Share

Bab 5. Fitnah

Author: Sulistiani
last update Last Updated: 2025-06-21 18:24:15

Sejak Sandra meminta Hana untuk jadi istri suaminya, Hana mulai tak nyaman saat bekerja. Sandra terus membujuk Hana dengan berbagai cara, tetapi Hana tetap tak mau menjadi madu atasannya itu. Hingga akhirnya Hana memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut.

"Aku harus melakukan sesuatu, sebelum Hana benar-benar pergi," gumam Sandra setelah menerima surat pengunduran diri dari Hana.

Keesokan harinya.

"Han, kamu serius mau berhenti kerja?" tanya Sandra.

"Iya, maaf Bu. Saya tak nyaman karena ibu terus meminta saya jadi istri kedua suami ibu," jawan Hana jujur.

"Kalau sudah seperti ini saya tidak bisa memaksa, semoga kamu dapat kerjaan lain yang lebih nyaman. Hari ini kamu masih kerja, kan. Tolong ikut pak Amir untuk mengecek bahan produksi, katanya ada kendala di jalan," ucap Sandra.

Hana mengangguk dan menuruti perintah atasanya, gadis cantik itu pun pergi bersama salah satu supir yang biasa mengirim barang. Namun, sebelum pergi dengan pak Amir, Hana mengambil tasnya di ruangan di samping gudang produksi yang dulu kosong dan Hana jadikan kamar.

"Eh, maaf Mbak," ucap seorang lelaki yang berdiri di depan kamar Hana membuat Hana terkejut.

Hana berjongkok meraih kunci yang di jatuhkan lelaki itu, lalu memberikannya kembali karena merasa itu bukan miliknya.

"Mas ini kuncinya, ini kunci gudang ya? maaf, tapi mas siapa ya? Saya kayanya baru lihat," ucap Hana.

"Iya benar, ini kunci gudang. Saya karyawan baru, saya permisi mau kerja lagi. Terima kasih, Mbak."

Lelaki itu pergi setelah mengucapkan terima kasih, tanpa banyak berpikir Hana pun pergi karena ia sudah di tunggu pak Amir.

Setelah melihat Hana dan pak Amir pergi, Sandra pun tersenyum licik dan memerintah kan beberapa orang.

"Cepat bergerak, pindahkan barang-barang dari gudang. Sisakan sedikit saja, oh ya matikan dulu rekaman cctv!" ucap Sandra.

Beberapa orang mengangkut produk-produk skincare Sandra kedalam sebuah mobil sesuai perintah Sandra, wanita itu juga memberi uang tutup mulut pada orang-orang tersebut agar tidak membocorkan hal ini kepada Hana atau karyawan lain.

Malam harinya, saat semua orang sudah selesai bekerja, pulang ke rumah masing-masing, Hana pun beristirahat di kamar kecil samping gudang produksi. Seperti biasa, setelah solat isya ia segera tidur agar besok bisa bangun pagi dan lebih merasa fresh saat bekerja.

Rekaman cctv di sekitar gudang dinyalakan kembali, seorang lelaki yang tadi siang bertabrakan dengan Hana membuka pintu gudang, tak lama kemudian beberapa orang ikut masuk. Lalu beberapa menit kemudian mereka keluar masuk gudang dengan membawa karung.

"Bagus, rencana ini tidak akan gagal," ucap Sandra tersenyum senang saat melihat rekaman cctv dari rumahnya.

"Kenapa harus melakukan hal seperti ini, Sayang?" tanya Irsyad keheranan dengan apa yang dilakukan istrinya.

"Karena hanya dengan cara ini aku bisa menekan Hana agar mau menikah dengan kamu, Mas. Aku gak mau perempuan lain, aku cuma mau Hana. Karena dia gadis lugu dan selalu menurut," ucap Sandra.

"Bagaimana kalau Hana tahu kamu menjebaknya?" tanya Irsyad.

"Mas, aku sudah bilang. Hana itu polos, dia gak akan sadar jika ini jebakan dari aku. Kecuali kalau ada yang membocorkan padanya, udah deh kamu diam dan lihat hasilnya aja. Hana pasti mau menikah dengan kamu dan melahirkan anak untuk kita," ucap Sandra.

Irsyad menghela nafas, ia berdiri sambil memegang segelas air putih, lalu berjalan menuju balkon kamar. Lelaki itu meneguk air putih tersebut hingga tandas, lalu menatap langit malam yang penuh bintang.

Ia tahu apa yang dilakukan istrinya salah dan itu adalah sebuah kejahatan, tapi ia tak bisa terus menolak permintaan ibunya, hingga akhirnya terpaksa mengikuti ide istrinya.

Keesokan harinya.

"Bu Sandra ... Gawat Bu, barang-barang di gudang banyak yang hilang. Sepertinya ada pencuri," teriak salah satu karyawan yang biasa bertugas mengepak barang di gudang.

"Apa? Pencuri. Kamu jangan asal bicara, selama ini gak pernah ada pencuri," ucap Sandra pura-pura panik.

Sandra berjalan cepat menuju gudang, diikuti para karyawan termasuk Hana. Begitu tiba di gudang, Sandra kembali pura-pura syok melihat gudang berantakan dan banyak barang yang hilang.

"Ya Tuhan, bagaimana bisa ini semua terjadi. Banyak sekali barang yang hilang," ucap Sandra dengan nada sedih. "Hana, kamu tinggal di samping gudang. Apa kamu tidak tahu ada orang masuk gudang?" tanya Sandra.

Hana menggelengkan kepala, tadi malam ia tidur lebih pulas dari biasanya bahkan hampir kesiangan saat bangun. Sementara satpam yang berjaga ikut di interogasi oleh Sandra dan mengaku tadi malam merasa sembelit hingga ke toilet untuk buang air cukup lama.

"Cek rekaman cctv, pencuri ini harus ditangkap!" ucap Sandra.

Security mengangguk, berlari ke ruangan khusus pengawasan, lalu membawa flashdisk dan memberikan pada Sandra, sementara salah satu karyawan lain membawa laptop.

Sandra menyambungkan flashdisk ke laptop lalu terlihat lah rekaman cctv itu.

"Itu orang-orang nya. Mereka kok bisa punya kunci gudang?" tanya salah satu karyawan.

"Coba putar ulang rekaman!" ucap Sandra.

Setelah rekaman di putar ulang, lalu Sandra menjeda rekaman saat Hana memberikan kunci pada seorang lelaki.

"Hana, ternyata kamu yang melakukan semua ini? Kenapa kamu tega sekali hingga berkomplot dengan para pencuri ini, Hana?" tanya Sandra berpura-pura marah.

"Saya ... Saya tidak melakukan itu, saya tidak kenal orang-orang itu, Bu." jawab Hana dengan terbata-bata. Ia berusaha menjelaskan kepada Sandra dan para karyawan lain apa yang terjadi kemarin antara dia dan lelaki itu, tetapi tak ada yang percaya padanya, semua orang memojokkan nya, menganggap Hana duri dalam daging.

"Gak nyangka. Hana selama ini sangat dipercaya sama Bu Sandra, sampe boleh tinggal di samping gudang gak sewa. Aku kira dia wanita Soleha, tapi bisa melakukan hal seperti ini," ucap salah satu karyawan.

"Ini sih namanya air susu di balas air tuba!" ucap Karyawan lain.

"Kemarin kamu mengundurkan diri, hari ini kamu bersiap pergi dari sini. Jadi kamu sudah rencanakan ini semua?" tanya Sandra dengan nada penuh tekanan.

"Enggak, Bu. Saya tidak merencanakan apa-apa, saya berhenti kerja karena ...." ucapan Hana terhenti karena tak ada karyawan yang tahu jika Sandra memintanya menjadi istri kedua untuk Irsyad. Sehingga Hana tak punya alasan tepat, mengapa ia memilih keluar dari pekerjaan yang sudah ia geluti selama 4 tahun itu.

"Karena apa? Gak bisa jawab kan! Lagian aneh gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba berenti kerja, ternyata punya rencana jahat maling produk skincare. Mungkin abis ini di jual dengan harga murah, terus dia dapat uang banyak!" ucap salah satu karyawan.

Hana menggelengkan kepala, ia bahkan bersumpah jika tidak melakukan semua itu. Namun, tak ada satupun yang percaya padanya.

"Pak Iwan, gaji bapak saya potong bulan ini karena lalai hingga terjadi pencurian," ucap Sandra seraya memandang security itu. "Sementara kamu, Hana. Saya akan laporkan ke polisi karena sudah bersekongkol dengan pencuri."

"Bu jangan laporin saya ke polisi, saya tidak bersekongkol, saya tidak kenal dengan pencuri itu!" ucap Hana dengan air mata yang sudah menetes di pipi mulusnya, tubuhnya mulai gemetar karena ia takut mendengar kata penjara.

Para karyawan menyoraki Hana, meminta Sandra tidak perlu mengasihani Hana, mengatakan Hana hanya mengeluarkan air mata buaya, mereka mendesak Sandra untuk tetap melaporkan Hana ke polisi.

"Bu saya mohon, jangan lapor polisi, saya tidak mau di penjara!" ucap Hana dengan bibir bergetar.

"Barang yang hilang banyak, kalau di hitung saya bisa rugi 2 atau 3 milyar. Jika kamu tidak mau saya lapor polisi, maka kamu harus ganti rugi 3 milyar, atau ...."

"Atau apa, Bu?" tanya Hana dengan jantung berdebar kencang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
semoga setelah fitnahan kejam yg km lakuin ke Hana km bkln dot karma lbh dari fitnahan itu sandra
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 57. Menunggu

    Irsyad berdiri di depan pintu, menatap kayu tua yang memisahkan dirinya dari Hana. Nafasnya berat, dadanya seperti diremas. Ia mengangkat tangan, berniat mengetuk, tapi tangannya berhenti di udara. Ada rasa takut, takut jika ketukan itu akan membuat Hana semakin menjauh.Dari dalam, suara langkah cepat terdengar, lalu bunyi pintu kamar yang tertutup rapat. Irsyad tahu, Hana memilih mengurung diri.tiba-tiba seorang wanita paruh baya membuka pintu, menatap Irsyad membuat Irsyad menegakkan punggungnya. "Nak Irsyad, apa benar itu kamu?"Irsyad menarik napas, berusaha tersenyum, lalu mengangguk. "Iya, Bu. Saya Irsyad, saya suami Hana. Maaf kalau kedatangan saya tiba-tiba. Saya… hanya ingin bertemu Hana."Bu Rum mendesah pelan, lalu menggeleng. "Dia… belum siap, Nak. Ibu tidak tahu apa yang sudah terjadi diantara kalian sebelumnya, tetapi dari cerita Hana, dia punya luka yang belum sembuh."Irsyad terdiam. Matanya mulai basah. Ia tahu benar siapa penyebab luka itu, dirinya sendiri dan Sand

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 56. Pertemuan

    Irsyad akhirnya memasuki gerbang kayu sederhana yang menandai batas desa kelahiran Hana. Jalanan tanah yang sedikit bergelombang membuat mobilnya berguncang pelan. Aroma sawah yang basah dan suara jangkrik mulai terdengar di sela-sela kesunyian desa itu.Irsyad melambatkan laju mobil, matanya menatap penuh rasa penasaran ke setiap rumah yang ia lewati. Di kepalanya, ada seribu tanya. "Apakah benar Hana ada di sini? Bagaimana keadaannya? Bagaimana wajah anaknya?"Tak jauh dari tikungan, ia melihat seorang bapak paruh baya sedang duduk di bangku bambu depan rumah, merokok sambil menatap ke jalan. Irsyad meminggirkan mobil, lalu turun."Permisi, Pak." ucap Irsyad dengan sopan.Bapak itu menoleh. "Iya, Nak? Ada yang bisa dibantu?""Saya, mencari seseorang. Namanya Hana. Dia baru-baru ini pindah ke desa ini."Bapak itu mengangguk pelan. "Ooh… Hana. Iya, saya tahu. Dia tinggal di ujung sana, rumahnya Bu Rum. Jalannya terus saja, nanti belok kiri di pohon mangga besar. Rumah kayu dengan ter

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 55. Desa Terpencil

    Pagi itu, rumah Irsyad masih tampak seperti biasa. Tak ada yang aneh. Sandra bersiap-siap ke kantor dengan wajah dingin yang sudah menjadi rutinitas. Ia tak menyapa Irsyad, tak juga menoleh meski suaminya duduk di meja makan. Irsyad tak peduli, pikirannya sedang dipenuhi oleh satu nama, Hana.Setelah memastikan Sandra benar-benar pergi bekerja, Irsyad segera bangkit dari duduknya. Ia naik ke kamar dan menarik koper kecil yang sudah ia siapkan malam sebelumnya. Pakaian secukupnya, berkas penting, dan foto kecil Hana dan bayinya yang dulu sempat diberikan oleh bi Piah, ia simpan rapi di dalam.Dengan langkah ringan tapi hati yang berat, ia keluar dari rumah tanpa suara. Ia sempat menatap rumah besar itu—tempat yang semestinya penuh cinta, tapi berubah jadi penjara bagi luka-lukanya.Di garasi, Irsyad memasukkan koper ke bagasi mobil. Setelah memastikan semuanya aman, ia masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, dan mulai melaju menuju alamat yang diberikan Arkan. Jalanan pagi itu cukup le

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 54. Irsyad Mulai Tegas

    Di sisi lain.Irsyad tampak gelisah. Sejak pagi pikirannya tak tenang. Ia terus menunggu seseorang yang akan membawakan jawaban dari sebagian kegelisahannya selama ini. Tak lama kemudian, seorang pria berkemeja rapi menghampiri meja mereka dengan langkah pasti."Arkan," sapa Irsyad sambil berdiri dan menjabat tangan pria itu.Arkan, pria muda yang merupakan rekan kerja sekaligus penyelidik pribadi Marco, mengangguk sopan. Ia duduk dan tanpa banyak basa-basi mengeluarkan sebuah amplop cokelat tebal dari tas kerjanya, lalu menyerahkannya kepada Irsyad."Semua data tentang Hana ada di sini, seperti yang Anda minta," ujar Arkan tenang.Irsyad menatap amplop itu sejenak, lalu dengan tangan gemetar ia membukanya. Marco hanya diam, memperhatikan dengan seksama ekspresi wajah bawahannya itu.Satu per satu lembaran dalam dokumen itu dibuka oleh Irsyad. Semakin ia membaca, semakin dalam kerutan di dahinya. Dan saat sampai pada halaman yang menceritakan tentang masa lalu Hana, tangannya terhenti

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 53. Teman Masa Kecil

    Hilman ragu sejenak, sebelum akhirnya bertanya dengan suara rendah, "Kamu sudah menikah, Han?"Hana mengangguk pelan. "Sudah.""Jadi,banak yang kamu gendong itu, anakmu?" lanjut Hilman, kali ini nadanya lebih pelan, seolah tak ingin melukai."Iya," jawab Hana sambil membelai kepala bayinya dengan lembut.Hilman terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat, tapi ia berusaha tetap tenang. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tapi ia tak ingin melukai hati perempuan yang duduk di sampingnya itu."Lalu… suamimu mana?" tanyanya akhirnya. "Kenapa kamu sendiri?"Hana menghela napas panjang, matanya kembali menerawang ke kejauhan."Kami sudah berpisah," katanya singkat.Hilman mengernyit. "Berpisah?""Iya," Hana mengangguk, masih menatap lurus. "Maaf, Hilman, aku tak bisa cerita banyak. Itu aib rumah tanggaku. Aku tidak ingin mengungkit-ungkitnya."Suara Hana lirih, tapi jelas terasa getirnya. Hilman merasakan ada dinding tinggi di antara mereka yang tak bisa ia tembus.Ia menunduk, menghela na

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 52. Bisik-bisik Tetangga

    Di saat Irsyad masih menanti kabar dari Arkan, menunggu dengan cemas dan harap di tengah keheningan kamar kosong yang pernah dipenuhi tawa anak dan suara lembut Hana, jauh di sebuah desa yang tenang dan terasing dari hiruk-pikuk kota, Hana mencoba membangun kembali hidupnya dari puing-puing yang berserakan. Ketika dunia menolaknya, kampung itulah satu-satunya tempat yang mau memeluknya kembali.Rumah Bu Rum yang sederhana, berdinding kayu, tapi bersih dan hangat. Di beranda kecil rumah itu, Hana mulai membuka warung kecil. Ia menjual gorengan, minuman, mi instan, dan kebutuhan harian lain yang mudah dicari. Ia menata dagangannya dengan penuh kasih sayang, seolah-olah itu adalah caranya berbicara pada dunia bahwa ia belum menyerah.Pagi itu seperti biasa, Hana menggendong bayinya, sambil membuka lapak warung yang makin hari makin dikenal warga sekitar. Para ibu yang lewat menyapa, membeli gula atau telur, dan memuji senyumnya yang ramah."Sejak ada warung Hana di sini kita gak perlu re

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status