka sangat berbeda.Anisha tak menyahuti pertanyaan Zain. Rasa senang bisa bertemu Gian

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 249

    Zain menepuk keningnya cukup keras. Hatinya sempat kebat-kebit dalam ritme resah ketika Amisha menghentikan perkataannya sementara waktu. Namun, setelah ia mendengar penuturan Amisha selanjutnya, senandung gelisah itu beralih rupa menjadi sorak bahagia di relung hatinya. Refleks ia merangkul Amisha ke dalam pelukannya.“Oh My God, Sweetie! Kau nyaris membuat jantungku berhenti berdetak.”Merasa sesak karena dekapan Zain, Amisha terpaksa melepaskan lipatan kedua tangannya, mendorong tubuh Zain agar menjauh darinya.Zain berdiri selangkah dari hadapan Amisha. Ia menatap gemas pada istrinya itu dengan kerlingan nakalnya.“Kurasa aku layak mendapat hadiah spesial,” kelakarnya.“Huh? Kau hampir saja menghentikan aliran napasku dengan pelukan eratmu itu. Sekarang malah minta hadiah. Dasar aneh!” gerutu Amisha, mengernyit tak mengerti dengan jalan pikiran Zain.“Apanya yang aneh? Wajar dong aku minta apresiasi karena sihirku telah menca

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 248

    “Gia, mau hang out bareng, tidak?” tanya Amisha melalui telepon setelah ia menghabiskan sarapannya. Ia masih duduk di hadapan Zain.Zain melirik Amisha sambil terus menyuap makanannya yang masih tersisa beberapa suapan lagi. Mereka lebih memilih memakai jasa room service untuk mengantar sarapan pagi.“Enggak usah deh. Aku sudah ada janji,” tolak Gianna halus, tak ingin menjadi gulma pengganggu bagi keharmonisan bulan madu Amisha dan Zain.“Kamu yakin?” tanya Amisha, mengonfirmasi.Kemarin mereka telah menikmati romantisme Kota Paris secara terpisah. Hari ini Amisha sebenarnya ingin menghabiskan hari dengan melibatkan Gianna di antara mereka. Rasanya tidak enak juga berlibur bareng, tetapi kenyataannya malah jalan sendiri-sendiri.“Iya. Jangan pedulikan aku! Nikmati saja bulan madumu!” saran Gianna, dengan nada dibuat seceria mungkin.Ia tidak ingin Amisha merasa tidak enak hati karena terkesan seolah telah menelantarkan keberadaa

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 247

    Gianna duduk di tepi ranjang sambil sesekali matanya menatap sendu pada keanggunan Menara Eiffel yang bersinar indah di kejauhan. Tangan kirinya menggenggam kotak perhiasan yang tadi siang diserahkan Sonny kepadanya.Ketika cahaya lampu di menara itu padam, ia pun kembali beralih menatap kotak kecil berwarna merah yang masih bertengger anggun di atas telapak tangannya.Huuuh! Haaah!Gianna menarik napas dalam, lalu mengembuskannya dengan perlahan dan terasa berat seakan-akan dadanya diimpit sebongkah batu besar.Meskipun hatinya dihinggapi keraguan, akhirnya Gianna mengangkat juga tangan kanannya yang sedari tadi bertumpu lemah pada tepi kasur. Ia tergoda untuk membuka kotak merah itu.Setelah mengembuskan napas kencang sekali lagi, Gianna pun mengangkat bagian atas kotak. Dalam hitungan detik, kotak itu pun memamerkan pesona indah sebuah cincin berlian yang berkilau terang, tertimpa cahaya lampu kamar.“Apa yang harus kulakukan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status