Share

Bersenang-senang?

Author: Yurriansan
last update Last Updated: 2023-10-11 22:17:10

Untuk kesekian kalinya, Sean mengangguk dan menjawab pertanyaan Madeline. "Aku kan sudah bilang dari tadi kalau Darren memang akan datang. Kau ini kenapa kelihatannya bingung begitu?"

Madeline menggeleng. "Aku cuma tanya." Dia berusaha menyembunyikan ekspresi gugupnya. "Umh, maksudku tadi kau bilang dia datang dengan siapa?"

"Cressida," ujar Sean. Mendengar nama Cressida membuat mata Madeline membesar.

Pria itu kemudian menjelaskan kembali soal Cressida. "Dia itu satu-satunya wanita yang bisa dekat dengan kakakku. Aku rasa, kalau Darren tidak juga berani menyatakan cinta padanya, orang tua kami akan menjodohkannya."

Madeline tersenyum kecut. "Apa dia selalu pengecut begitu?"

Sean mengerutkan alis. "Maksudmu?"

Madeline enggan menjelaskan. "Lupakan saja."

Sean menunjukkan ekspresi bingung yang jelas terlihat di wajahnya. Dia memandang Madeline dengan tatapan tajam, mencoba mencari jawaban atas reaksi kagetnya.

"Ada apa dengan sikapmu ini?"

Madeline juga bingung dengan sikapnya sendiri. Dia membenci Darren karena sudah mengacaukan perasaannya, tetapi di sisi lain dia juga menyadari hatinya patah mendengar pria itu dekat dengan wanita lain..

"Tidak ada apa-apa." Madeline berujar datar. Namun, sikap kikuk dan senyum tipis yang ditunjukkannya membuat Sean semakin curiga. Ada sesuatu yang disembunyikannya.

"Kau yakin?"

Meski rasa penasaran Sean semakin besar, Madeline tetap bersikeras bahwa dia tidak terganggu dengan kedatangan Darren. "Aku baik-baik saja."

Madeline kemudian beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju paddock di mana Bella berada.

Perempuan itu mengelus lembut kepala kuda tersebut. Bella mendengus pelan dan menggerakkan kepalanya ke arah Madeline sebagai respon.

Menyadari bahwa mereka hanya akan terus bengong menunggu, Madeline berbalik dan memanggil Sean yang masih berdiri di tempatnya. "Sean, bisa tolong bantu aku naik ke Bella?" tanyanya. Lebih baik dia mencoba untuk menunggangi Bella daripada hanya diam menunggu.

"Tentu!" Dengan senang hati Sean akan menurutinya.

Sean meminta penjaga kuda untuk mengeluarkan Bella. Kuda betina tersebut dituntun keluar dengan memegang tali kekangnya. Dan sekarang, kuda itu sudah ada di hadapan Madeline.

Sean membantu gadis itu untuk naik. Sebelumnya, dia periksa dulu pelana kudanya sudah dipasang dengan benar dan stabil. Baru dia memberikan tumpuan pada tangannya untuk membantu Madeline mengangkat kakinya ke stirrup.

Selanjutnya, Sean dengan hati-hati membantu Madeline untuk meletakkan kaki kirinya di stirrup sisi lain sehingga dia bisa duduk dengan nyaman di atas pelana.

"Sudah pas?" Sean ingin memastikan kedua stirrup tersebut sudah pas di posisinya.

"Ya, ini pas."

Setelah yakin bahwa semuanya sudah aman, Sean menuntun Bella pelan-pelan.

Madeline kini sudah berada di atas Bella, merasakan detak jantungnya yang semakin cepat seiring dengan gerakan perlahan kuda tersebut. Ini adalah sensasi yang ajaib dan memabukkan sekaligus, membuat perasaannya campur aduk. Sedikit banyak dia juga takut.

Dia merasakan tubuhnya menggigil sedikit saat Bella mulai bergerak. Detak jantungnya berirama dengan langkah-langkah lembut kuda tersebut. Dia merasa seperti sedang melayang, terpisah dari dunia di bawahnya.

Madeline bisa merasakan otot-otot Bella yang kuat bekerja di bawah tubuhnya, memberikan sensasi yang unik. Dia juga bisa merasakan embusan angin di wajahnya dan aroma rumput segar yang ditendang oleh kaki Bella. Sementara ini, Sean masih membantunya karena dia belum bisa mengendarai kuda sendiri.

"Jangan tegang!" Ketika Madeline melihatnya, Sean benar-benar kelihatan sangat pendek. "Kuda bisa tahu kalau kau tegang. Cobalah untuk santai bahkan kalau perlu ajak bicara saja kudamu ini."

"Kau tahu bahasa kuda?'' Madeline menggoda.

"Sedikit." Sean membalasnya.

Sepuluh menit Sean membantunya menuntun kuda, Madeline yakin kalau perasaannya dengan Bella sudah menyatu.

"Aku mau coba jalan sendiri. Boleh?"

Sean harus mendongak saat bicara. "Kau yakin?"

"Aku coba pelan-pelan saja." Madeline meyakinkan.

Sean mundur sedikit memberi jalan pada Madeline dan kudanya. Kuda itu melangkah perlahan, lama-lama menjauh darinya.

Madeline baru saja meyakinkan Sean bahwa dia baik-baik saja, tetapi tidak lama setelah itu, Bella tiba-tiba berhenti mendadak. Tubuh Madeline yang tidak siap dengan gerakan tiba-tiba tersebut tergoyang dan dia nyaris jatuh dari punggung Bella.

"Madeline!" teriak Sean ketika melihat wanita itu hampir jatuh. Dia berlari menuju Madeline dengan cepat, siap menangkapnya jika perlu.

Untungnya, Madeline berhasil mempertahankan keseimbangan di detik-detik terakhir. Dia menggenggam tali kendali Bella dengan erat dan mengambil napas dalam-dalam untuk meredakan detak jantungnya yang berpacu kencang.

"Aku baik-baik saja." Madeline menyeringai menahan malu.

Sean cukup lega Madeline tidak jatuh dari Bella. Namun kekhawatirannya belum sepenuhnya hilang. "Kau yakin?" tanyanya sambil memperhatikan Madeline.

Madeline mengangguk pelan sebagai jawabannya. "Bantu aku untuk turun."

Sean mendekati Bella dan Madeline dengan hati-hati, memastikan bahwa kuda tersebut tetap tenang. Dia kemudian mengulurkan tangan kanannya untuk memberikan pegangan pada Madeline. Sementara, tangan kirinya memegang stirrup.

Madeline turun perlahan sesuai dengan instruksi Sean. Pria itu meraih pinggang Madeline dengan lembut, membantunya melepaskan kaki kanannya dari stirrup dan mengayunkannya ke atas pelana sehingga dia bisa duduk menghadap ke arah yang sama dengan Sean. Setelah itu, dia berhati-hati membantu Madeline meluncur turun dari pelana.

Sekarang, Madeline sudah berada dalam dekapan Sean. Tiba-tiba saja rasa gemas menyerangnya, hingga tanpa sadar dia memutar tubuh Madeline sehingga wanita itu memekik.

"Sean!" teriak Madeline, suaranya terdengar agak panik. "Berhenti!"

Sean menghentikan gerakan memutarnya, tetapi dia masih memegang pinggang Madeline.

"Bagaimana kalau kau menunggangiku saja?' Sean meledek.

Madeline merotasi mata. "Serius maumu begitu?"

"Ya ...." Sean mengangkat bahunya. "Kau bisa bayangkan, berapa kali kita akan melakukannya?"

"Dua kali?" Madeline asal menebak.

"Aku rasa, bisa puluhan kali." Sean berbisik sensual.

Madeline memukul bahu Sean. "Kau akan menjadikanku mesin ternak bayi?"

Sean tergelak mendengar itu.

Di saat yang sama, tanpa mereka tahu Darren sudah datang. Dia memandangi Madeline dan Sean dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia bisa melihat betapa Sean menyukai Madeline dan gadis itu memberi balasan yang hangat.

Bayangan semalam mereka telah bercinta, merasuki pikirannya kembali. Meski setengah sadar, Darren tahu kalau Madeline membalas sentuhannya. Lebih manis dan hangat dari yang dia berikan pada Sean!

Cressida merangkul lengan Darren. "Kenapa malah bengong di sini?" Perempuan cantik bermata biru itu menegurnya.

Darren hanya mengatup mulut, hanya sorot matanya yang tajam menatap Sean dan juga Madeline.

Cressida memperhatikan juga. Dia berdecak kagum. "Ah, mereka mesra sekali. Aku rasa sebentar lagi keduanya akan berciuman."

Darren tidak suka. Dia akan mencegah itu terjadi!

Dengan langkah berat, pria itu mendekati mereka berdua. Dia berdeham, suaranya cukup keras untuk menarik perhatian Madeline dan Sean. Keduanya tampak terkejut dengan kehadiran Darren.

"Darren?" Sean segera menurunkan Madeline saat kakaknya datang. "Kau Sudah datang, rupanya." Dia bersikap sangat ramah.

Darren bersikap apatis. "Kalian mengabaikan Bella dan bersenang-senang!" rutuknya.

"Aku hanya bercanda dengan Madeline."

Darren melirik Madeline dengan tatapan tajam. "Jadi, kau bersenang-senang?" Pertanyaan itu untuk Sean sebenarnya.

Madeline tampak bereaksi berbeda. Wanita itu mendadak membeku saat bertatapan dengan Darren. Disadari atau tidak, matanya terbuka lebar dan wajahnya tampak pucat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Madeline dan Dua Pewaris Tampan   Bersatu Kembali

    Darren sontak berdiri dengan ekspresi terkejut. "Sial!" Dia tanpa pamit langsung pergi begitu saja.Lulu menatap kepergian bosnya hingga hilang dari pandangannya. "Kamu ke mana saja, sih? Aku khawatir di sini, tapi kamu malah mengabaikanku!" teriak Crasida di telepon saat Darren mencoba menghubunginya di dalam perjalanan menuju ke Rumah sakit."Maaf, sayang. Aku akan segera ke sana." Darren segera menuju ke rumah sakit. Dalam perjalanan menuju tempat tujuan, ia masih memikirkan Michael. Ia tak percaya Michael akan mengalami kecelakaan karena tidak ada tanda-tanda akan terjadi hal buruk. Ia berdoa semoga Michael dalam keadaan baik-baik saja. Setelah terdiam sambil mengemudi beberapa menit kemudian akhirnya ia tiba di Rumah sakit. Darren bergegas menemui Crasida yang telah menunggunya. Ternyata Sean telah lebih dahulu berada di sana. Walau sempat kesal dan masih marah pada adiknya itu, ia tak ingin dulu mengungkit masalah itu. "Bagaimana keadaan putra kita?" "Dia butuh banyak darah.

  • Madeline dan Dua Pewaris Tampan   Tidak Bisa Diam Lagi

    Madeline memeluk erat putranya, ia enggan meninggalkan mobil karena memikirkan keselamatan putra dan dirinya sementara Sean bergeming tanpa memberikan rasa kasihan padanya. Madeline menunggu beberapa saat untuk memohon agar Sean berubah pikiran, hanya lewat tatapannya yang tak berdaya, tetapi Sean masih sama, tidak peduli padanya. Akhirnya Madeline terpaksa turun dari mobil dan tidak butuh waktu lama Sean benar-benar meninggalkannya di jalan sepi itu.Madeline menangis ketika putranya bertanya, "Mama, apa kita akan menunggu di sini? Dylan takut, Ma." Madeline, mencoba menahan suara isaknya agar dapat menjawab Sean, "Sebentar lagi kita pulang. Kita tunggu taksi dulu, ya? Untuk sementara kita jalan dulu ke tempat yang ramai." "Apa Mama, bisa?" Ia menatap luka di lutut ibunya.Madeline tersenyum, sembari menganggukkan kepala. "Ayo, kita jalan!" Darren kehilangan jejak mobil Sean. Hampir saja ia memutuskan untuk kembali ke rumah, tapi saat melihat seorang perempuan dengan putra kecil

  • Madeline dan Dua Pewaris Tampan   Menemukannya

    "Om, mau ketemu mama, boleh?" tanya Darren, sambil melirik ke kaca mobil. Dia melihat samar-samar sosok Madeline di sana, sedang bersandar pada bangku mobil. Sikap duduk perempuan itu masih sama, masih melindungi identitasnya. "Mama, lagi sakit, Om. Tidak bisa." "Sebentar saja. Om, cuma mau berkenalan sama mamamu." Setelah berkata, dia langsung menuju ke lain sisi pintu mobil, di mana tempat Madeline duduk. "Tapi kata Om Sean, mama sedang terluka." Ia tidak ingin ibunya diganggu apalagi ia mengira Ibunya kini tengah tidur. Ia juga cemas kalau sikap Sean mungkin sama seperti Crasida yang tidak setuju anaknya berteman dengan sembarangan orang. Ia tidak mau ibunya dimarahi lagi. Meski tadi Darren telah bersikap baik padanya, tapi dia perlu waspada. "Dia lagi tidur, Dar," kata Sean, saat Darren akan mengetuk kaca pintu mobil, tapi Darren tidak peduli, Darren membungkuk melihat kaca. "Aku cuma mau melihatnya. Bisa kamu buka?" "Kami sedang terburu-buru," jawab Sean agak kesal.Darren

  • Madeline dan Dua Pewaris Tampan   Pertemuan

    Sean menatap wajah Madeline yang masih belum menjawab keinginannya untuk ikut menjemput Dylan ke rumah Michael. Terus terang ia begitu ingin lebih lama bersama perempuan itu dan bila bisa tidak akan terpisah lagi. "Kenapa Mady? Apa aku sudah mengganggumu sampai kamu tidak mau menerima bantuanku?""Tidak sama sekali." Madeline menggeleng lemah, sedikit merasa tidak nyaman dengan perkataan Sean barusan. "Lalu?" Sean mengerutkan keningnya, alisnya hampir bersatu karena merasa perempuan itu telah menyembunyikan sesuatu darinya. "Aku cuma tidak mau merepotkan kamu saja." Dia tersenyum hambar, berharap Sean tidak memaksanya lagi."Aku bertanggung jawab atas luka yang kau dapatkan itu. Daripada terjadi apa-apa, lebih baik aku antar kamu ke sana." "Tapi, Se--""Eits! Jangan membantah! Aku akan merasa bersalah bila kamu tidak mau menerima bantuanku," potong Sean sambil memelas.Madeline terdiam sejenak sebelum ia menganggukkan kepalanya. Ia menarik napas sedalam-dalamnya untuk mengurangi be

  • Madeline dan Dua Pewaris Tampan   Mantan

    Sosok lelaki yang tidak asing bagi Madeline.“Itu Sean…” lirih Madeline mengucek matanya merasa penglihatannya tidak baik-baik saja. Benarkah itu Sean? Lelaki bertubuh sempurna dengan balutan kemeja berwarna hitam digulung hingga bagian siku tersebut berjalan mendekati Madeline yang berdiri termenung. Mata mereka saling bertemu untuk beberapa saat.“Mady,” panggil Sean dengan lembut, dia ingin memastikan wanita di depannya kini Madeline ataukah hanyalah halusinasinya saja. Ternyata matanya masih berfungsi dengan benar, itu beneran Madeline. Lelaki itu melayangkan sebuah senyum yang paling tulus, bibirnya merekah pertanda bahagianya bisa menemukan pujaan hatinya yang menghilang selama ini. Hatinya bersorak bahagia dipertemukan dengan sang penghuni hati. Madeline masih mematung, kakinya terasa berat untuk segera berlari menjauh dari hadapan Sean. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan Sean kembali di saat seperti ini. Keringat tiba-tiba mengucur deras bahkan punggungnya sudah mulai

  • Madeline dan Dua Pewaris Tampan   Pertemuan Tidak Terduga

    Dilan menatap lama Michael. “Emm, aku harus bilang semuanya kepada ibuku dengan siapa aku berteman, tapi kamu apakah benar ingin berteman denganku?” tanya Dilan bersungguh-sungguh tapi Michel langsung menyambut dengan anggukan kepala yang mantap. “Karena kau adalah orang yang mau membelaku saat Bobby dan teman-temannya nakal,” jawab Michael dengan sejujurnya. Belum sempat Dilan berbicara ternyata di seberang jalan, Madeline telah menunggu kedatangannya. “Aku duluan, besok kita bertemu lagi,” ucap Dilan berlari menemui ibunya. “Halo, Jagoan kecil,” sapa Madeline berjongkok agar mereka sama tingginya. “Hai, Mom, aku tadi kena hukuman dari Miss Neona.” Dilan tidak sabar ingin bercerita dia membuka percakapan tentang hukumannya tadi. “Oh, begitu, kita lanjut cerita di rumah, sekarang pulang dulu.” Bocah kecil sekolah TK tersebut menurut apa kata ibunya. Mereka pulang ke apartemen bersama-sama. Sore harinya. Madeline telah selesai membuat makan makan untuk mereka berdua. Dilan masi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status