LOGINHening mengisi ruang antara Viana dan Yanto. Yanto mencoba untuk meredam kegusarannya. Dia sadar bahwa hal ini tak sepenuhnya salah Viana.
Yanto menarik nafas panjang dan menghembuskannya, berharap dengan demikian dia bisa merasakan sedikit kelegaan dalam hatinya.
"Bagaimana kamu bisa tahu hal ini, Dek?" tanya Yanto setelah dia berhasil menenangkan dirinya.
Viana lalu menceritakan tentang perjumpaannya dengan Bu Eli di warung Bu Sarmi, tentang Bu Eli yang menyampaikan kepadanya bahwa Runi adalah seorang pelakor. Semuanya Viana ceritakan tanpa ada yang ditutup-tutupi, bahkan Viana juga memperlihatkan video penggerebekan Runi dengan Bimo yang telah diunduhnya di ponselnya.
Yanto melihat video yang diputar pada ponsel yang disodorkan oleh Runi dan ternyata video itu sama persis seperti yang diperlihatkan oleh Andri kepadanya. Ternyata adiknya sudah viral di medsos, bukan dalam hal positif, tapi viral sebagai pelakor dan tiba-tiba Yanto merasa khawatir kalau-
Viana membolakan kedua matanya ketika mendengar nominal yang harus dibayar oleh Yanto.Meskipun sudah menduga sebelumnya, tetapi tak urung Viana menjadi kaget juga mendengarnya."Huss, Mbak! Jangan teriak kayak gitu. Malu kita nanti," tegur Runi dengan berbisik sambil matanya melirik ke arah si pelayan yang masih berdiri di samping meja mereka.Kemudian Runi mengeluarkan sebuah kartu debit dari dalam tas nya. Statusnya dulu sebagai istri Andri yang notabene adalah orang kaya membuatnya mengetahui dan terbiasa dengan hal-hal semacam ini."Saya bayar pakai ini, ya," katanya kepada pelayan itu."Baik, Bu," ucap pelayan itu seraya mengambil kartu yang disodorkan oleh Runi dan menggeseknya pada mesin EDC yang dibawanya kemudian memasukkan nominal yang harus dibayarkan."Silakan PIN nya, Bu."Runi lalu memencet beberapa tombol pada mesin tersebut dan tidak berapa lama kemudian mesin EDC itu mengeluarkan selembar struk bukti transaksi yang s
Akan tetapi, untungnya kekhawatiran itu tidak menjadi kenyataan. Si pelayan tetap bersikap profesional dalam menghadapi sikap Runi tersebut."Oh, kalau begitu silakan ikuti saya, Pak, Bu. Saya akan menunjukkannya pada Anda," jawab pelayan itu dengan tetap memasang senyum ramahnya.Singkat cerita, mereka bertiga kini tampak sedang menikmati makanan yang tersaji di hadapan mereka.Makanan tersebut merupakan rekomendasi dari pelayan restoran tersebut dan memang rasanya tidak mengecewakan."Hmm... lezat sekali makanan ini. Punyamu juga terlihat lezat, Dek. Boleh mas mencicipinya sedikit?" pinta Yanto kala matanya melihat tampilan makanan yang dipilih oleh Viana.Makanan itu begitu menggugah seleranya ditambah lagi dengan ekspresi Viana yang terlihat begitu menikmati makanan tersebut, membuatnya geregetan untuk mencoba."Hadeh, Abang ini norak banget. Kalau suka kan tinggal pesan saja lagi. Uang Abang kan banyak," cetus Runi dengan nada setengah
"Wahhh....Bang, ini kan restoran yang lagi viral itu!" seru Runi dengan suara tertahan saking tak percayanya dia bahwa Yanto akan mengajak mereka makan di sana."Iya, rupanya kamu tau juga ya?" sahut Yanto"Tahu lah, Bang. Kan iklannya sering muncul di medsos dan dari testimoni orang yang pernah makan di sini, mereka kasih bintang lima untuk makanan dan pelayanannya," ujar Runi dengan antusias."Oh ya? Kalau gitu, abang gak salah pilih dong," tukas Yanto sembari tersenyum.Runi mengangguk sambil tersenyum. Dia sudah mengetahui keberadaan restoran ini dari medsos yang sering dipantaunya.Sebenarnya dia dulu pernah mencoba membujuk Feyla untuk mentraktirnya makan di sana, tetapi entah mengapa sekali itu Feyla menolak ajakannya dengan alasan lagi banyak pekerjaan di kantor bahkan Feyla menyarankannya untuk makan sendiri saja di sana.Runi jelas menolak saran Feyla tersebut karena kalau dia makan sendiri di sana berarti dia yang harus mengeluark
"Apa? Sepuluh juta?" Pria paruh baya berkemeja putih dan berdasi hitam itu tampak terkejut mendengar penuturan wanita cantik di hadapannya."Iya, benar sekali Pak Seno. Saya mau karyawan baru yang bernama Yanto itu diberi gaji sebesar sepuluh juta.""Tapi Bu Feyla, itu menyalahi aturan perusahaan. Dia adalah karyawan yang baru satu bulan bekerja. Kalau saya memberikan gaji sebesar itu, bisa – bisa nanti saya dimarahi oleh Pak Indra.""Pak Seno tenang saja, biar saya yang menjelaskan hal ini kepada papa," tukas wanita yang ternyata adalah Feyla.Pak Seno masih terdiam. Terasa berat baginya untuk mengabulkan permintaan Feyla tersebut. Selain karena tidak sesuai dengan peraturan perusahaan, dia juga tidak ingin hal ini kelak akan memancing kecemburuan para karyawan lainnya terlebih lagi bagi karyawan senior yang harus bekerja beberapa tahun dulu baru bisa memperoleh gaji sepuluh juta, berbanding terbalik dengan Yanto yang kelihatan mudah sekali mempero
"Wah, lagi ngapain di situ, Bang?" tanya Runi yang baru saja keluar dari kamarnya dengan dandanan rapi.Dengan santainya, adik ipar Viana itu berjalan menghampiri Yanto dan Viana."Apa ini? Wah, uang? Banyak sekali. Uang siapa ini, Bang?"Runi segera mengambil tempat duduk di samping Yanto, matanya tak lepas dari tumpukan uang yang masih terletak di atas meja."Ini uang gaji abang bulan ini, Run.""Sebanyak ini?""Iya, jumlahnya sepuluh juta," ucap Yanto dengan bangga."Apa?" Sepuluh juta?!" pekik Runi dengan mata terbelalak.'Gila, besar banget gaji Bang Yanto. Padahal dia hanya staf biasa tamatan SMA. Aku aja gak ada sebesar itu dikasih sama kak Feyla. Hm, sudah mulai pilih kasih dia.'Sejumput rasa iri mulai bermain-main dalam pikiran Runi.'Atau jangan-jangan ini adalah triknya untuk membuat bang Yanto terpikat padanya. Baru jadi karyawan aja udah dikasih gaji sebesar itu, apalagi nanti kalau abang jadi suamin
"Ha ha ha.... Jadi hal itu yang ingin kamu sampaikan Deon, hm?""Iya, Bu," jawab Deon sambil menatap Feyla sekilas dengan perasaan heran.'Kenapa bu Feyla tampak biasa saja dengan pemberitaan itu? Bukannya marah, ini malahan dia bisa tertawa seperti itu. Aneh sekali,' gumam Deon dalam hati."Biarkan saja, Deon. Terserah mereka mau menilaiku bagaimana, tidak masalah bagiku. Kalau mereka mulai keterlaluan, ya tinggal pecat saja. Beres kan? Hanya saja di sini aku mau bilang sama kamu kalau sikapku yang kalian pandang berlebihan itu merupakan amanat dari temanku. Yanto adalah abang dari temanku. Saat dia bergabung di perusahaan ini, temanku meminta tolong kepadaku untuk membimbing Yanto dalam urusan pekerjaan karena dia takut abangnya itu tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru ini. Jadi dimana letak salahnya kalau aku membantu temanku?"Dengan lihainya Feyla memberi alasan yang masuk akal untuk menutupi niat sebenarnya dia mendekati Ya







