Share

Terpaksa Menerima

Penulis: Kurnia_cy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-09 18:41:48

"Lalu siapa yang akan membayar kontrakan itu? Kamu, Mas? Atau Runi? Bukankah Runi belum bekerja dan kalau Mas yang bayar, uang darimana? Gaji Mas sebulan hanya cukup untuk biaya hidup kita sehari-hari dan membayar uang kontrakan rumah. Hanya sedikit yang bisa ditabung. Beruntung selama ini Bu Tiwi tidak menaikkan uang kontrak rumah sehingga pengeluaran kita tidak makin bertambah. Lha, sekarang Mas malah sok-sokan ingin ngontrakin rumah buat Runi. Dipikir dulu Mas sebelum ngomong. Ini juga adikmu, udah enak-enakan dapat suami orang kaya dan baik seperti Andri, kok malah cerai. Jangan-jangan mereka cerai karena ulah adikmu sendiri, tapi adikmu bohong agar kau tidak memarahinya," omel Viana. 

Bu Tiwi adalah pemilik rumah yang disewa oleh Yanto dan Viana. Wanita paruh baya itu dikenal sebagai orang yang baik di lingkungan tempat tinggal mereka. Selama hampir lima tahun Yanto dan Viana mengontrak rumah mereka, tetapi Bu Tiwi tidak pernah menaikkan uang sewanya. Hal tersebut membuat Yanto dan Viana merasa berhutang budi kepada Bu Tiwi dan mereka berupaya membalasnya dengan cara membayar uang kontrakan tepat pada waktunya.

"Jangan nuduh gitu dong, Dek. Siapa tahu kali ini Runi berkata benar. Kan, kita tidak melihat langsung kondisi rumah tangga mereka," bela suaminya itu.

"Nah itu, karena kita nggak melihat langsung, maka Mas juga jangan langsung percaya aja kata-katanya Runi. Cari tahu dulu kek kebenarannya kayak gimana," balas Viana. 

"Udahlah, Dek. Mas lagi nggak pengen bahas masalah perceraian Runi. Sekarang masalahnya, apa kamu mengizinkan Runi untuk tinggal di sini? Tinggal jawab aja kok susah banget, muter-muter sana sini," protes Yanto

"Iya, habisnya aku masih dongkol kalau ingat kelakuan adikmu pada kita," sahut Viana.

"Kan mas udah mewakili dia untuk minta maaf sama kamu," sahut Yanto

Viana terdiam sesaat, kemudian menarik nafas panjang dan berkata, "Baiklah, Mas. Aku setuju. Meski perangai adikmu di masa lalu belum dapat kulupakan begitu saja, tetapi aku bukan lah orang yang suka menyimpan dendam. Hanya saja, aku harap adikmu dapat mengubah perilakunya selama ini. Kalau tidak, aku tidak akan segan-segan menegur atau memarahinya, peduli amat kalau dia tersinggung sebab sekarang ini kita yang jadi tuan rumah dan dia orang yang numpang tinggal di sini. Nggak ada ceritanya orang yang numpang ngatur orang yang beri tumpangan. Enak saja," cetus Viana sambil memutar-mutar bola matanya.

Mendengar hal itu, Yanto tersenyum senang.

"Iya, iya. Terimakasih, Dek. Mas janji akan menasehatinya. Mas sungguh beruntung mempunyai istri yang baik hati dan cantik sepertimu. Sekarang jangan ngambek lagi dong. Nanti hilang cantiknya."

"Yee..., kalau ada maunya, pintar ngegombal."

"Ha ha ha...." tawa Yanto menanggapi ucapan istrinya

"Udah, ah. Aku mau tidur dulu." Viana segera membaringkan tubuhnya di ranjang, diikuti pula oleh Yanto yang langsung berbaring di sampingnya.

"Selamat tidur istriku. Semoga mimpi indah," ucap Yanto seraya mengecup lembut kening sang istri.

"Hemm...." jawab Viana singkat.

Tak lama kemudian pasangan halal itu sudah masuk ke alam mimpi mereka masing-masing.

***

Tanpa terasa, pagi pun menjelang. Suara ayam jantan berkokok saling bersahutan diselingi dengan kicauan riang burung-burung yang menyambut munculnya kembali sang surya di pagi hari itu.

Sebagaimana para kaum istri pada umumnya, di pagi hari itu Viana tampak sibuk memasak di dapur memasak sarapan pagi sekaligus bekal makan siang yang akan dibawa oleh suaminya ke kantor.

Viana tidak merasa repot karena untuk bekal makan siang Yanto, dia sudah menyiapkan lauk setengah matang yang telah diolah kemarin sore dan disimpannya di dalam kulkas. Lauk tersebut akan dieksekusinya menjadi lauk matang pada pagi ini sehingga dia tidak membutuhkan banyak waktu untuk menyiapkan keduanya sekaligus, sedangkan untuk sayur, Yanto lebih menyukai sayur lalapan daripada sayur berkuah.

"Nah, selesai. Sekarang waktunya memanggil Mas Yanto."

Viana membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju kamar mereka. Namun, baru tiga langkah dia berjalan, dia melihat pintu kamarnya terbuka dan Yanto keluar dari dalam sana dengan sudah berpakaian rapi.

"Wah, kebetulan banget Mas. Aku baru mau manggil Mas ke kamar untuk sarapan, ternyata Mas nya udah duluan keluar," ucap Viana seraya tersenyum.

Yanto balas tersenyum. Dengan satu tangannya, dia merangkul pinggang Viana dan mereka berdua berjalan menuju ke ruang makan.

"Mas, ngomong-ngomong Runi kapan tiba di sini? Soalnya aku mau beresin ulang kamar tamu," tukas Viana di sela-sela sarapan pagi mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Madu Pemberian Ipar    Randy Sakit 

    "Gimana keadaan Randy, Fey?" tanya Yanto ketika kakinya telah menjejak di lantai ruang tamu rumah mewah itu."Masih belum stabil, Mas. Demamnya masih tinggi meski sudah diberi obat dan dia terus manggil-manggil namamu," jelas Feyla dengan wajah cemasnya."Kalau gitu, ayo antarkan aku menemui Randy sekarang," ucap Yanto dengan wajah tak kalah cemasnya.Feyla mengangguk dan dengan langkah lebar, mereka berdua segera menuju ke kamar Randy.Ternyata orang yang menelpon Yanto itu adalah Feyla. Yanto sengaja menyamarkan nama Feyla dengan id caller 'Dika 2' untuk menghindari kecurigaan Viana jika sewaktu - waktu Feyla menelepon dan Viana melihat nama si penelepon itu adalah Feyla.Yanto tidak ingin kelak terjadi keributan antara dia dan Viana karena Yanto mengetahui bahwa sampai pada detik ini, Viana masih menaruh rasa cemburu kepada Feyla.Setibanya di kamar Randy, Yanto melihat Randy sedang terbaring lemah di atas ranjang. Matanya tertutup rapat,

  • Madu Pemberian Ipar    Ajakan Berlibur 

    Mendapat kemarahan dari Feyla, Deon tampak sedikit kaget bercampur rasa tersinggung, tapi dengan segera dia bisa menetralisir perasaannya.Dia mengulas senyuman tipis untuk menutupi perasaannya."Baik, Bu. Saya mengerti. Maafkan atas kelancangan saya. Kalau begitu, saya permisi dulu."Feyla melirik sekilas ke arah Deon lalu membuang muka ke arah lain dengan raut wajah yang masih memendam amarah.Melihat sikap Feyla demikian, Deon menghela napas sebelum akhirnya dia meninggalkan ruangan itu. Selama beberapa menit lamanya Feyla duduk terdiam sebelum akhirnya dia kembali melanjutkan pekerjaannya.Sementara itu, Haris yang telah duduk di dalam mobilnya tampak merenung mengingat semua hal yang telah dialaminya sebentar ini.Entah dorongan dari mana, dia mengeluarkan dompetnya, menarik lembaran cek dari dalam dompet dan memandang nominal yang tertera pada lembaran tersebut.Batinnya berperang antara membenarkan dan menyalahkan keputusan yan

  • Madu Pemberian Ipar    Selembar Cek Untuk Haris

    "Hal apa yang harus kulakukan?" Haris memberanikan diri untuk bertanya."Aku ingin Anda memberitahukan kepada Viana bahwa aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan suaminya, selanjutnya Anda juga harus mengedit beberapa buah foto untuk memperkuat pernyataan tersebut. Terserah bagaimana caranya, yang penting Viana percaya bahwa antara aku dan suaminya tidak ada affair dan hubungan kami murni sebatas hubungan kerja atau hubungan antara atasan dan bawahan," papar Feyla.Haris terlihat menimbang-nimbang permintaan Feyla.Melihat kebimbangan Haris, Feyla pun kembali melanjutkan ucapannya."Jika kau bersedia melakukan itu, maka disamping istrimu selamat, aku juga akan memberikanmu sejumlah uang yang dapat kau gunakan untuk membelikan kaki palsu buat istrimu. Bukankah hal itu yang menjadi keinginan terbesarmu saat ini?"Haris terbelalak, dia menelan salivanya dengan kasar. Tak pernah diduganya bahwa Feyla mengetahui seluk beluk kehidupannya hingga sejau

  • Madu Pemberian Ipar    Terpaksa Berkhianat 

    Haris menghela napasnya. Dalam keadaan terjepit seperti ini, dia mana bisa mempertimbangkan hal lain selain keselamatan istrinya sendiri. Sempat terpikir olehnya untuk kabur dari sana, tetapi dia masih bimbang."Jangan pernah coba berpikir untuk kabur dari sini, Pak Haris jika Anda masih ingin melihat istri Anda dalam keadaan selamat."Seolah dapat membaca pikiran Haris, pria di samping Feyla telah mengultimatumnya terlebih dulu.Akhirnya, dengan berat hati dia mengambil sebuah keputusan."Baiklah, aku akan bicara. Sebenarnya aku memang ditugaskan untuk memata-matai Anda dan salah seorang karyawan Anda yang bernama Yanto," beberapa Haris kepada Feyla."Siapa yang menyuruhmu?" tanya Feyla dengan nada dingin.Haris tidak langsung menjawab. Dia terdiam untuk beberapa saat. Batinnya berperang antara mengatakan atau tidak."Siapa?!" desak Feyla dengan intonasi yang meninggi."Viana, istri Yanto."Pengakuan itu akhirnya melunc

  • Madu Pemberian Ipar    Haris Ketahuan 

    Dua hari sebelumnya...Siang itu, Haris tengah berada di dalam mobilnya yang terparkir di depan gedung kantor Feyla, dia sedang memantau aktivitas Yanto dan Feyla.Beberapa bukti kedekatan Yanto dan Feyla telah berhasil diabadikannya melalui kamera ponselnya secara diam-diam.Sembari mengawasi, Haris menggulir ponselnya, memperhatikan beberapa foto hasil jepretannya."Ternyata benar dugaanmu, Vi. Suamimu terlihat memiliki hubungan spesial dengan bos nya," gumam Haris.Tatapan Haris tertuju pada sebuah foto yang memperlihatkan Yanto dan Feyla sedang berada di sebuah taman bermain anak-anak. Posisi duduk mereka berdekatan dengan jemari tangan yang saling bertautan. Kemudian pada foto yang lain terlihat mereka saling melempar senyum dan tatapan mesra satu sama lain."Kasihan kamu, Vi. Aku juga tak menyangka suamimu akan berbuat begini. Padahal dulu kamu begitu antusias menceritakan kebaikan dan perhatiannya padamu. Semoga kamu kuat menerima ken

  • Madu Pemberian Ipar    Hasil Penyelidikan Haris 

    Runi memandang paper bag berisi makanan yang diakuinya sebagai hasil masakannya, padahal tidak. Sebenarnya makanan itu dibelinya dari sebuah restoran dan dia berbohong mengatakan bahwa dia sendiri yang memasaknya dengan tujuan untuk menambah nilai plus dirinya di hadapan Deon sebagai wanita yang pandai memasak."Huh, sia-sia saja aku beli mahal-mahal makanan ini dari restoran tapi tidak dimakan olehnya. Dasar pria sombong, nggak menghargai pemberian orang. Dikiranya aku beli ini pakai daun. Eh, tapi dia mana tau aku beli, aku kan ngakunya kalau semua makanan ini aku yang masak. Tapi tetap aja, aku nggak terima diginiin." Runi mengomel - ngomel sendiri sambil berjalan keluar dari kantor."Jadi gimana dengan makanan ini ya. Nggak mungkin aku buang, sayang uangnya. Ya sudahlah, lebih baik aku saja yang makan, daripada mubazir. Toh, makanannya juga enak-enak. Tapi entar aja deh, saat ini aku masih kenyang. Lalu sekarang aku harus kemana? Aku malas pulang ke rumah cepat-cep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status