Share

Bab 3

Author: Dona Chanlie
Begitu aku mengajukan cerai, wajah Bella langsung muncul secercah kegembiraan.

Kelven juga bersorak riang, “Asik! Akhirnya perempuan jahat ini mau mengembalikan ayah ke ibu!”

Wajah ayahku memuram, lalu berkata dingin, “Memang dasarnya kamu yang nggak punya berkah. Sudah merebut Yobel begitu lama, sekarang waktunya melepaskannya.”

“Cepat urus perceraiannya, biarkan Yobel menikahi adikmu, agar keluarga kecil mereka bisa hidup tenang bersama.”

Ibuku tidak bicara apa-apa, hanya menghindari tatapanku dengan wajah penuh rasa bersalah.

Namun aku tahu, diamnya itu sudah cukup menjawab semuanya.

Meski aku sudah terbiasa dengan ketidakadilan orang tuaku, tetap saja saat ini, aku merasa sangat kecewa.

Mata Bella berkaca-kaca dan berkata dengan suara bergetar, “Kak, aku memang bersalah padamu, tapi Kelven benar-benar butuh ayah….”

Belum sempat dia selesai bicara, Yobel malah membentak marah, “Diam! Sejak kapan aku bilang mau menikahimu?”

Bella terkejut, wajahnya tampak malu sekaligus kecewa.

Yobel tidak mempedulikannya, dia malah menggenggam erat tanganku dan berkata, “Sayang, waktu itu Bella menjebakku dengan obat, makanya ada anak itu!”

“Sebenarnya aku ingin menyuruhnya menggugurkannya, tapi dia menolak dan bersembunyi.”

“Setelah tahu dia sudah melahirkan Kelven, aku sangat takut. Aku takut kamu meninggalkanku. Jadi, saat orang tuamu bilang mau membantuku membesarkannya, aku pun menyetujuinya.”

“Aku memang punya tanggung jawab pada Kelven, tapi aku dan adikmu benar-benar nggak ada apa-apa.”

Seketika, air mata Bella langsung menetes. Dengan penuh rasa sakit, dia berkata, “Kak Yobel, kok kamu bisa begitu kejam padaku? Jelas-jelas….”

Belum sempat dia selesai bicara, Yobel langsung menendangnya hingga jatuh ke lantai bersalju, menekannya berlutut sambil berteriak marah, “Diam! Minta maaf pada kakakmu!”

Bella gemetar ketakutan, menangis dan berkata, “Maaf, kak. Semua ini salahku. Aku yang terlalu berkhayal, tapi aku… aku hanya ingin membantumu saja.”

“Kamu nggak bisa melahirkan anak, sedangkan Kak Yobel begitu cakap, cepat atau lambat dia pasti akan meninggalkanmu.”

Ayahku buru-buru menimpali, “Benar! Kalau dipikir-pikir, kamu malah harus berterima kasih pada adikmu.”

“Tapi kalau Yobel nggak mau bercerai, kamu jadi istri pertama dan adikmu jadi yang kedua saja.”

“Bagaimanapun juga, kalian itu kakak adik kandung. Bukankah itu jalan keluar terbaik?”

Usai bicara, dia malah menatap Yobel dengan senyuman menjilat, lalu menoleh ke arah Bella yang masih berlutut di salju dengan penuh rasa iba. Dia pun berkata, “Yobel, lihat cuaca sedingin ini, Bella mana sanggup berlutut lama-lama? Cepat biarkan dia berdiri….”

Kelven menatap ayahnya dengan wajah memelas, sambil memanggil, “Ayah….”

Dadaku terasa sesak, lalu aku pun melontarkan pertanyaan yang sudah lama mengganjal, “Ayah, aku ini benar-benar putrimu, ‘kan?”

Wajah ayahku langsung memerah karena marah, dia menjawab, “Dasar anak kurang ajar! Bisa-bisanya kamu bicara begitu? Semua yang kulakukan ini demi kebaikanmu!”

“Nggak tahu terima kasih sama sekali. Dengan sifatmu seperti ini, pantas saja kamu menderita seumur hidup!”

Ibuku menghela napas berat, lalu menimpali, “Selly, kenapa harus membuat semua orang kesal di tahun baru begini? Cepat minta maaf pada ayahmu!”

Minta maaf?

Mataku berkaca-kaca, lalu bertanya balik, “Apa salahku?”

Ibuku masih ingin bicara, tapi Yobel langsung memotong tegas, “Benar kata Selly! Dia nggak salah! Untuk apa dia minta maaf? Justru kita yang harus minta maaf!”

Seketika semua orang terdiam.

Yobel berlutut di depanku, suaranya penuh kehati-hatian dan penyesalan, “Sayang, percayalah, aku benar-benar hanya mencintaimu.”

Aku menatapnya, dalam hati merasa seharusnya aku marah, memakinya dan membencinya.

Namun, apa gunanya?

Setelah aku mati nanti, mereka tetap bisa hidup nyaman dengan uang yang susah payah kuhasilkan dan menikmati hidup yang sempurna.

Pikiran itu membuat benih kebencian dalam diriku mulai tumbuh, seperti bibit hitam yang berkembang menjadi bunga jahat.

Sebuah rencana pun perlahan muncul dalam benakku.

Aku mengangkat tangan perlahan dan membelai wajah Yobel. Dia menatapku dengan penuh kasih, persis seperti saat dia masih mencintaiku dulu.

Air mataku jatuh di wajahnya dan dia pun ikut menangis, seperti seekor anjing kecil yang takut ditinggalkan tuannya.

Aku tersenyum samar, lalu berkata, “Aku percaya padamu.”

Yobel sontak memelukku erat, berkali-kali mengucapkan terima kasih.

Aku melirik ke arah Bella di samping. Dia menggertakkan gigi dan melototiku, tapi dia juga tak bisa berbuat apa-apa.

Yobel berniat membawaku kembali ke Kota Madin, tapi Kelven langsung menangis dan berkata, “Ayah, bukankah kamu sudah janji mau menemanimu melewati tahun baru?”

Wajah Yobel terlihat dilema, dia menoleh padaku dengan hati-hati dan berkata, “Sebenarnya… Kelven juga nggak bersalah. Bagaimana kalau kita menemaninya melewati tahun baru ini dulu, baru pergi?”

Aku mengangguk dengan tenang dan menjawab, “Iya.”

Yobel jelas tidak menyangka aku akan begitu mudah menyetujuinya. Dia terlihat sangat bersyukur, “Terima kasih sudah mau mengerti aku.”

Padahal dia tidak tahu, kesediaanku hanyalah karena aku sudah tidak peduli lagi.

Saat aku berdiri di luar jendela, melihat mereka menikmati kehangatan sebagai keluarga yang utuh, aku sadar… Yobel dan keluarga yang paling kucintai sudah benar-benar busuk.

Akhirnya, aku pun tetap tinggal di rumah untuk melewati tahun baru ini.

Hari-hari berikutnya, Bella pergi pagi dan pulang malam, ayah membawa ibu dan Kelven pulang ke kampung, katanya untuk bersilaturahmi dengan kerabat.

Padahal jelas-jelas ini rumahku, tapi semua orang malah menjauhiku seakan aku ini ular berbisa.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Luka Abadi, Cinta Tak Berarti   Bab 8

    Yobel memesankan sebuah tungku kremasi VIP untukku.Saat dia baru saja membayar dan berniat membelikan pakaian baru untukku, tiba-tiba segerombolan wartawan menghadang jalannya.Dia mengira mereka datang untuk mewawancarai dirinya sebagai suami sang pahlawan. Dengan lesu, dia berkata, “Maaf semuanya, rasa duka kehilangan istri terlalu berat. Untuk saat ini aku nggak mau diwawancarai, kalian pulang saja.”Jawaban yang datang padanya justru sebuah telur busuk yang menghantam.Dari luar, seorang kakek berteriak penuh amarah, “Dasar bajingan! Punya istri sebaik itu, tapi malah masih berselingkuh dengan adik kandungnya!”“Orang sepertimu memang pantas mati!”Aku mengikuti arah suara itu dan melihat kerumunan orang berdiri di depan pintu rumah duka.Mereka semua tampak penuh amarah, banyak yang memeluk fotoku sambil berlinang air mata.Namun, aku tidak mengenal mereka.Sampai aku melihat seorang anak kecil memeluk fotoku sambil menangis keras, barulah aku sadar mereka adalah keluarga dari an

  • Luka Abadi, Cinta Tak Berarti   Bab 7

    Bella menatap Yobel dengan tatapan penuh ketakutan, rasa sakit karena tidak bisa bernapas membuat wajahnya tampak meringis dan menakutkan.Tiba-tiba, Kelven berlari menghampiri, langsung menggigit pergelangan tangan Yobel.Yobel kesakitan dan terpaksa melepaskannya. Lalu dengan kasar mendorong Kelven ke lantai dan menendangnya dengan keras.Dari sorot matanya, jelas terlihat hasrat membunuh yang bergejolak.Dengan penuh kebencian, dia berkata, “Dasar anak haram! Semua ini gara-gara kamu menyuruh Selly membeli sepatu, makanya dia bisa mati! Kamu harus menebus nyawanya!”Yobel membungkuk, menarik Kelven dari lantai, mengangkatnya tinggi-tinggi, lalu bersiap menghantamkannya ke lantai.Seketika, semua orang terpaku ketakutan.Hanya ibuku yang bereaksi cepat, berlari ke depan dan menangkap Kelven. Tapi, tubuhnya malah ikut terbanting ke lantai karena tenaga Yobel yang begitu besar.Kelven sudah ketakutan setengah mati. Dia terbaring di tubuh ibuku, gemetar hebat sambil menatap Yobel yang s

  • Luka Abadi, Cinta Tak Berarti   Bab 6

    Aku melihat dari jendela, baru sadar kalau yang datang adalah ayah, ibu, bersama Bella.Yobel turun dengan wajah muram.Bella menangis tersedu-sedu, sambil berteriak, “Kak Yobel, kok kamu tega meninggalkan aku sendirian di Negara Fonda? Kalau bukan karena aku langsung menyadarinya, kamu benar-benar mau membuangku di sana?”Ayahku marah besar, langsung menuduhku, “Pasti Selly, si anak durhaka itu yang menyuruh kakak iparmu begitu!”Dengan tangan menancap di pinggang, ayah mengamuk, “Selly! Cepat turun ke sini!”“Sudah merasa hebat?! Bisa-bisanya berulang kali menindas adikmu! Lihat saja, aku bakal mematahkan kakimu hari ini!”Aku melayang ke depannya, menatap wajahnya yang tampak penuh kerutan karena marah, lalu tersenyum dan menjawab, “Ayah, kamu nggak perlu memukulku lagi. Aku sudah mati. Kamu puas sekarang?”Yobel hanya merasa darahnya mendidih, amarahnya naik ke atas kepala.Dia melangkah maju, lalu meninju wajah ayahku keras-keras dan menggeram, “Selly itu istriku. Kalau kamu bera

  • Luka Abadi, Cinta Tak Berarti   Bab 5

    Yobel masih mengira itu telepon penipuan, dia pun membentak, “Dasar penipu sialan! Omong kosong!”“Istriku sekarang ada bersamaku di Negara Fonda, mana mungkin dia sudah mati? Kuperingatkan kalian, kalau masih bicara sembarangan, aku bakal menuntut kalian begitu aku pulang nanti!”Namun, nada suara lawan bicara juga meninggi, “Kamu suaminya Bu Selly atau bukan, sih?”“Dalam kecelakaan tujuh hari lalu, Bu Selly mempertaruhkan nyawanya, beberapa kali masuk ke dalam kobaran api demi menyelamatkan anak-anak dalam bus.”“Saat berhasil mengeluarkan anak terakhir, dia malah tertimpa serpihan mobil yang meledak, lalu terjatuh ke jurang.”“Para orang tua anak-anak itu bahkan membentuk tim pencarian bersama dengan pemadam kebakaran, mencari siang malam di bawah jurang, hingga akhirnya jasadnya baru ditemukan kemarin.”“Berita ini membuat puluhan ribu orang menangis. Sebagai suaminya, bisa-bisanya kamu nggak tahu apa-apa?”“Sudahlah, aku hanya bisa sampaikan ini padamu. Tolong segera datang.”Usa

  • Luka Abadi, Cinta Tak Berarti   Bab 4

    Sudah enam hari berlalu.Beberapa hari ini, Yobel membawaku ke SMP tempat cinta pertama kali tumbuh, juga ke jalan kecil penuh jajanan tempat kami dulu sering berkencan.Dia berusaha keras membuatku mengingat betapa kami saling mencintai dulu, berharap dengan itu aku bisa memaafkannya.Kadang, melihat dia begitu sungguh-sungguh menyesalinya, hatiku juga sempat goyah.Namun, setiap kali Bella mengirimkan bukti kemesraan mereka, hatiku kembali mengeras.Tanggal tujuh pagi hari, aku bilang ingin pulang ke Kota Madin.Beberapa hari ini, aku sudah mengumpulkan cukup banyak bukti perselingkuhan Yobel. Kemarin pun sudah kukirimkan semuanya pada seorang teman.Sekarang, aku hanya ingin melihat kembali rumah yang kutata sendiri, lalu mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini.Yobel terlihat agak sulit, lalu menjawab, “Sepertinya aku nggak bisa menemanimu pulang. Aku harus ke Negara Fonda untuk urusan kerja sama. Bagaimana kalau kamu pulang duluan?”Sambil bicara, Yobel mengangkat ponselnya ke

  • Luka Abadi, Cinta Tak Berarti   Bab 3

    Begitu aku mengajukan cerai, wajah Bella langsung muncul secercah kegembiraan.Kelven juga bersorak riang, “Asik! Akhirnya perempuan jahat ini mau mengembalikan ayah ke ibu!”Wajah ayahku memuram, lalu berkata dingin, “Memang dasarnya kamu yang nggak punya berkah. Sudah merebut Yobel begitu lama, sekarang waktunya melepaskannya.”“Cepat urus perceraiannya, biarkan Yobel menikahi adikmu, agar keluarga kecil mereka bisa hidup tenang bersama.”Ibuku tidak bicara apa-apa, hanya menghindari tatapanku dengan wajah penuh rasa bersalah.Namun aku tahu, diamnya itu sudah cukup menjawab semuanya.Meski aku sudah terbiasa dengan ketidakadilan orang tuaku, tetap saja saat ini, aku merasa sangat kecewa.Mata Bella berkaca-kaca dan berkata dengan suara bergetar, “Kak, aku memang bersalah padamu, tapi Kelven benar-benar butuh ayah….”Belum sempat dia selesai bicara, Yobel malah membentak marah, “Diam! Sejak kapan aku bilang mau menikahimu?”Bella terkejut, wajahnya tampak malu sekaligus kecewa.Yobel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status