Share

2. Menikahi Adik Ipar

Author: Buna Faeyza
last update Last Updated: 2023-11-28 14:16:55

Biantara melihat Asyila masuk ke dalam kamar hotel bersama Bayu, lelaki yang ia lihat melakukan panggilan video dengan istrinya. Bayu juga merupakan client-nya di restoran. Hati Biantara benar-benar hancur, ia pun kembali menarik tangan Arisha setelah istrinya benar-benar masuk ke dalam kamar hotel.

“Ari minta maaf atas apa yang dilakukan Kak Asyila, Ari juga minta maaf karena sudah tutup mulut,” ucap Arisha membuka suara saat di dalam mobil.

“Semua sudah terlambat. Hanya menikah denganku, aku akan memaafkanmu,” ucap Biantara.

Arisha terdiam mengalihkan pandangannya. Sebesar itukah dosanya, hingga ia dipertemukan dengan hal rumit ini? Tangannya memegang dada yang terasa sesak, menjadi istri kedua dan menghancurkan rumah tangga kakaknya, tentu tidak pernah ada di dalam pikirannya.

“Apa yang akan Ibu pikirkan jika nanti mengetahui Ari menjadi istri kedua Mas Bian? Ari banyak berhutang budi pada Ibu dan Kak Asyila,” tutur Arisha.

“Kamu tidak merasa bersalah padaku?” Biantara melirik Arisha dengan ekor matanya.

“Ari mengaku salah Mas, tapi Ari tidak mau mengecewakan Ibu dan Kak Asyila yang sudah mengurus dan berjuang untuk kehidupanku,” kata Arisha.

Biantara terkekeh dan berkata, “Kamu pikir, untuk kehidupan sehari-hari dan biaya kuliahmu menggunakan uang siapa? Uangku, bukan? Tidakkah kamu mau membantuku juga, Arisha?”

“Ini terlalu berat, Ari tidak bisa melakukannya,” ucap Arisha dengan suara yang lemah.

Biantara menoleh pada Arisha. “Apa kamu mau kita kembali lagi ke hotel?”

Arisha menatap Biantara tidak mengerti. “Apa maksud Mas Bian?”

“Mungkin kamu mau kita melakukan hal yang kotor sama seperti istriku dengan selingkuhannya,” ucap Biantara menatap Arisha.

Arisha menggeleng dan berkata dengan tegas, “Ari tidak mau!”

“Kalau begitu jangan bernegosiasi lagi denganku Ari, atau aku bisa saja menyakiti Asyila dengan tanganku sendiri!” ucap Biantara dengan nada mengancam dan sukses membuat Arisha takut.

Satu Minggu berlalu, Biantara dan Arisha baru saja melangsungkan pernikahan di luar kota. Pernikahan itu dilakukan secara siri hanya orang yang berkepentingan saja yang datang. Kini keduanya sudah resmi menjadi sepasang suami istri, Biantara juga membawa Arisha ke sebuah hotel yang berada di kota itu.

“Karena sekarang kamu sudah menjadi istriku, aku minta untuk selalu patuh dengan apa yang aku katakan. Jangan membuka suara pada siapa pun tentang pernikahan ini, sampai aku sendiri yang membongkarnya,” ucap Biantara.

“Iya, Mas.” Arisha hanya bisa pasrah berada di dalam kendali kakak iparnya. Air matanya tak bisa terbendung mengingat status barunya adalah orang ketiga.

Biantara menyimpan jasnya di sofa, ia melenggang masuk ke dalam kamar mandi. Hatinya begitu bahagia karena sebentar lagi akan melihat kehancuran di hidup Asyila. Jika ia menikahi wanita lain, Biantara tidak yakin Asyila akan sakit hati, tetapi jika ia menikahi Arisha, maka Asyila akan merasa terkhianati.

Arisha menatap Biantara yang hilang di balik pintu. “Sikap Mas Bian benar-benar berubah, sesakit itukah Mas?”

Arisha menjatuhkan bokongnya di tepi ranjang. Kebaya masih membalut tubuhnya, cincin telah tersemat di jarinya. Pernikahan adalah hal yang seharusnya membuat Arisha bahagia, tapi kini ia justru merasa menjadi wanita yang paling jahat.

“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Biantara menyadarkan Garvita.

“Emm, tidak Mas. Aku mau bersih-bersih di kamar mandi.” Arisha hendak bangkit dari duduknya.

Biantara menahan bahu Arisha dan membuat wanita itu duduk kembali. “Kita harus mengabadikan moment ini.”

“Bu–bukankah tadi saat ijab qobul sudah ya, Mas?” tanya Arisha.

“Ya, kita juga perlu mengabadikan saat di hotel seperti ini, mumpung pakaianmu masih lengkap.” Biantara duduk di samping Arisha dan merangkul pinggang Arisha.

Arisha berusaha menjauhkan tangan Biantara dari tubuhnya. Walaupun status Biantara adalah suaminya, tetapi Arisha merasa sangat risih dan segan. Namun, Biantara justru mengeratkan pelukannya.

“Lihat kamera dan tersenyumlah!” pinta Biantara. Arisha pun menyunggingkan senyumnya meskipun terpaksa.

“Bagus, aku rasa beberapa foto ini cukup untuk bukti pernikahan kita dan membuat Asyila sakit hati,” tutur Biantara.

Biantara melihat Arisha terdiam setelah melakukan selfie dengannya. “Kamu mau seperti ini atau berganti pakaian? Malam ini kita pulang, tapi sebelumnya … kita harus melakukan hal itu lebih dulu.”

Arisha menahan napas mendengar ucapan Biantara, ia mengerti dengan apa yang dimaksud Biantara. Tubuhnya seketika menegang dan takut dengan apa yang akan terjadi. Arisha merasakan sentuhan tangan Biantara di pipinya.

“Mas ….”

“Jangan menolak, aku suamimu sekarang.” Biantara mendekatkan wajahnya pada Arisha.

Biantara menatap wajah Arisha yang penuh kegelisahan. “Rileks saja, kita sedang tidak melakukan dosa. Anggap aku suamimu bukan Kakak iparmu.”

Tidak lama ia mencium bibir Arisha dan perlahan ciuman itu semakin menuntut. Biantara tidak merasakan ada perlawanan dari Arisha. Setelah cukup lama, Biantara melepaskan ciumannya.

Tatapan keduanya saling terpaut, Arisha terlihat begitu gugup. “Ari mau mandi, Mas.”

Tangan Biantara mengusap bibir Arisha. “Nanti saja.”

Biantara kembali merapatkan tubuhnya pada Arisha. Ia mencium bibir sang istri begitu intens dan tangannya perlahan membuka kebaya Arisha. Mata Arisha pun perlahan terpejam. Setelah merasa Arisha mulai nyaman, Biantara mulai merebahkan tubuh wanita itu di ranjang.

“Jangan takut,” ucap Biantara.

Biantara merasa harus ekstra sabar membuat Arisha nyaman terlebih dahulu. Ia paham akan takutnya Arisha karena ia sendiri tahu, Arisha bukan tipe wanita yang sering bergaul dengan laki-laki, apalagi berpacaran. Terlebih, ia adalah suami dari Asyila dan kecanggungan itu selalu ada di antara mereka.

Usai menanggalkan pakaian keduanya, Biantara berbisik di telinga Arisha. “Tanamkan dalam pikiran kamu, bahwa aku adalah suamimu, bukan kakak iparmu.”

Arisha mengangguk pelan. “Iya, Mas.”

***

Tepat jam sembilan malam, Biantara mengantar Arisha pulang. Arisha tinggal bersama Anin, ibu mertuanya. Walaupun tinggal terpisah, tetapi Biantara yang menanggung penuh kehidupan keluarga Asyila.

“Mas, jangan turunkan Ari di depan rumah. Ari turun di sini saja,” kata Arisha.

“Aku harus memastikan kamu pulang, Ari. Ingat … meskipun pernikahan kita tidak diketahui oleh siapa pun, kamu tetap tidak boleh berdekatan dengan lelaki lain ataupun menjalin hubungan. Jangan mengkhianati saya seperti kakakmu!” ucap Biantara, “kamu mengerti?”

Arisha mengangguk. “Ari ngerti, Mas.”

Tidak lama, mereka pun sampai di depan pagar rumah Arisha. Biantara melihat Arisa begitu sibuk menutupi tanda merah di lehernya dengan rambut. Biantara tidak berpikir jika Arisha akan setakut itu.

“Sini, biar aku tutup dengan plester,” ucap Biantara.

“Bagaimana kalau dengan foundation saja, Mas. Warnanya hampir sama dengan warna kulit Ari,” kata Arisha, wajah wanita itu cukup panik.

Biantara mengambil foundation itu dan mengeluarkan sedikit isinya ke tangan, kemudian mengusapkan ke leher Arisha dan meratakannya. “Sudah, keluarlah! Ini sudah malam.”

“Iya, Mas.” Arisha hendak membuka pintu mobil. Namun, tiba-tiba saja ibunya sudah berdiri di sana dan mengetuk kaca mobil.

“I–Ibu? Bagaimana ini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   30. Barra dan Aiza

    "Kenapa melamun?" Pertanyaan itu sontak membuat Arisha menoleh. Ya, Biantara baru saja pulang dari restoran. Ia menghampiri sang istri yang berdiri menatap ke luar jendela. "Apa yang kamu pikirkan sampai tidak tahu aku pulang?" tanya Biantara. "Mas Bian, maaf Ari tidak mendengar suara mobilnya. Ari hanya sedang memperhatikan bunga-bunga di sana," ujar Arisha. Biantara memeluk sang istri dari belakang. Tentu saja ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Arisha. "Aku tahu Bayu datang ke sini. Apa dia mengancammu?" "Mas Bian tahu dari mana?" tanya Arisha. Biantara terkekeh, ia memutar tubuh Arisha hingga menatapnya. "Kamu naif sekali, apa kamu pikir aku bisa tenang meninggalkanmu di rumah? Aku sudah memasang CCTV di rumah ini dan terhubung di tab-ku, aku memantaumu." Arisha menghela napas dan memeluk Biantara. "Hari ini Ari sudah berpikiran buruk tentang Mas Bian, maaf." "Ini pasti karena Bayu, aku akan memberi pelajaran," kata Biantara. Sejak kepergian Bayu, Arisha se

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   29. Datang Kembali

    "Bu, kita makan sama-sama ya," kata Arisha.Anin hanya mengurung diri di kamar setelah Asyila tak lagi di rumah. Arisha semakin tak enak hati, ia merasa bersalah ketika melihat Anin hanya murung tanpa gairah hidup. Posisinya selalu saja serba salah."Kamu saja duluan, Ibu belum lapar," ucap Anin.Arisha duduk di sisi ranjang, di mana Anin tengah berbaring. "Jangan seperti itu, Bu. Ini sudah malam, Ibu harus mengisi perut sebelum tidur nanti.""Ari tahu Ibu sangat mengkhawatirkan Kak Asyila, tetapi Ibu harus memikirkan kesehatan Ibu," ujar Arisha."Maafkan kakakmu ya, Ibu tidak menyangka kalau Asyila akan nekat. Bian benar, andai dia tak cepat-cepat datang mungkin keadaannya sudah berbeda. Ibu sudah ikhlas dengan keadaan kakakmu, semoga kamu dan Bian bisa menjalani rumah tangga sebagaimana mestinya," kata Anin.Arisha terdiam sejenak, ia menggenggam tangan Anin dan menciumnya. "Terima kasih ya, Bu. Ari minta maaf karena sudah menjadi anak yang tidak tahu diuntung, Ari menjadi anak yang

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   28. Berakhir di Sel

    "Mas tolong Kak Asyila juga. Dia sedang hamil, Ari takut terjadi sesuatu dengan kandungannya," ujar Arisha sesaat setelah Biantara membawanya masuk ke dalam mobil.Biantara bergeming, rasa sakit semakin dalam, ketika mengingat Asyila tak menginginkan kehamilan saat bersama dengannya."Aku tidak peduli," ujar Biantara.Arisha menggenggam tangan Biantara. "Mas, kasihan Kak Asyila. Mas Bayu tidak mau bertanggung jawab, Kak Asyila akan merasa sedih jika kehilangan calon bayinya, aku juga sedang hamil ... aku bisa merasakannya."Dengan perasaan berat, Biantara menuruti permintaan Arisha, ia melangkah kembali masuk ke dalam rumah. Beruntung ia tidak pernah percaya pada ucapan Asyila jika wanita itu hamil dengannya."Sekarang kamu dicampakkan orang yang kamu perjuangkan, sama sepertiku," gumam Biantara.Biantara baru saja masuk ke dalam kamar dan melihat Anin yang sedang berusaha menolong Asyila. Biantara pun segera mengangkat tubuh mantan istrinya tersebut."Bian tolong Asyila!" kata Anin.

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   27. Mencelakai Arisha

    "Apa dia memaksamu?" tanya Biantara sekali lagi saat di kamar."Tidak, Mas. Aku sudah pikirkan, aku mengkhawatirkan Ibu. Aku takut tidak ada yang menjaga Ibu, sedangkan Mas Bian terus menginginkan Kak Asyila di sini," kata Arisha.Biantara menghentikan tangan Arisha yang sedang mem*uka kancing kemejanya. "Apa kamu cemburu?""Tidak," jawab Arisha kembali fokus dengan aktivitasnya.Biantara mengangkat dagu Arisha. "Sungguh? Lalu apa alasanmu tidak mengizinkan?""Aku hanya takut kesehatan Ibu semakin drop jika melihat aku dan Mas Bian bersama," jawab Arisha."Tadi Ibu sudah melihatnya. Tidak ada masalah, bukan?" Biantara lantas menc*um bibir Arisha.Untuk sesaat tatapan mereka terpaut."Kamu tidak ingin memelukku?" tanya Biantara."Mas Bian harus mandi," ujar Arisha."Baiklah, aku akan segera mandi," ucap Biantara. "Setelah itu kamu harus memelukku, Sayang."Arisha terkekeh. "Mas Bian ada-ada saja."Tangan Biantara berada di sisi kiri dan kanan pipi Arisha. "Aku serius, atau kamu mau k

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   26. Tinggal Bersama

    Asyila berlari mengejar Biantara ketika lelaki itu hendak masuk ke dalam mobil. Arisha memperhatikan sang kakak dari teras."Mas Bian, tunggu!" Asyila menahan pintu mobil dan menutupnya.Biantara menatap nyalang. "Kamu bisa lebih sopan sedikit tidak?""Maaf, Mas. Siang ini Ibu keluar dari rumah sakit, aku minta tolong agar Ibu bisa tinggal di sini," ujar Asyila.Biantara menoleh ke belakang karena ia yakin Arisha masih berada di sana. "Aku tidak bisa memutuskannya sendiri, aku akan bicarakan pada istriku."Biantara lantas memanggil Arisha."Aku yakin Ari pasti izinkan karena itu juga ibunya Ari," kata Asyila.Asyila tersenyum, ia ingin membawa sang ibu ke rumah Biantara, bukan hanya karena tidak memiliki tempat tinggal. Akan tetapi, ia juga butuh dukungan untuk merebut kembali Biantara dari Arisha."Ada apa, Mas?" tanya Arisha."Bicaralah! Aku tidak akan mengizinkan jika istriku tidak mengizinkan, begitu pun sebaliknya," ujar Biantara pada Asyila."Arisha, hari ini Ibu sudah diperbole

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   25. Asyila Bekerja di Rumah Biantara

    Suasana makan malam berjalan sangat romantis, di mana Biantara mem-booking rooftop restoran khusus untuk mereka. Musik mengalun dengan indahnya di telinga, kelopak bunga menghampar di sekitar mereka, cahaya lilin menambah kehangatan hubungan kedua insan."Mas Bian menyiapkan ini semua untuk Ari?" Arisha tak kuasa menyembunyikan raut wajah bahagia."Ya, apa kamu senang?" tanya Biantara memastikan.Arisha mengangguk. "Tentu. Terima kasih, Mas.""Aku akan selalu membuatmu merasa senang bersamaku," ujar Biantara.Senyum Arisha perlahan memudar, ia sangat bahagia dengan kata-kata sang suami. Namun, hatinya semakin yakin jika Biantara benar-benar hanya ingin permainkan perasaannya. Pada kenyataan, Arisha berharap lebih pada Biantara, berharap tak hanya menjadikannya alat balas dendam."Ayo makan! Kamu harus makan banyak dan bergizi, aku tidak ingin calon bayiku kelaparan," ujar Biantara."Mas Bian tenang saja, Ari akan jaga calon anak kita," imbuh Arisha.Mereka memulai makan malam. Biantar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status