Malam Pertama dengan Kakak Suamiku

Malam Pertama dengan Kakak Suamiku

Oleh:  Mewperis  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
34Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Memangnya apa yang aku lakukan padamu, hah?" Johan membantah. Menahan isak tangisnya sendiri, Azalea menjawab, "Kau... Menyakitiku, Johan... Kau tidak memberiku waktu untuk bernapas. Kau bahkan melayangkan tanganmu secara sangat kasar... Kau menyentuhku dengan cara yang tidak aku sukai...." --- Azalea tidak tahan lagi dengan suaminya yang membuatnya merasa takut dan terintimidasi, sehingga ia memutuskan untuk melarikan diri pada malam pertama pernikahannya. Takdir membawanya ke kamar saudara laki-laki Johan, Bima. Azalea yang panik dan ketakutan bersembunyi di sana, tidak menyadari bahwa ia telah memasuki kamar yang salah. Namun, Bima menyadari bahwa Azalea adalah istri saudaranya, dan dia pun bertanya-tanya mengapa Azalea berada di sana. Dalam keputusasaan, Azalea membuat keputusan berani untuk meminta bantuan Bima untuk berkompromi terhadap keadaan. Bima terkejut tetapi setelah tahu betapa kasarnya Johan memperlakukan Azalea, ia pun setuju. Azalea dan Bima mengelabui Johan, dan mereka berhasil lolos dari cengkeraman kejam suami Azalea. Namun, Azalea dan Bima harus terus berpura-pura menjadi sepasang kekasih untuk menghindari kecurigaan Johan. Dalam perjalanan mereka untuk menyelamatkan diri, Azalea dan Bima mulai saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Meskipun situasinya rumit, mereka mulai merasakan getaran cinta yang tumbuh di antara mereka. Akankah mereka berhasil melewati rintangan dan menemukan cinta sejati di tengah kesulitan?

Lihat lebih banyak
Malam Pertama dengan Kakak Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
34 Bab
Lari, Azaela, Lari!
"Huff... Hufff...."Azalea berlari menggunakan kecepatan penuh di lorong hotel yang sepi mencekam. Pintu-pintu kamar tertutup rapat seolah mencegah Azalea melenceng dari jalurnya, sekaligus menyempitkan segala kesempatan untuk sembunyi.Gadis itu merasakan nafasnya menipis. Sepasang kaki tanpa alas miliknya diharuskan menghantam ubin lantai sedingin es secara terus menerus. Setiap detik, Azalea merasakan detak jantungnya semakin cepat, semakin dekat dengan batasnya."Woi, sialan!!"Raungan dari ujung persimpangan menggema ke seluruh lorong, menambah ketegangan hingga puncak. Suara yang mampu membuat dinding sekitar bergetar, sampai-sampai Azalea bisa merasakan hembusan nafas panas dari sang empunya dari belakang lehernya. Suara berat yang memanggilnya semakin nyaring, menandakan kedatangan suaminya semakin mendekat. "Azalea jalang! Berhenti bersikap seperti anak kecil dan bawa dirimu ke sini!"Azalea menolak menyerah. Walau kakinya sakit dan seluruh tubuhnya nyeri, ia berusaha melawan
Baca selengkapnya
Tolong Selamatkan Aku
Mata Johan memindai Bima dari atas sampai bawah, lantas menggeram benci."Bima...."Bagai dihempas oleh dahsyatnya ombak lautan, Azalea terhuyung. "A–Apa yang Anda katakan tadi?" tanya Azalea dengan suara tergagap. Susah payah menatap lelaki di depannya, tapi yang ia terima hanyalah lirikan sinis.Bima menjawab dingin, "Apa ada yang salah?""Anda adalah... kakaknya Johan?" ulang Azalea lagi dengan terbata-bata saking terkejutnya.Alih-alih menjawab, Bima bungkam atau lebih tepatnya tidak peduli. Namun jika dilihat dari caranya mengabaikan Azalea, sudah dipastikan bahwa pertanyaan itu benar. Dalam pertemuan singkat sebelum menikah, Azalea tidak pernah dengar kalau Johan punya seorang saudara. Maka, dalam situasi ini... Bukannya selamat dan mendapat pertolongan, kemungkinan besar Azalea telah jatuh ke lubang harimau untuk kedua kalinya.Membayangkan itu, Azalea merasa detak jantungnya semakin cepat saat ia menyadari bahwa ia baru saja memohon pada seorang lelaki yang mungkin saja ber
Baca selengkapnya
Sensasi Memabukkan
Azalea berdehem, mencengkeram erat ujung kaos milik Bima yang sempurna menutupi tubuh moleknya."I–Intinya, terimakasih banyak karena sudah meminjamkan baju dan juga mengizinkan aku bersembunyi di sini," lanjut Azalea, "Sekarang, aku benar-benar harus pergi. Bolehkah aku tahu ke mana aku harus mengembalikan baju ini?""Tidak usah." Bima menjawab datar."Maaf?""Tidak ada jaminan kau selamat di luar sana. Mengingat suamimu itu Jordan, dia pasti sedang mengadu pada orang tua kami.""Ah...."Azalea menyadari bahwa ucapan lelaki itu benar. "Tapi bukankan Anda juga akan kena masalah?""Cemaskan dirimu sendiri," sahut Bima singkat.Belum tentu juga Azalea bisa menyusup keluar dari hotel ini. Sekarang, ia adalah buronan. Hanya butuh hitungan menit hingga Jordan kembali mendapatkannya. Kecuali...."Kau punya rencana apa?" Bima menuangkan whiskey ke gelas, lalu menenggaknya sekaligus. Matanya memandangi Azalea dari atas sampai bawah dengan cara yang tak dapat didefinisikan."Dari yang saya d
Baca selengkapnya
Dia Bekasku
Sinar matahari menyusup dari celah-celah gorden jendela yang terbuka menimpa wajah pulas Azalea. Sengatan cahaya itu membuat kulitnya berkedut, memaksanya membuka mata.Hal pertama yang Azalea lihat adalah sosok Bima sedang bersandar di sisi jendela. Masih tanpa menggunakan kaos, lelaki itu dengan santainya memandang keluar. Ketika menoleh, mata gelap lelaki itu bertemu mata Azalea yang masih setengah memejam."Oh, hei... Kau sudah bangun?"Suara rendah nan dalam keluar dari bibir Bima. Azalea tak percaya bibir itulah yang semalam terus menciumnya penuh perasaan. Membimbingnya ke dalam permainan cinta luar biasa yang tak terlupakan. Berkat Bima, Azalea mendapatkan kenikmatan yang ia ekspektasikan.Azalea tercekat. Tak boleh terlena untuk sesuatu yang ia pastikan hanya terjadi satu kali. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain karena tak sanggup melihat wajah Bima. Bagaimana kalau Bima menganggapnya sebagai perempuan murahan? Apakah keputusannya semalam untuk tetap tinggal di sini itu ben
Baca selengkapnya
Beban Ekspektasi
Azalea memandangi langit-langit kamar barunya dengan tatapan hampa. Seluruh tubuhnya nyeri, bahkan lengan kirinya lebam karena cengkraman erat Johan. Lelaki itu tidak main-main pada perkataannya. Johan betulan menagih ronde yang tak selesai, bahkan menambahnya lebih brutal tanpa mendengar permohonan Azalea yang menangis kesakitan.Saat itu pukul dua malam. Azalea meneteskan air mata yang tak bisa berhenti sambil meremas selimut, satu-satunya benda yang menutupi tubuhnya sekarang. Di sebelahnya, terdengar dengkur dan deru napas Johan yang tertidur pulas. Tak ada rasa bersalah terlihat pada wajahnya. Azalea tak percaya dirinya terjatuh dalam tipu daya Johan.“Selamat, Azalea, penderitaan ini akan kau rasakan seumur hidup,” kata Azalea getir pada diri sendiri, “Itupun jika besok aku masih hidup.”Kemudian perempuan yang tercerai berai perasaannya itu menoleh lemas ke arah sang suami, berbisik penuh kekecewaan, “Aku harap kau renggut nyawaku sekalian.”Johan mengerang, lalu membuka mata.
Baca selengkapnya
Coba Kabur
Tak banyak yang Azalea lakukan selama seminggu di mansion Laksmana. Di tempat seluas itu, hanya rutinitas tanpa makna dijalani Azalea sendirian. Nyonya Sekar sibuk dengan berbagai macam acara amal yang ia selenggarakan. Tuan Gibran apalagi. Johan juga tidak ada bedanya. Hanya Azalea tertinggal di belakang.Kebosanan menyelimuti Azalea terselamatkan ketika seseorang menekan bel siang itu. Betapa terkejutnya ia saat berhadapan dengan Bima di depan pintu. Lelaki itu masih terlihat sama seperti saat Azalea meninggalkannya di kamar hotel. Dingin dan acuh. Tetap saja sepasang mata hitam Bima mempengaruhi Azalea. Ada sesuatu jelas tersembunyi di sana."Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Azalea, tersadar dari pemikirannya karena diserbu rasa panik. Bima menjawab sarkas, "Di sini kediaman keluarga Laksmana, Nyonya Azalea. Tempat ini rumah Saya juga." "Ah, benar. Silakan masuk." Azalea menyingkir dari pintu dengan canggung."Apa... Apa Anda mau bertemu Ibu dan Ayah? Anda bisa kembali nan
Baca selengkapnya
Tak Bisa Lepas
Kedua tangan Azalea mencengkeram sealbelt, ia membeku. Johan melangkah cepat dan menghantam kedua tinjunya ke kaca jendela pintu mobil."Keluar dari sana, Azalea!" seru Johan. Urat-urat mencuat memenuhi keningnya.Bima merentangkan tangan ke handle pintu, menghalangi Azalea keluar. Sepasang matanya menatap lurus saudaranya yang siap mengamuk itu."Tetap di sini," cegah Bima, rendah dan setengah berbisik. Seperti menyuruh waspada.Johan menghantamkan tinjunya sekali lagi. Menyebabkan kaca retak dengan bentuk sarang laba-laba, serta suara pecah nyaring. Azalea memekik panik."Kau tidak mendengarku? Keluar!"Azalea menghargai pencegahan Bima, tapi ia menarik tangan lelaki itu dengan berkata, "Dia akan membunuhku jika aku tidak mematuhinya."Rahang Bima mengeras, ekspresinya menggelap. Sedangkan mata Azalea mengisyaratkan permohonan. Sorot yang entah kenapa membuat Bima terpaksa melunak. Karenanya ia membuka pintu dan turun duluan.Meski takut setengah mati, Azalea mengikuti. Ketika Johan
Baca selengkapnya
Tak Bisa Lepas (2)
Beberapa jam sebelumnya.Memperhatikan punggung Johan dan Azalea yang menghilang di balik gerbang, tanpa sadar Bima mengepalkan tangan. Lagi-lagi sengatan rasa aneh itu muncul ketika melihat Azalea diseret paksa.Mungkin ini hanya rasa iba. Mungkin juga karena Bima tahu bahu kurus Azalea gemetar ketakutan. Bima tidak tahu kondisi apa yang mengganggu dirinya saat itu."Kemarin kau masih membukakan gerbang ini untuk saya," tegas Bima di depan security. Sudah berkali-kali ia meminta dibukakan gerbang, tapi kedua security itu menggeleng.Salah satu di antara mereka menjawab, "Sebelum Tuan Johan memerintah kamu untuk melarang Anda masuk.""Saya putra sulung keluarga ini, Purwo," desis Bima, menatap nyalang ke security yang tidak jauh lebih tinggi darinya."Ya, Tuan Johan dengan jelas memberitahu itu juga."Akhirnya Bima mendengus. "Terserah."Kemudian lelaki berambut gelap itu masuk ke mobilnya, menyalakan mesin dengan sengaja dikeraskan, lalu pergi tanpa banyak bicara. Mobilnya meluncur di
Baca selengkapnya
Neraka Bernama Rumah
Beberapa minggu kemudian. Luka Azalea sepenuhnya sembuh. Johan juga mengurangi tempramennya. Namun Azalea tetap tidak bisa melupakan semua penderitaannya itu. Hatinya seolah mati rasa, bibir Azalea tak bisa tersenyum, dan instingnya selalu bereaksi waspada kapanpun Johan dekat."Nak, kemarilah."Pukul 09.00 pagi, Tuan Gibran memanggil Azalea dari ruang keluarga. Mulanya Azalea mengernyit heran saat melihat Ayah mertuanya yang berada di rumah pada hari kerja. Johan dan Nyonya Sekar tidak ada di rumah, jadi apa yang Tuan Gibran lakukan di sini?"Ya, Ayah?"Azalea menghadap Tuan Gibran. Lelaki yang berusia setengah abad itu mengenakan pakaian santai alih-alih jas rapi seperti biasa. Televisi menyala, Tuan Gibran duduk di sofa sambil menyilangkan kaki. Kenapa penguasa perusahaan keluarga ini sedang bermalas-malasan?Ada semacam perasaan tak nyaman menggaruk kulit Azalea saat berada di dekat Tuan Gibran. Mungkin karena Johan dan Ayahnya sangat mirip, atau mungkin karena keduanya punya ser
Baca selengkapnya
Sesuatu Untuk Dilakukan
“Kau tampak cantik,” puji Johan ketika melihat Azalea dalam balutan gaun biru yang memperlihatkan bahu mulusnya.Azalea tampak tak terkesan, sebab yang ia lihat pada refleksi cermin adalah seorang perempuan kurus dan pucat, dengan sepasang mata kosong layaknya ikan mati. Azalea tidak melihat kecantikan mana yang Johan maksud.“Tak usah memujiku, aku tahu kamu mengatakannya karena masih merasa bersalah,” tukas Azalea datar.Johan mengeraskan rahang. “Kau harusnya bersyukur aku membawamu ke rumah sakit malam itu. Jadi kau masih bisa berdiri di sini.”“Yang benar?” balas Azalea.Johan berbalik. “Kalau sudah selesai, cepat turun.”Azalea kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Luka-luka cambuk dan memar akibat siksaan Johan sudah sepenuhnya sembuh. Sesekali Azalea masih dapat melihat bayangan luka itu di kulitnya.“Aku tahu bukan kamu yang membawaku ke rumah sakit,” gumam Azalea.Kemudian perempuan itu turun ke halaman belakang. Para staff dan tukang masak sibuk berlalu-lalang dari da
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status