Share

Bab 56. Alibi.

Penulis: Meistoria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-05 13:26:03

Emily memandangi Vincent yang duduk di kursi rodanya. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan sejak pria itu bersikap aneh beberapa hari terakhir. Pada akhirnya, pertanyaan itu lolos juga dari bibirnya.

“Tuan, sebenarnya Tuan kenapa?”

Vincent menoleh pelan. “Maksudnya?”

Emily menghela napas. “Posesif,” ucapnya lirih.

Alis Vincent terangkat. “Posesif?”

Emily mengangguk cepat. Pandangannya teralih sejenak pada balkon, pada cahaya senja yang mulai meredup. Ia melangkah ke sana.

“Ya. Selain posesif, Tuan juga cerewet… dan menyebalkan. Para maid bahkan berkata macam-macam padaku. Dan itu semua karena sikap Tuan.”

Ia menelan ludah, mengingat kejadian sebelumnya. “Bisa-bisanya Tuan menyuruhku duduk di pangkuan Tuan. Di depan para sahabat Tuan, memalukan sekali.”

Saat ia kembali menatap, Vincent sudah sangat dekat dengannya, lebih tepatnya, kursi rodanya sudah bergeser entah kapan.

“Jangan membuatku bingung dengan sikap Tuan,” katanya lebih pelan, tak mampu menyembunyikan kegelisahan.

Vincent
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   Bab 105. Rasanya Seperti Berabad-abad.”

    “Vanessa, temui saya,” ucap Vincent dingin tanpa menoleh.“Eh, kenapa—”Vincent sudah lebih dulu melangkah pergi. Ia tidak ingin mendengar satu pun alasan.Beberapa saat kemudian, ia berdiri di ruang pribadinya. Tatapannya tajam ke arah jendela, tangan mengepal di sisi tubuh. Ingatannya kembali pada kejadian pagi tadi, membuat tengkuknya terasa kaku.Suara derit pintu terdengar.“Ada apa ya, Tuan?”Vincent berbalik. Tatapannya langsung menekan Vanessa.“Kenapa kamu tidak bilang, kalau pembalut itu untuk menstruasi?!” ucapnya rendah namun keras,Vanessa tampak bingung. “Apa Tuan tidak tahu? Saya kira Anda tahu, jadi…”“Cukup.” Suaranya memotong. “Pergi dari sini.”“I-iya, Tuan.”Tak lama kemudian, pintu tertutup. Ruangan kembali sunyi.Vincent menghembuskan napas panjang, lalu meraup wajahnya kasar. Panas di wajahnya belum juga hilang. Rasa kesal dan malu bercampur jadi satu.

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   Bab 104. Luka Yang Disalahpahami.

    “Elowen, kamu pakai apa?” suaranya meninggi.“Kak Ely…” Elowen mundur setapak.Emily berjalan ke arah Elowen.“Lepas.” Emily menarik baju yang dikenakan Elowen.“Ah, sakit, Kak Ely!”“Kak Emily, jangan dipaksa, Owen kesakitan,” ujar Grace panik.Emily menoleh tajam. Tatapannya menusuk. “Kamu yang mendandani Owen seperti ini?”Grace menunduk. Jemarinya meremas ujung baju. “Maaf, Kak Emily. Grace cuma—”“Jangan pernah,” potong Emily dingin. “Jangan pernah mendandani Owen seperti ini.”“I-iya, Kak Emily.”Pandangannya beralih pada Elowen. “Cepat lepas, kakak tak suka kamu memakai pakaian seperti ini.”“Iya kak Ely.”Emily membalikkan badan. Langkahnya cepat, bahunya kaku. Ia meninggalkan kamar itu tanpa menoleh lagi.•••  Tiba di kamar, Emily langsung duduk di sisi kasur. Dadanya masih naik turun. Vincent sudah ada di sana, berdiri membelakanginya.“Ak

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   Bab 103. Teman Untuk Elowen.

    Di ruang tamu, Emily sibuk menyusun beberapa berkas. Jemarinya bergerak cepat, tapi pikirannya tidak sepenuhnya di sana.“Permisi.”Emily menoleh. Seorang gadis berdiri di ambang pintu. “Iya?” Emily bangkit perlahan. “Cari siapa?”“Saya pengasuh baru.”Alis Emily mengernyit. “Pengasuh?” Tatapannya menyapu sekeliling. “Maaf, sepertinya kamu salah alamat. Di sini tidak ada anak kecil.”Gadis itu terlihat ragu. Ia membuka selembar kertas. “Alamatnya benar. Aku tidak salah alamat kok,” ucapnya pelan.Kertas itu disodorkan ke arah Emily.Emily menerimanya. Matanya bergerak cepat menyusuri baris alamat yang tertulis. ‘Benar. Tapi di rumah ini, tak ada anak kecil.’“Oh, sudah datang rupanya.”Suara familiar membuatnya menoleh cepat.“Tuan?” Emily menatap Vincent. “Apa maksudnya?”“Aku lupa memberitahumu,” jawab Vincent tenang. “Aku mencarikan teman untuk Elowen.”

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   Bab 102. Salah Kamar?

    Vincent berdiri menatap laut terbentang di hadapannya, tenang, berbanding terbalik dengan pikirannya.“Hari ini waktu kita berlibur telah habis.”Adrian terperanjat. “Apa? Kenapa mendadak sekali, Vin?”Vincent menoleh setengah. Sorot matanya gelap. “Ada masalah aku yang bisa menyelesaikannya,” jawabnya datar. “Kalian bersiap.”“Kami belum puas, Vin. Iya kan?” keluh Lucien.Vincent berbalik sepenuhnya. Tatapannya dingin, tegas, tak memberi ruang bantahan.“Bersiaplah,” tekan Vincent. “Kapal sebentar lagi tiba.”Ia kembali menghadap laut. Angin menerpa wajahnya. Liburan ini memang harus berakhir. Dan bersama itu, waktunya Emily juga hampir habis.  Sementara itu, Emily sedang merapikan pakaian Elowen.“Kita harus bersiap,” ucap Vanessa tiba-tiba. “Tuan Vincent mengajak kita kembali.”Tangan Emily berhenti. Ia menoleh pelan. “Kembali?” alisnya terangkat. “Bukankah kita sampai akhir tahun baru?”

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   Bab 101. Waktu Yang Ia Beri.

    Malam perlahan turun.Di meja makan, Emily duduk diam. Pandangannya tertahan pada piring di depannya. Makanan itu nyaris tak tersentuh. Ia bisa merasakan tatapan seseorang kepadanya, dalam. Namun ia memilih berpura-pura tak menyadarinya.Kursinya bergeser pelan saat Emily berdiri.“Mau ke mana?” tanya Vanessa.Langkahnya tertahan sesaat. “Aku sudah selesai,” jawab Emily singkat. “Aku mau membereskan dapur.” Ia kembali bergerak menjauh.Di dapur, Emily berhenti. Tangannya naik ke dada. ‘Untuk sekarang… aku tidak boleh bertemu dengannya,’ batinnya. ‘Tapi bagaimana caranya?’“Kenapa?”Suara itu membuat tubuhnya menegang. Emily berbalik cepat.“T-Tuan…” katanya gugup. Kelopak matanya sedikit turun, ia sedikit menguap. “Aku mengantuk sekali.”Tanpa menunggu jawaban, Emily melangkah pergi, meninggalkan Vincent yang masih berdiri di sana.Di kamar, tubuhnya jatuh ke ranjang. Pandangannya men

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   Bab 100. Terlalu Cepat.

    Pagi ini.Emily berdiri di depan cermin. Jemarinya menekan kain bikini di dadanya, berusaha menutup belahan yang terasa terlalu terbuka.“Aku malu sekali memakai ini,” gumamnya. “Kalau begitu, bagaimana denganku?” sahut Lia dari belakang.Emily menoleh. Lia berdiri santai dengan bikini berwarna cerah. Kulitnya tampak kontras dengan cahaya matahari yang masuk dari jendela.“Kamu cocok. Sangat,” ujar Emily jujur. Ia lalu meraih kaos tipis di atas ranjang. “Aku ganti saja.”“Eh, jangan!” seru Vanessa cepat. Ia melangkah mendekat dan menarik tangan Emily. “Sudah terlanjur begini. Ayo main air!”Emily ragu. Matanya beralih ke cermin sekali lagi. Napasnya tertahan sesaat. Namun sebelum sempat menolak, Vanessa sudah menariknya keluar kamar.Langkah mereka berakhir di pantai. Pasir putih membentang, ombak kecil berkejaran di tepi. Angin laut menyapu rambutnya.“Emily, ayo!” seru Vanessa, yang kini sedikit jauh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status