Home / Romansa / Magang Di Pelukan CEO / Kenikmatan Sesaat

Share

Kenikmatan Sesaat

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-07-11 20:03:08

Pintu otomatis loby hotel terbuka dan lima manusia—berpakaian formal tapi dengan ekspresi seperti habis maraton karaoke—masuk ke lobi dengan langkah gontai.

Reza menguap sambil masih menggenggam botol air mineral dari bar. “Kapan terakhir kita pulang dari kerja sambil agak mabuk gula dan tertawa karena musik jazz, ya?”

“Kayaknya waktu deadline bulan lalu, tapi minus jazz dan plus kopi tiga galon,” jawab Mira yang sudah melepas heels-nya dan kini berjalan nyeker sambil menggoyang-goyangkan sepatu di tangan.

Rika menyandarkan tubuh ke dinding lift. “Ini kenapa lift hotel mahal jalannya kayak nenek-nenek pensiun?”

Shaquelle berdiri dengan jas setengah terbuka, dasi sudah dilonggarkan sejak bar tadi. Dia menoleh ke semua anak buahnya dan menggumam dramatis, “Gue hanya ingin kalian tahu… kalian semua telah menjadi gila. Tapi gue bangga.”

Aurelie berdiri diam di belakang, menahan tawa melihat CEO-nya mulai melantur.

Reza tertawa. “Pak, jangan sentimental. Nanti saya peluk, baru tau ra
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
Greta dtg n' spt biasa lead male brsikap ga tegas n' mnyebalkan . yg akhrnya nnt ditinggal sm Aurel ke Jerman .
goodnovel comment avatar
arcadians
Aduhhh gilaaaa anaknya kejora binal semua weyyy, eh svarga doang yg agak mendinggg.. gmn kalo aurel buntingg weyy, mana masi muda. kejora auto depresi part 2 dehh
goodnovel comment avatar
Adilah Ismail
ada yg jadi mcm princess nt nya ni..hahahahhaha
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Magang Di Pelukan CEO   Harus Dibenahi

    Restoran mewah itu cukup sibuk saat Tante Zara dan mami Nadira duduk berhadapan, saling tatap dengan benak mereka yang ramai oleh Shaquelle dan Aurelie.Mereka hanya terhalang meja kayu gelap dan tirai tipis meneduhkan jingga sore dari balik kaca.Suara denting gelas dan langkah pelayan sesekali mengisi keheningan mereka namun tidak dihiraukan.Tante Zara memulai dengan suara rendah.“Nad, Shaqulle udah cerita semuanya ke aku kemarin—tentang rekaman, Greta, dan pengakuannya. Dia benar-benar menyesal.”Mami Nadira mengangguk, menyesap teh hangatnya. “Aku percaya. Tapi ada satu hal yang belum dia sadari .…”Zara mengerutkan alis. “Maksud kamu?”Nadira menarik napas dalam-dalam. “Aurel … dia sudah lebih jauh berhubungan dengan Shaquelle … Shaquelle bukan sekedar cinta pertama bagi Aurel, tapi yang pertama… yang merenggut kehormatannya.”Kata-kata itu menghentak. Zara menatap Nadira tajam. “Yang benar saja?”“Aurel sangat mencintai Shaquelle, dia mepercayainya sampai dia rela men

  • Magang Di Pelukan CEO   Penjelasan

    Lorong rumah sakit sore itu kembali lengang, seperti menyimpan sisa-sisa kegetiran pagi yang belum benar-benar menguap.Shaquelle berdiri di depan ruang kerja mami Nadira lagi, dengan mata menyapu kanan kiri—tapi kali ini tidak ada tanda-tanda wanita itu akan menemuinya. Pintu tertutup rapat.“Ada yang bisa dibantu, Pak?” Seorang perawat cantik tapi masih jauh lebih cantik Aurelie menyapanya.“Dokter Nadira ada? Saya bukan pasien tapi ingin bicara dengan beliau.” “Maaf, Pak. Dokter Nadira sedang di ruang tindakan, mungkin sampai malam.”“Jam berapa selesainya?” Shaquelle memaksa.Sang perawat menggeleng dengan ekspresi penuh penyesalan. “Enggak bisa dipastikan, Pak.”Shaquelle mengembuskan nafas panjang.Ia menoleh ke kanan, sejenak ragu, sebelum matanya menangkap sosok yang tak asing keluar dari ruang rapat direktur. Rambut sanggul, scarf Hermes melingkar santai di leher.“Tante Zara!” serunya.“Shaquelle? Kamu ngapain di sini? Tumben enggak naik helikopter,” jawabnya deng

  • Magang Di Pelukan CEO   Frustrasi mencari Aurelie

    Embun belum benar-benar menguap dari kaca jendela mobil hitam yang melaju cepat ke arah Selatan Jakarta. Shaquelle duduk di balik kemudi sendiri, wajahnya tegang, mata menatap jalan tanpa berkedip.Tadi malam, dia tak bisa tidur. Suara mami Nadira bergema terus-menerus di kepala, “Kalau kamu benar-benar cinta, kamu tahu kadang membiarkan seseorang sembuh … lebih penting daripada menjelaskan kenapa kamu melukainya.”Tapi pagi ini, naluri mengalahkan logika.Dia tak bisa lagi menunggu. Tak bisa diam. Dia harus bicara. Harus bertemu. Hari ini. Sekarang.Mobilnya berhenti tepat di depan pagar rumah Aurelie. Dan seolah semesta sedang bermain-main, pada saat yang sama, mobil putih milik mami Nadira baru saja bergerak keluar.Shaquelle bersembunyi dengan menurunkan sandaran jok berharap mami Nadira tidak menyadari keberadaannya.Setelah mobil mami Nadira menghilang di belokan, Shaquelle buru-buru keluar. Dia membuka pagar kecil di samping rumah, masuk ke halaman seperti orang yang seda

  • Magang Di Pelukan CEO   Entah Kapan Dia Akan Kembali

    Pagi itu, rumah terasa lebih hening dari biasanya. Burung-burung masih berkicau di luar jendela, tapi tak satu pun dari suaranya bisa menembus lapisan berat di dada Aurelie.Di meja makan, sarapan sederhana sudah terhidang, ada roti panggang, telur rebus, dan susu coklat hangat. Tapi tak ada yang menyentuhnya.Mami Nadira duduk diam, mencoba menyembunyikan air matanya dengan sibuk mengoleskan mentega ke roti, meski tangan gemetar halus.Aurelie berdiri di ambang pintu dapur, jaket jeans terlipat di lengan, koper kecil di sisi tubuhnya.“Mi … aku berangkat ya,” ucapnya pelan, seperti takut menyentuh luka sendiri.Nadira hanya menoleh. Senyumnya tipis, tapi matanya merah. Ia bangkit lalu memeluk Aurelie erat—erat sekali. Tak banyak kata.“Kalau kamu sampai sana … langsung kabari Mami. Dan kalau mulai merasa terlalu sepi … ingat, pintu rumah ini selalu terbuka untuk kamu.”Aurelie mengangguk di pelukannya. “Iya, Mi.”“Sarapan dulu ya sayang ….” Mami Nadira menggeser piring berisi

  • Magang Di Pelukan CEO   Usaha Pencarian Aurelie

    Lorong rumah sakit sore itu lengang. Aroma disinfektan tipis bercampur udara AC yang terlalu dingin. Shaquelle berdiri di depan pintu klinik rawat jalan yang setengah terbuka, ragu untuk mengetuk.Di dalam, Nadira tengah merapikan berkas medis dan mengenakan jas putih. Wanita itu tampak tenang seperti biasa, tapi saat melihat sosok Shaquelle berdiri di ambang pintu, matanya sempat mengerjap.“Shaquelle,” sapanya, pendek dan sopan.“Maaf mengganggu, Tante. Aku tahu ini mendadak.”“Masuklah.” Tapi ekspresi wajah mami Nadira tampak enggan bicara dengan Shaquelle.Shaquelle masuk perlahan, jas kerjanya masih rapi, tapi wajahnya terlihat letih, bahkan terlihat kerutan halus di keningnya dan kantung mata hitam yang membuat Shaquelle terlihat seperti sedang memiliki beban hidup yang berat.“Aurel … dia baik-baik saja?” tanya Shaquelle, nyaris seperti seorang anak laki-laki mencari restu.Nadira menatapnya sejenak, lalu menghela napas. “Dia mencoba. Tapi kamu pasti sudah tahu, luka sep

  • Magang Di Pelukan CEO   Tidak Menerima Greta Lagi

    Nada sambung terdengar tiga kali sebelum suara lembut menjawab di seberang.“Halo, Bunda Aura?”“Zara. Maaf mengganggu waktu sibuk kamu.”“Enggak apa-apa, Bun. Ada yang bisa Zara bantu?”Aura menghela napas perlahan. “Greta sedang menginap di sini.”Hening sesaat. Lalu suara Zara terdengar waspada. “Greta? Tunangannya Shaquelle yang dulu?”“Yang merasa dirinya masih tunangan,” sahut Aura datar. “Dia datang membawa koper, menyalahkan Shaquelle, dan lebih buruk lagi… memburuk-burukkan seorang gadis magang yang sedang dalam posisi tersudut.”Zara menghela napas keras. “Gadis magang? Siapa Aurelie?”“Kamu tahu anak itu?” tanya Aura cepat.“Iya, Zara dekat dengan ibunya. Nadira. Kami sahabat waktu coass. Aurelie itu anak baik. Cerdas dan punya etika.”Nenek Aura menahan senyum tipis. “Nah, kalau begitu kamu mengerti kenapa Bunda perlu bantuan kamu.”Zara langsung menangkap maksudnya. “Zara akan ke sana sekarang.”“Greta harus pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status