Bab 28. "Key, ini daftar pelanggan mu hari ini. Kamu diminta langsung datang ke rumahnya," ujar kak Ratna, salah satu pekerja seks komersial di tempat Madam Sarah. "Baik Kak."Ku baca daftar dan alamat si pria, yang tertulis dengan nama Bram. Pria yang harus aku layani hasratnya hari ini. Enaknya, aku tidak di booking dan di mainkan di tempat, tidak juga membawaku ke hotel atau ke villa. Tapi justru membawaku ke rumah pribadinya. Sampai sebuah pertanyaan muncul di benak ku. "Apa Bram ini seorang duda, atau belum menikah sama sekali?"Karena biasanya, sangat jarang sekali pelanggan yang memakai jasa ku membawaku ke rumah pribadinya. Malah sebaliknya. Mereka sering memainkan ku di tempat. Aku pernah di mainkan tiga pria sekaligus di tempat umum, aku juga pernah di undang ke kos-kosan hanya untuk sekedar melayani hasrat si pria. Dan yang parahnya ketika aku di ajak bercinta di WC umum. Mau nolak bagaimana? Dia berani bayar aku mahal. Jadinya aku hanya bisa menuruti setiap keinginan
Bab 27Siang itu, matahari terik seperti mengejek. Aku duduk di pojok kafe murahan, mengenakan hoodie lusuh dan kacamata hitam yang kupinjam dari salah satu temanku di lounge. Di hadapanku, Revan duduk santai dengan kemeja putih yang digulung di lengan, rokok di sela jari, dan senyum menyebalkan di wajah bajingannya itu.“Lima juta cukup, kan?” ucapnya santai, tanpa basa-basi.Aku mengerutkan kening. “Kamu pikir aku punya uang segitu sekarang?”Revan tertawa kecil, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi dengan gaya santai seolah dia berada di vila pribadi. “Kalau gak punya, ya bisa dicari. Kamu kerja semalam aja bisa bawa dua juta lebih. Tambah dua malam, selesai urusannya. Gak usah sok bersih, Key. Toh kamu udah biasa.”Gigi gerahamku beradu. Tanganku mengepal di bawah meja. Aku ingin membalik meja ini dan menginjak wajahnya. Tapi aku tahu, satu gerakan bodoh saja… dan foto-foto itu akan sampai ke WhatsApp ibuku yang bahkan masih pakai Nokia bodong pinjaman tetangga.“Kenapa kamu sej
Bab 26 – Ular Dalam Selimut“Bagaimana kalau orang tuamu tahu tentang pekerjaanmu ya, Key?”“Maksud kamu, Revan? Kamu mengancam aku?”Revan tersenyum kecil, tapi dari tatapan matanya terbesit kelicikan yang ingin mengharapkan keuntungan dariku. “Seharusnya aku bersyukur, Revan, karena aku tidak sampai melaporkanmu ke pihak berwajib karena sudah menipuku?”“Menipu?”Hahahaha.Gelak tawanya yang membuatku semakin kesal. Kenapa harus sekarang? Setelah aku ikhlas menjalani profesiku sebagai wanita murahan, sementara dia—sudah berapa banyak keuntungan yang ia dapat dari menipuku. Menawarkan aku menjadi bintang film terkenal, tapi tidak tahunya menjadi bintang film dewasa.Apa itu tidak begitu menjijikkan?Sekarang, pria yang pernah aku anggap teman baik justru datang meminta bagiannya, dan tentunya aku menolak dengan berkata, “Jangan macam-macam kamu, Van. Karena aku tidak akan pernah memberikanmu sepeser pun lagi!”“Oh iya?”Nada suara Revan berubah. Lebih berat. Lebih menekan. Ia mendeka
Bab 25Hari-hari ku telah berubah, tidak ada lagi tangisan, tidak ada lagi pemberontakan, yang ada hanya rasa iklas menjalani hari. Walaupun rasanya masih berat menerima takdir sebagai wanita murahan, wanita penghibur dan wanita pemuas. Semua itu ku jalani tanpa kehendak ku sendiri. Yang terpenting aku bisa mengirimkan uang setiap bulannya ke ibu, dan aku senang mendengar kabar kalau mereka baik-baik saja. Ayah tidak perlu lagi bekerja serabutan hanya untuk mencukupi kebutuhan rumah, ibu tidak perlu lagi menjadi tukang cuci kain para tetangga. Dan yang terpenting adikku tidak pernah lagi menunggak membayar biaya sekolah. Semua itu dariku. Uang yang aku hasilkan dari cara menjual diri. Dan tidak hanya itu, sekarang aku juga bekerja di klub malam sebagai penari telanjang, uangnya lumayan. Lebih banyak dari hasil aku menjual diri. Walaupun terkadang aku mendapatkan perlakuan yang tidak pantas di panggung. Seperti tangan seseorang yang langsung masuk ke dalam celana dalamku, ada juga ya
Bab 24 – Satu Langkah Menuju Ibu POV: Ayla Aku diam memandangi jalanan dari balik kaca jendela mobil yang bergerak perlahan. Cahaya malam memantul di permukaan jalan yang basah, menyilaukan mata. Tapi tidak lebih menyilaukan dari kenyataan yang terus menyayat dari dalam, aku bukan manusia bebas. Hari ini, hari yang katanya aku diizinkan keluar—ternyata bukan anugerah, melainkan jebakan. Padahal aku sudah bersusah payah untuk meminta izin ke madam Sarah keluar untuk sekedar bertemu dengan ibuku. Revan menjualku ke Raja. Bukan raja seperti dalam dongeng, bukan pria baik yang menyelamatkan. Tapi raja dari dunia gelap, pemilik kekuasaan yang membeli tubuh dan harga diri wanita dengan lembaran uang. Revan yang dulu kupikir sahabat terbaikku, ternyata menjadikanku alat tukar. Luka itu terlalu dalam untuk bisa segera kuobati. Tapi ada satu alasan aku tetap bertahan: ibu. “Ayla, yakin kamu masih mau ke sana?” suara Revan memecah keheningan. Dia menyetir tanpa menoleh. Nada suaranya p
Bab 23 – Aku Ingin Pulang.Tubuhku menggigil.Entah karena udara kamar yang dingin atau karena luka yang terlalu dalam untuk bisa kujelaskan. Mataku menatap langit-langit kosong, mencoba menemukan makna dari semua yang baru saja terjadi. Tapi yang kutemukan hanya kehampaan.Selimut yang menutupi tubuhku tak mampu menyembunyikan rasa hancur yang merayap dari dalam dada. Sejak kapan aku menjadi selemah ini? Sejak kapan aku kehilangan hak atas diriku sendiri?Aku menarik napas panjang. Asin. Bau alkohol, keringat, dan rasa malu bercampur jadi satu. Aku ingin mandi. Aku ingin menghapus semua ini. Tapi aku tidak bisa bergerak. Tubuhku serasa lumpuh.Pintu kamar akhirnya tertutup rapat. Suara Raka yang tadi penuh tawa menjijikkan menghilang seiring langkah kakinya menjauh. Mungkin dia akan kembali. Mungkin juga tidak. Entah mana yang lebih kutakutkan.Air mataku mengalir diam-diam. Aku bahkan tidak tahu apakah aku menangis karena sedih, takut, atau marah. Mungkin semuanya.Lalu, suara ketuk