Beranda / Romansa / Lembah Awan Berkabut / Bab 7.2 Api Pemurnian Nirvana

Share

Bab 7.2 Api Pemurnian Nirvana

Penulis: Shana13
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-02 19:22:23

Kekosongan di matanya perlahan menghilang sedikit demi sedikit, digantikan oleh kelembutan. Ia mengambil persik itu dan tersenyum tipis. “Terima kasih, Xiao Er.”

Dari kejauhan, Wang Yue mengamati interaksi mereka. Ia melihat bagaimana kehadiran gadis itu menarik kembali jiwa Ling Yue dari ambang kekosongan yang dingin. Anak itu… dia adalah hati dari apinya, pikir Wang Yue. Tanpa dia, apinya hanya akan menjadi kekuatan yang akan merusak inang.

Setelah berhasil menguasai Nirvana Cleanser, Ling Yue merasa lebih ringan dan lebih kuat dari sebelumnya. Kini, hanya ada satu tahap tersisa di Langkah Kedua.

“Tahap terakhir adalah yang paling berbahaya,” kata Wang Yue. “Nirvana Shatterer—Penghancur Nirvana. Jika Nirvana Cleanser adalah tentang memurnikan ilusimu sendiri, maka Nirvana Shatterer adalah tentang menghancurkan ilusi dari realitas itu sendiri.”

Pelatihannya kali ini berbeda. Wang Yue menciptakan sebuah formasi ilusi yang kuat di tengah gua. Begitu Ling Yue melangkah masuk, dunia di sekelilingnya mulai berubah. Ia kembali berada di desanya yang hancur terbakar. Di hadapannya, monster-monster itu yang telah membantai keluarganya kembali muncul. Didorong oleh sisa-sisa insting, ia menyerang dengan kekuatan penuh.

Namun, begitu serangannya mengenai monster-monster itu, mereka pecah menjadi kepingan cahaya. Itu adalah ilusi, bukan kenyataan.

“Ilusi lahir dari hatimu!” Suara Wang Yue bergema dari segala arah. “Jika kamu membiarkan emosimu mengendalikanmu, ka. akan selamanya terperangkap di dalamnya! Jangan hanya gunakan matamu! Hancurkan ilusinya!”

Selama berhari-hari, Ling Yue bertarung melawan ilusi yang tak ada habisnya. Ilusi orang tuanya yang memintanya untuk bergabung dengan mereka. Ilusi Ling Er yang menangis, menuduhnya telah berubah. Bahkan ilusi Wang Yue yang menyerangnya, mengatakan bahwa ia hanyalah alat. Setiap ilusi dirancang untuk menyerang keraguan terdalamnya. Perlahan tapi pasti, ia belajar untuk tidak bereaksi, untuk melihat dengan jiwa Nirvana Scryer-nya, dan menghancurkan setiap ilusi dengan satu kehendak yang terfokus.

Ujian terakhir adalah yang paling kejam. Ia melihat Ling Er terpojok oleh sesosok monster bayangan raksasa hitam. Adiknya menjerit kesakitan, dan monster itu mengangkat cakarnya, siap untuk menghantam.

Naluri Ling Yue berteriak untuk menyelamatkannya. Ia hampir saja melancarkan teknik terkuatnya. Tapi ia berhenti. Sesuatu terasa salah. Ia memejamkan mata, mengabaikan jeritan memilukan adiknya itu, dan memfokuskan penglihatan batinnya. Ia melihatnya. Aura Ling Er dalam ilusi ini, meskipun tampak nyata, tidak memiliki kehangatan yang ia kenal. Itu adalah cangkang kosong.

Ini bukan dia.

Dengan hati yang berat namun pikiran yang jernih, ia mengabaikan ilusi adiknya dan malah mengarahkan seluruh kekuatannya pada inti formasi ilusi itu sendiri.

Saat serangannya menghantam inti formasi, seluruh dunia ilusi di sekitarnya mulai retak seperti cermin, lalu hancur berkeping-keping, meninggalkan Ling Yue berdiri sendirian di tengah gua yang sunyi.

Ia telah berhasil. Ia tidak lagi hanya melihat jaring takdir; ia kini bisa merasakan simpul-simpulnya, dan ia tahu, dengan sedikit usaha, ia bisa mulai menyentuh benang-benangnya. Ia telah menjadi Master dari realitas dan ilusi.

Ia berbalik menghadap Wang Yue, auranya kini stabil dan tak tertandingi. Wang Yue maju dan menepuk bahunya, sebuah gestur yang kini terasa sedikit lebih familiar.

“Sangat bagus. Kau telah melampaui harapan terakhirku.”

“Tuan, saya siap untuk melanjutkan ke Langkah Ketiga,” kata Ling Yue, penuh percaya diri.

Wang Yue menatapnya, ada sorot kebanggaan yang tak salah lagi di matanya. Namun, sorot itu dengan cepat berubah menjadi kesedihan yang begitu dalam hingga membuat hati Ling Yue berdenyut.

“Langkah Ketiga adalah Langkah Terakhirku bersamamu, Muridku,” kata Wang Yue pelan, suaranya dipenuhi oleh beban takdir yg tidak dimengerti Ling Yue. “Setelah itu, aku harus membayar hutangku.”

Kemenangan Ling Yue terasa hampa seketika. “Hutang? Hutang apa, Tuan? Apa maksud Anda dengan ‘langkah terakhir bersamaku’?”

Wang Yue berpaling, menatap ke arah mulut gua seolah sedang melihat sesuatu yang jauh, sesuatu yang hanya bisa dilihat olehnya sendiri. “Badai yang jauh lebih besar daripada yang pernah kau hadapi sedang mendekat. Dan aku adalah orang yang memanggilnya kemari.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 49.2 Pagi Pertama

    Saat mereka sarapan, Xiao Li dengan santai mengambil sepotong kue talas kukus dari piringnya dan meletakkannya di piring Lin Feng. “Cobalah. Ini kue kesukaanku.” Lin Feng menatap kue itu, lalu pada Xiao Li yang makan dengan tenang di depannya seolah tidak terjadi apa-apa. Di masa lalunya, berbagi makanan adalah tanda kelemahan, menunjukkan kamu tidak bisa mendapatkan makananmu sendiri. Di sini… itu hanyalah sebuah isyarat sederhana dari kepedulian. Dengan ragu, ia memakan kue itu. Rasanya manis dan hangat, seperti sarapan yang harusnya ia nikmati saat masih kecil bersama keluarganya, sebelum tragedi. Hari itu, pelajaran dimulai seperti biasa. Namun, ada dinamika baru. Lin Feng menjadi pengawasi sekelompok murid yang berlatih kuda-kuda dasar. dan insting lamanya sebagai pemimpin sekte yang kejam masih kuat saat mengajar murid di lembah. “Lebih rendah!” bentaknya pada seorang murid

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 49.1 Pagi Pertama

    Lin Feng terbangun secara tiba-tiba. Bukan karena mimpi buruk atau panggilan alam, melainkan karena sensasi yang sama sekali asing, tubuh yang terasa nyeri, kehangatan yang stabil di sisinya dan keheningan total di dalam benaknya. Untuk sesaat yang panik, ia tidak tahu di mana ia berada. Instingnya yang telah ditempa selama bertahun-tahun di dunia yang kejam berteriak waspada. Insting untuk menyerang muncul dalam sekejap di benaknnya. Lalu, ingatannya kembali dalam satu gelombang yang hangat, Puncak bukit. Pengakuan yang membebaskan. Malam di mana sentuhan dan ciuman yang membuatnya tersentak. Saat matanya benar-benar terbuka, yang menyambutnya adalah wajah tampan Xiao Li yang d perbesar di depannya. Cahaya fajar yang lembut menyelinap masuk melalui jendela, menerangi ruangan dengan warna keemasan. Ia masih berada dalam pelukan Xiao Li yang hangat. Pria itu masih tertidur lelap, wajahnya terlihat lebih mud

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 48.2 Ikatan Abadi

    “Aku mengerti,” katanya lembut, suaranya seperti bisikan angin Lembah. “Aku mengerti ketakutan bahwa kebahagiaan ini hanya akan diambil darimu lagi. Instingmu adalah untuk membangun tembok. Tapi tembok itu tidak akan bisa melindungimu dari dirimu sendiri.” Ia menepuk lantai di sampingnya. “Kita tidak akan melakukan apa pun sekarang. Duduklah di sini bersamaku. Hanya itu. Anggap saja ini pelajaran lain. Pelajaran tentang keheningan yang aman. Tidak ada tuntutan, tidak ada bahaya. Hanya dua orang yang berbagi ruang.” Tindakan Xiao Li yang tak terduga itu memudarkan seluruh pertahanan Lin Feng. Ia mengharapkan paksaan, atau mungkin kekecewaan dari Xiao Li. Ia tidak mengharapkan kesabaran yang begitu total. Pria ini, yang baru saja ia akui cintanya, kini duduk di lantai yang dingin, menunggunya, tanpa tuntutan. Dengan ragu, Lin Feng mendekat dan duduk di samping Xiao Li. Ia duduk, tetapi menjaga jarak bebera

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 48.1 Ikatan Abadi

    Beberapa minggu setelah malam yang menentukan di perpustakaan, di mana mereka berbagi beban kesepian Xiao Li, suasana di antara Xiao Li dan Lin Feng berubah secara fundamental. Keheningan di antara mereka tidak lagi canggung atau tegang, melainkan dipenuhi oleh pemahaman yang nyaman dan keintiman yang tumbuh. Mereka masih bekerja bersama menyortir gulungan-gulungan di perpustakaan, tetapi kini sering kali diiringi oleh percakapan-percakapan pelan tentang hal-hal yang tidak penting. Lin Feng mulai bertanya, bukan untuk menguji, tetapi untuk memahami. Ia bertanya tentang teknik penyembuhan kuno Lembah, tentang A-Chen, tentang kisah cinta Ling Yue dan Wang Yue. Xiao Li menjawab setiap pertanyaan dengan sabar, berbagi warisan lembah seolah-olah ia sedang berbagi bagian dari hatinya sendiri. Para murid memperhatikan perubahan itu. Guru Xiao mereka tampak lebih ringan dengan senyumnya yang kini lebih sering mencapai matanya, da

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 47.2 Berbagi Beban

    Tangannya berhenti bergerak saat ia membaca sebuah entri, yang tertanggal saat Xiao Li pertama kali tiba di Lembah. [Tanggal: Tahun Ke-33 ] > Hari ini aku menemukan anak itu, Xiao Li. Jiwanya penuh dengan badai dan kebencian. Amarahnya begitu murni dan berapi-api. Begitu mirip dengan kisah Guru Ling Yue yang pernah kudengar, dan rasa sakit Guru Wang Yue. Aku takut. Aku ragu apakah aku, yang hanya seorang pewaris, mampu membimbing jiwa yang begitu terluka. Aku melihatnya setiap hari memanggil Qi kebencian, mencoba mengubahnya menjadi kekuatan brutal. Itu adalah jalan yang ia kenal. > Tapi saat aku menatap matanya, aku tidak hanya melihat amarah. Aku melihat bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya di dalam kegelapannya, sebuah potensi cahaya yang luar biasa. Aku harus mencoba. Demi dia, dan demi janji yang kuucapkan pada guru-guruku. Jika Lembah ini tidak dapat menyembuhkan kebencian yang mendasarinya, maka Lembah ini tidak memiliki

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 47.1 Berbagi Beban

    Pagi setelah malam api unggun terasa canggung dan asing. Saat Lin Feng bangun, ia menemukan jubah luar Xiao Li yang hangat terlipat rapi di kursi di samping tempat tidurnya. Ia menatap jubah itu untuk waktu yang lama, perasaan aneh yang tidak bisa ia beri nama bergejolak di dadanya. Itu adalah kehangatan yang tidak bisa ia tolak, kebaikan yang tidak ia minta. Sebagian dari dirinya ingin melemparkan jubah itu keluar jendela, menolak kebaikan yang tidak ia minta. Bagian lain dari dirinya secara naluriah tahu bahwa kehangatan ini adalah hal yang paling nyata yang pernah ia rasakan dalam dua puluh tahun hidupnya. Dengan gerakan kaku, ia mengambil jubah itu, melipatnya dengan hati-hati dan meletakkannya di atas tas bekalnya. Saat ia bertemu Xiao Li di paviliun makan pagi, ia hanya mengangguk kaku dan menghindari tatapan mata pria itu, wajahnya sedikit memerah. Lin Feng merasakan dirinya kembali menjadi seorang anak yang malu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status