Home / Rumah Tangga / Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku / Pamer Suami Orang di Depan Istri Sah

Share

Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku
Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku
Author: Azalea

Pamer Suami Orang di Depan Istri Sah

Author: Azalea
last update Last Updated: 2023-07-17 11:22:00

LELAKI YANG KAU PAMERKAN ITU SUAMIKU

Bab 1

“Ya ampun, Una. Lama di kota, balik ke kampung masih gini-gini aja?”

Desi memindai penampilanku dari atas hingga ke bawah dengan tatapan meremehkan. Dia mengibaskan tangannya yang dihiasi gelang dan cincin, jangan lupakan kalung yang menggantung di lehernya.

Sudah seperti toko emas berjalan.

Tidak ada yang salah sebenarnya dengan penampilanku, aku hanya mengenakan celana kulot dan kaos oblong dengan rambut dicepol juga sandal jepit yang menjadi alas kaki.

“Emang kenapa?”

“Maaf, aku lupa. Suami kamu 'kan cuman kuli bangunan, dia juga pasti nggak bisa libur ya makanya kamu datang kesini sendiri?”

Sekian lama berada di kota akhirnya aku bisa kembali ke kampung halaman. Semuanya terasa sangat berbeda karena sepuluh tahun kutinggalkan. Tapi mulut Desi tetap sama, paling bisa menghujat orang. Rasanya ingin sekali kuremas mulutnya itu, tapi berdebat dengan orang sepertinya hanya membuang waktu.

Dia tetangga sekaligus teman sekolahku tapi kami tidak lagi berkomunikasi setelah aku diboyong orang tuaku ke kota. Dan setelah mereka meninggal, aku baru ada kesempatan lagi untuk kembali ke kampung ini karena masih ada keluargaku yang lain, meskipun keluarga jauh.

“Iya, suamiku kerja makanya aku datang sendiri kesini.”

“Ngomong-ngomong kenapa nikah nggak ngundang aku sih. Aku juga 'kan pengen tahu suami kamu yang mana, ya … meskipun cuman tukang bangunan.”

Hanya keluargaku saja yang diundang saat aku dan Mas Damar dulu menikah. Bahkan teman-teman sekolahku tidak ada satu pun yang kuundang. Aku dan Mas Damar menikah di Roma, Italia bukan di Indonesia.

“Nanti dia nyusul kesini, aku kenalin ke kamu.”

Desi mendelik sambil terbahak, “Bagus kalau ganteng, jadi miskinnya bisa dimaafkan.”

“Oh ya, aku dengar kamu juga mau nikah ya?” Langsung kualihkan pembicaraan.

Dia langsung mengangkat tangannya, memamerkan cincin berlian yang melingkar di jari. Sekilas terlihat jelas jika itu memang asli. Aku ikut senang kalau memang dia mendapatkan suami yang berada.

“Iya, aku barusan dilamar. Sebentar lagi nikah. Kerja di kota ternyata nggak buruk juga, belum satu tahun aku langsung dapat jodoh.”

“Loh, kamu kerja di kota?”

“Iya, jadi sekretaris CEO dan calon suamiku itu CEO.” Desi berucap dengan bangganya sembari mengibaskan rambut.

“Semoga aja nanti kamu nikah aku masih disini.”

“Emang mau kemana sih buru-buru amat, kamu juga di kota paling tinggal di rumah. Kamu harus lihat gantengnya calon suami aku tapi jangan sampai kepikiran buat menggoda dia.”

Desi menarikku masuk ke dalam rumahnya. Entah apa yang ingin dia perlihatkan padaku.

Aku berdiri di depan sebuah lemari yang di dalamnya ada beberapa tas.

“Kamu lihat-lihat dulu aja, tapi jangan pegang-pegang. Mahal soalnya. Aku ambil minum dulu.”

Mataku menyipit saat melihat salah satu tas yang tidak asing, ada inisial disana.

“L Aixa W.”

Tunggu, tunggu. Kenapa inisial ini sama dengan namaku, Launa Aixa Wibisono. Semua tas yang kumiliki ada inisial namanya dan ini ….

“Sudah aku bilang jangan pegang.” Desi menepis tanganku yang akan melihat lebih dekat tas itu.

“Des, darimana kamu beli tas ini?” Rasa penasaran menggerogoti hati.

“Tentu saja dibelikan oleh calon suamiku? Kenapa? Mau juga, minta aja suamimu beli.” Desi menaruh nampan di meja lalu mengeluarkan ponsel boba miliknya dari dalam saku.

“Nih, aku kasih lihat calon suami aku biar kamu nggak penasaran.”

Alisku bertaut melihat foto yang diperlihatkan Desi.

“Kamu tahu dia siapa?”

“Dia calon suami aku.”

“Lelaki yang kamu pamerkan itu … suamiku.”

Bersambung ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ai Siti Rahmayati
seruuu ...juga ini ceritanya.
goodnovel comment avatar
Setiari Cahyaning Putri
syukaaaakk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Akhir Yang Tak Sama

    Patah hati terparah yang pernah Bagas rasakan, padahal hanya mengetahu mantan istrinya disukai lelaki lain. Itu baru sebatas menyukai bagaimana jika Hanum benar menikah dengan Malik? Hatinya akan lebih hancur daripada ini.“Ayah kenapa?” Mentari menegur sang ayah yang diam mematung dengan kedua sorot matanya tidak lepas dari kedua orang yang masih saling berinteraksi.“Nggak papa kok. Ayo masuk.” Bagas mencoba untuk bersikap wajar meski hatinya porak-poranda.Ia menemani Mentari karena Bu Wiwik sedang tidak ada di rumah sedangkan Hanum masih sibuk di warung, Bagas memiliki banyak kesempatan untuk bersama dengan Mentari tapi tidak sebahagia sebelumnya karena saat ini melihat Hanum dan laki-laki bernama Malik itu membuat pikiran Bagas tidak karuan.“Ayah capek ya, tidur aja dulu. Nanti kalau nenek pulang aku bangunin.” Mentari begitu perhatian padahal yang membuat Bagas tampak lesu jelas bukan karena ia yang memang merasa kelelahan tapi karena faktor lain yang tidak akan dimengerti oleh

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Cemburu

    Faz mengerucutkan bibirnya kesal, “Apaan sih, Ma. Aku sama Rendi nggak ngapa-ngapain kok,” sangkalnya karena memang mereka hanya sebatas berpelukan.“Halah. Mana ada maling mau ngaku. Kalau Mama nggak dateng pasti sudah kebablasan,” cibir Bunga.“Enggak, Ma. Jangan nuduh begitu, kasihan Rendi. Orang kita cuman pelukan kok.”Rendi tesenyum kikuk, “Maaf, Tante. Saya nggak bermaksud.”“Kalian udah lama loh berduaan.” Bunga mengusir dengan halus.“Kalau begitu saya pamit, Tante.” Lelaki itu langsung peka jika dirinya saat ini sudah disuruh untuk pulang.“Pinter.”“Ma.” Faz langsung melayangkan protes, “lama dari mananya, belum seharian kok.”“Aku pulang dulu ya.” Rendi langsung pamit pada Faz dan juga Bunga.Rendi itu sangat peka apalagi tahu seperti apa watak dari calon ibu mertuanya, meski terlihat galak Bunga itu sebenarnya baik dan sudah mulai membuka pintu restu untuk Faz dan juga Rendi.“Mama main ngusir aja sih!”Bunga langsung mengambil posisi duduk di samping sang putri, “kamu be

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Ikhlas Melepas

    “Nggak, Ma. Aku tetap pada pendirian aku, aku mau tinggal di kampung. Setelah menemui Faz nanti baru aku pergi, nanti aku kembali saat Faz melahirkan.”Bukan tidak ingin tanggung jawab dengan terus ada di samping Faz tapi Bagas tahu jika Faz tidak menginginkan kehadirannya karena rasa bencinya pasti begitu besar. Jadi daripada membuat Faz semakin tidak nyaman lebih baik Bagas sadar diri.“Kok kamu jadi gini sih, Gas? Kamu diancam sama Hanum?”Bagas enggan mendengar ocehan sang ibu yang selalu saja merendahkan Hanum dan menganggap Hanum itu tidak baik. Kurang apa Hanum selama ini, wanita itu begitu setia dan menerima Bagas apa adanya, menunggu restu yang tak kunjung didapat dan pada akhirnya Hanum pun mundur.“Sudah ya, Ma. Aku capek.” Bagas menutup pintu kamarnya dan langsung mengunci dari dalam, enggan untuk diganggu.Semuanya sudah hancur tak bersisa, jika masih melakukan sesuatu yang buruk apalagi berdampak pada orang lain maka Bagas tidak akan bisa tenang mungkin saja akan lebih h

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Memilih Pergi

    “Bukan, bukan. Aku nggak pernah sama sekali berpikir kayak gitu, Faz. Aku terima kamu dan bayi kamu tapi kalau sampai harus ikut merahasiakan aku nggak bisa. Lebih baik segera kamu bicarakan sama Bagas. Aku nggak maksa, tapi menurut aku lebih baik seperti itu.”Faz akan percaya jika Rendi benar-benar mencintainya setelah mereka resmi menikah sedangkan sekarang kondisi masih tidak memungkinkan karena memang Faz masih hamil. Harus menunggu beberapa bulan lagi sampai nanti bayi itu lahir.“Kalau bisa aku menikahi kamu sekarang agar kamu percaya pasti akan aku lakukan, tapi kondisi saat ini kamu tahu sendiri seperti apa. Aku mohon percaya sama aku, aku sama sekali nggak berpikir sampai ke situ.”Faz merasa bersalah juga karena akhir-akhir ini ia memang mudah sekali tersulut emosinya dan akhirnya Rendi yang kena semprot padahal lelaki itu begitu setianya mendampingi, mendengar semua keluhan yang dirasakan oleh Faz meski memang tidak bisa mendampingi benar-benar ada di samping Faz karena la

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Saat Istri Sudah Lelah

    Bagas tidak percaya saat membaca ulang pesan yang dikirimkan oleh Hanum. Ia tahu betul Hanum tidak akan mungkin meminta pisah seberat apapun masalah dalam rumah tangga mereka, bahkan saat tak kunjung mendapat restu saja ia masih bertahan bertahun-tahun. Bagas malah berpikir pasti ada yang menghasut Hanum sampai berpikir untuk berpisah, ia tidak sadar jika Hanum seperti ini karenanya yang malah mengejar Faz yang sudah jelas tidak akan mungkin bisa didapatkannya lagi.Harusnya saat Hanum menerima semuanya setelah tahu Bagas menikah lagi, lelaki itu jangan berbuat hal macam-macam yang membuat Hanum semakin tersakiti. Tapi Bagas malah melakukan hal yang sebaliknya dan sekarang kaget sendiri saat Hanum bertindak tegas."Ma, aku pergi dulu." Bagas berdiri dengan perasaan tidak karuan."Mau kemana?""Ada urusan. Pokoknya sebelum urusan aku selesai aku nggak bakalan pulang." Menyambar kunci mobil lalu berlari keluar membuat sang ibu terheran-heran.Saat mencoba menelpon Hanum, malah tidak bis

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Mengejar Restu

    "Nggaklah, aku nggak mau. Sembarangan!""Nggak usah ngegas juga, Papa cuman becanda." Aslan bercanda tapi dengan wajah yang datar, siapapun tidak akan menyangka lelaki itu bercanda.Faz mencebik. "Bercandanya nggak lucu, Pa.""Kamu nggak bisa menikah dalam keadaan hamil, Faz. Kamu nggak tahu itu?""Tahu dong, Pa. Tapi 'kan dapet restu dari Papa sama Mama nggak gampang jadi dari sekarang aja ngomongnya karena belum tentu langsung dikasih jalan.""Ya udah."Mata Faz langsung berbinar. "Papa kasih restu?""Ya udah kamu keluar sana, Papa lagi kerja nih. Kamu sama Mama kamu sama aja ganggu Papa hobinya.""Terus kapan kasih restu, Pa? Aku pengen nikah.""Kapan-kapan aja. Kamu juga pengen nikah tetep nggak bisa sekarang, udah kalian keluar."Faz menghela nafas panjang lalu melangkah keluar dari ruangan sang ayah sedangkan Bunga masih berdiri di samping meja kerja sang suami."Mas, gimana?"Sebelah alis lelaki itu terangkat. "Gimana apanya?""Mau kasih restu? Aku nggak mau ya kalau punya mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status