Share

46. (Bukan) Malam Yang Sama

Setelah menutup telepon dan meletakkannya asal, aku menoleh ke arah pintu yang perlahan terbuka. Ferdila masuk sambil membawa kantong kresek berisi tahu goreng.

"Makan bareng, yuk!" ajaknya. Aku berdiri karena langsung peka kalau Ferdila mengajak makan di depan televisi.

Kami menonton tanpa menyimak dengan baik setiap adegannya. Pikiran melayang ke perempuan tadi. Huh, aku yakin pasti dia akan kembali dan membalaskan dendam. 

Aku memasukkan gorengan ke dalam mulut, mengunyah perlahan sambil terus memikirkan cara bagaimana menguatkan diri ketika dia datang. Perutnya tidak kentara, apakah keguguran?

"Sayang, besok jalan-jalan, yuk!" ajak Ferdila tanpa melihat padaku.

"Ke mana?"

"Mall."

Aku mengangguk sedikit senang. Semoga saja besok dan ke depannya tidak harus bertemu Vidia atau pun Shella. Apa pun yang direncanakan bisa saja batal jika Allah berkehendak.

***

Aku berusaha lari masuk kamar meski begitu lambat sementar

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status