Share

Part 13 Cemburu

Author: Allena Sari
last update Huling Na-update: 2023-08-30 14:00:09

"Aku mau ngobrol sama kamu malam ini..." Ia melindungi dirinya.

"Bukan, bukan masalah kamu baru bilangnya sekarang, tapi kok bisa mama duluan yang tau daripada aku?" Aku menegaskan kembali arah obrolanku yang sama sekali merasa tidak dihargai sebagai istri olehnya.

"Lah kan gak ada masalahnya juga. Udah deh jangan buat buat keributan yaaa...." Ia membantahku lagi dan beranjak pergi...

****

"Claire sama Cathrine tolong ke ruangan saya sekarang..."

Rasanya semalaman suntuk Randi enggan berbicara kepadaku, entah karena dia badmood aku terus-terusan bermasalah dengan Airin atau memang ada yang sedang ia pikirkan, entahlah. Tiba-tiba pagi hari ini, jam delapan tepatnya ia memintaku dan Catherine untuk ke ruangannya jelas saja aku merasa sedikit awkward untuk menatap matanya.

"Baik Pak..." Ucap Catherine.

Perempuan dengan rok diatas lutusnya itu dengan sigap memasuki ruangan Randi tanpa mengajakku. Ya memang santer kabar yang beredar di lantai ini mengatakan Catherine suka dengan Randi. Jadi wajar saja jika sikapnya begitu manis. Mungkin kalo dulu posisinya aku baru sebagai pacar Randi, aku akan biasa saja melihatnya, tapi sekarang perasaanku berubah, rasa cemburu itu jelas hadir.

"Oke, makasih sudah kumpul Claire dan Catherine. Jadi, saya panggil kalian berdua sebagai persiapan untuk merger perusahaan kita dengan investor yaitu Arsy. Nah, kemungkinan bakal diadakan di Bali besok siang. Tapi, kita sudah harus berangkat kesana sore ini. Kalian berdua silahkan pesan tiket untuk penerbangan sore ini dan juga hotelnya." Ucap Randi.

"Sore ini banget, Pak?" Tanya Catherine

"Iya. Kenapa? Kamu keberatan?" Balasnya lagi.

"E... enggak Pak. Baik, saya langsung pesankan tiketnya."

Aku hanya mengangguk pelan, sembari sedikit bertanya di dalam hati, kenapa Catherine juga harus ikut kali ini. Tapi ya positifnya mungkin disana bakal sibuk dan memang memerlukan tenaga bantuan dari aku maupun Catherine. Huft mencoba berpikir positif......

"Oh ya jangan lupa juga Claire, saya minta tolong siapin dokumen-dokumen yang mau kita bawa kesana dan bantu ingatkan Arsy untuk persiapan dokumennya juga ya. Sudah ada kontak Arsy kan?" Ia menyindirku secara terang-terangan.

"Iya, baik Pak..." Jawabku singkat.

Setelah adanya instruksi singkat itu, aku dan Catherine langsung dipersilahkan keluar. Kembali ke rutinitas sembari juga menyiapkan dokumen-dokumen yang memang mau ku bawa nanti sore.

"Eh Claire, tau gak Pak Randi duduknya di kursi nomor berapa?" Baru saja hendak duduk di kursi kerjaku, secara spontan Catherine bertanya yang menurutku cukup aneh.

"Ya gak tau, bahkan gue aja gak tau siapa yang mesenin dia tiket pesawatnya. Kenapa emangnya?" Aku sadar nada bicaraku sudah lumayan judes kali ini.

"Ya mana tau kan lo tau secara lo sekretarisnya dia. Gue mau duduk disebelah dia sih hahahaha...." Ia tertawa lalu beranjak pergi dariku.

"Gila tuh ya perempuan. Gak lihat apa di jari manis Randi sudah ada cincin!!" Celotehku sembari membereskan kertas-kertas yang berantakan diatas meja.

Deg...

Tiba-tiba aku tersadar,

"Memangnya Randi pakai cincin nikah?"

Sialnya aku sudah tidak ada kesempatan lagi bertemu langsung dengannya atau sekedar iseng masuk ke dalam ruangannya, karna dia sedang meeting di luar kantor.

Sepanjang hari pula aku kepikiran, apakah suamiku ini mengenakan cincinnya atau tidak. Kenapa juga aku baru sadar sekarang setelah melihat tingkah Catherine yang amat menyebalkan itu.

Aku tertunduk, menyentuh jemariku khususnya jari manis yang telah terlingkar dengan indah cincin berlian dari Randi.

"Apa seperti ini nasibku menikah dengan penerus tahta?" Batinku

****

"Claire, lo udah cek email belom?" Ujar Catherine.

"Belom, gue buru-buru nih mau pulang terus ke airport. Emang kenapa?" Aku pun juga melihat Catherine dengan tas jinjingnya yang sudah siap pulang untuk packing dan berangkat.

"Pak Guntur mau pemeriksaan besok......"

"Haaa? Kok mendadak? Lo salah lihat tanggal kali ah Cath...."

Kring...... kring....

"Eh sebentar sebentar...." Aku sedikit menjauh dari Catherine sebab seseorang yang menghubungiku adalah Randi suamiku, dan posisinya bukan menggunakan telpon kantor alias ranah pribadi.

"Dih angkat telpon harus banget jauj jauh gitu?" Celoteh Catherine.

"Iya, kenapa Ran?" Jawabku langsung to do point.

"Gawat nih..." Terdengar suaranya cukup panik dengan beberapa kali vibrasi yang terdengar sampai ditelingaku.

"Gawat kenapa? Ada apa? Semuanya baik-baik aja kan?"

"Pak Guntur besok mau pemeriksaan ke kantor. Haduh gimana ya..."

Benar saja yang barusan Catherine sampaikan kepadaku. Aku juga gak kalah bingungnya sebab kurang dari 24 jam tanpa ada persiapan apapun dari kami yang berada si kantor.

"Oke coba tenang dulu Ran. Coba tenang dulu pelan-pelan." Aku coba menenangkan karna aku tau kelemahan dia adalah rasa kekhawatirannya yang berlebihan.

"Dua duanya penting tapi ini gak bisa series, karna gimanapun Pak Guntur gak boleh tau kita ada investor lain juga...." Ucapnya.

"Ya udah kalo gitu harus ada salah satu yang stanby antara aku dan Catherine untuk mendampingi Pak Guntur, kan? Kalo pun kamu berhalangan ya setidaknya disini ada orang manajemen gitu sih yang bisa presentasi ke dia..." Aku coba memberikan opini kepada CEO yang panikan ini.

"Hmmmm....." Ia bergumam cukup lama.

"Kalo kamu aja yang tinggal gimana sayang?" Ia memberiku penawaran.

"Aku?"

"Iya karna kalo Catherine yang tinggal ya dia juga belum tentu bisa presentasi sebaik kamu."

"Jadi yang dampingi kamu Catherine maksudnya?" Nada bicara dan arah obrolanku jelas saja sudah menunjukkan kecemburuan.

"Ya iya, siapa lagi. Gimana sayang? Gak apa-apa?" Ia masih bisa bertanya dengan polosnya. Emang benar cowok itu susah baca signal dari wanita meskipun sudah jelas aku sedang cemburu saat ini.

"Ya sudah deh kalo gitu....." Aku langsung mematikan ponsel dan bergegas kembali ke mejaku. Masih juga ada perempuan yang pakai rok mini itu disamping mejaku.

"Gue gak jadi ikut..."

"Kenapa lo? Kan udah beli tiket katanya...."

"Besok ada Pak Guntur kan? Gue diminta buat dampingi dia...."

"Oh lo tadi ditelfon sama Pak Randi ya? Kenapa harus jauh-jauh gitu. Ada apa lo sama Pak Randi?"

"Gila ya ini perempuan. Dia masih bisa bilang seperti ini setelah kedekatanku dari dulu dengan Randi terkuak. Mungkin kalo dia tau aku sudah menjadi istrinya, bisa pingsan kali nih orang...." Batinku

Aku menghela nafas.

"Bukan. Tadi saudaraku telfon, setelahnya Pak Randi baru nelfon. Ya udah deh, have fun ya!" Ketusku.

*****

"Sayang, sudah daritadi pulangnya?" Aku yang baru saja memasuki ruang tamu sudah bertemu dengan Randi dengan kaos rumahannya.

"Iya tadi waktu nelfon kamu itu baru sampai rumah juga..."

"Udah packing?"

"Dih istri seperti apa kamu bisa bisanya suami packing sendiri. Bukannya pulang lebih awal kalo tau suami mau berangkat tuh!" Suara Airin semakin mendekat namun kali ini dia sendirian tidak bersama Roger.

"Maaf Ma, tadi masih ada yang harus disiapin."

Untuk menghindari lebih banyak perdebatan dan energiku terkuras, aku langsung pamit naik ke kamar, Randi mengikutiku.

"Kamu kenapa kok cemberut gitu sih? Karna mama lagi?"

"Enggak, kan sudah biasa...." Aku menyentuh koper Randi yang ku lihat sudah ter-packing dengan rapi.

"Terus? Apa kamu cemburu sama Catherine?"

Mataku melalak tajam kepadanya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 28 Fakta Kecelakaan Orang Tua

    Aku memasuki mobil Randi dengan penuh pertanyaan, mengapa tante Sophia menyebutkan tentang kematian orang tuaku, bukankah sudah jelas mereka kecelakaan? "Claire, pakai seatbeltnya. Kamu kenapa bengong gini?" Randi seolah memperhatikanku dari tadi."Eh maaf..." Tanganku langsung mencari sabuk pengaman itu dan langsung ku tancapkan di penutupnya."Kamu mikirin apa? Harusnya kamu senang dong karna kita mau keluar dari rumah sekarang...""Tante Sophia tadi menyebut tentang orang tuaku...." "Astaga Claire, udah ah jangan dipikirin. Lagian kematian orang tua kamu kan juga sudah lama, apalagi yang mau dibahas?" Randi di sisi yang berbeda dariku.Aku diam, mengabaikan komentarnya."Udah pokoknya kamu jangan mikirin apapun. Aku berjuang sejauh ini untuk kamu...." Tambahnya lagi.Ia mulai menancapkan mobil dari balik basement ini menuju gerbang tinggi yang menutupi rumah megahnya. "Den, maaf gak boleh keluar...." Cegah dua orang satpam yang berada di depan gerbang menghentikan laju mobil kam

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 27 Keluar Rumah

    "Cle, kamu mau nurut sama aku gak kali ini?" Randi perlahan mendekatiku yang sedang kalut atas paksaan dan rampasan hidup yang dibuat oleh Airin."Mau apa lagi, Mas? Rasanya semua hal yang aku lakuin juga sia-sia. Mama kamu tetap ingin kita cerai. Dengan kamu narik aku kesini, cuma untuk ngulur waktu aja kan? Karena faktanya yang diinginkan mama kamu tuh tetap saja bukan aku...." Aku coba mewaraskan semua hal yang ada di hadapanku. Rasanya air mata pun sudah gak sanggup lagi menetes."Kali ini aja, sayang. Kamu mohon mohon sama mama buat batalin semua keinginannya. Aku juga bakal ngelakuin hal yang sama....""Mas......" Aku mendongakkan kepalaku, sorotan mata kami saling bertemu."Tolong kali ini aja.. Aku mau mempertahankan kita, Claire, dan aku harap kamu juga punya hasrat yang sama....""Gak ada jaminan hati mama terketuk, Mas. Semuanya bakal sia-sia aja...." Aku sudah sampai di titik nyerahku. Rasanya sekarang jika boleh langsung Randi menalakku, aku langsung menerimanya. Luka bat

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 26 Harus Berpisah?

    "Aku udah gak sanggup Ran setiap hari berhadapan dengan berbagai ucapan dari mama kamu..." Aku terisak nangis, seolah semua hal yang ku lakukan selalu salah di matanya."Ya jangan nyerah dong. Katanya kamu cinta sama aku, umur pernikahan kita juga baru banget Cle. Tolong bertahanlah demi kita..." Randi menurunkan egonya."Gimana bisa" aku bertahan, aku tuh udah gak diterima sama keluarga kamu, dan gak akan mungkin diterima...." "Sejak awal juga kan kamu tau gimana kerasnya mereka. Tapi apa, komitmen kamu di awal kan bakal bisa hadapin mereka apapun yang terjadi, kan?" Randi coba menguatkan hatiku yang sudah terlanjur kecewa dan patah dengan perbuatan kedua orang tuanya. Mereka betul-betul menginjak harga diriku di depan koleganya."Kesehatan mental aku yang terganggu kalo terus ada di rumah ini Ran. Mereka selalu bandingin aku dengan Natalie. Siapa sih memangnya Natalie? Kamu sama sekali gak pernah bahas tentang perempuan itu...""Ya karna gak penting, untuk apa aku bahas, sayang?" R

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 25 Pengakuan di depan Sosialita

    "Aku sudah coba untuk ngobrol dengan mama tapi dia terus menolak apa yang udah aku pertahankan Claire..." "Terus? Kamu nyerah?" Jujur aja aku sudah gak punya tenaga bahkan untuk bicara kepada Randi sedikitpun."Gak, aku gak nyerah. Aku lagi berusaha untuk ambil hati mama buat kamu. Kamu bisa bantu aku juga?" "Bantu yang kaya gimana lagi? Aku harus apalagi supaya dapat hati mama kamu Ran...." "Saranku sih kamu coba berhenti kerja dan full time di rumah supaya sering bagi waktu untuk mama dan papa..." Ucapnya tanpa peduli dengan pertimbangan apapun."Kamu gak salah?" Aku masih coba bertahan untuk tidak mengumbar amarahku di depannya. Aku masih melihat seberapa pantas aku diperjuangkan olehnya."Ya enggak dong sayang. Kita coba satu per satu caranya supaya kamu tuh bisa akrab sama mama. Bisa kan?" "Tapi aku gak tau harus apa kalo di rumah tuh Ran..." Aku mendengus kesal."Ya kamu pasti bisa lah, browsing dulu aja caranya gimana entar di rumah kan tinggal kamu terapin aja. Pasti deh m

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 24 Gugatan Airin

    "Pa, coba bilangin deh sama si Randi anak kesayangan kamu itu..." Airin ngedumel tak henti-hentinya."Papa juga sudah susah bilanginnya, bahkan kamu juga tau dia masih berani nikahin wanita itu padahal aku lagi serangan..." Roger pun ikut dalam obrolan bersama Airin."Lagian, dia mau apalagi sih dari wanita itu? Cantik? Ya masih banyak wanita lain yang jauh lebih cantik. Pinter? Ya kalo dia pinter mah gak mungkin jadi bawahan gitu. Keturunan? Ya mana bisa hasilnya aja udah jelas-jelas dia mandul, gimana bisa punya keturunan. Yang ada nih ya Pa, kalo sampe orang lain tau udah kita bakal kena malu banget seumur hidup..." Airin terus memanas-manasin Roger. Sebab ia tau suaminya akan lebih cepat bertindak jika dikasih sumbu api dulu untuk meledakkan emosinya.Roger wajahnya sudah merah padam, gempalan di tangannya sudah jelas bahwa ia tidak ingin kejadian yang telah disebutin Airin menjadi kenyataan. Terlebih ia paling benci jika direndahkan oleh orang lain. Dia sangat membencinya."Tapi,

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 23 Frustasi

    Tatapanku kosong, pikiranku entah campur aduk semuanya. Fokusku tidak lagi tentang orang-orang disekitarku."Claire, kenapa? Randi ada apa?" Tante Alexa yang kian melihat tubuhku terlunglai lemas di kursi roda tak kuasa menahan pertanyaannya pada suamiku.Randi masih mendorong kursi rodaku menggantikan suster. Aku sudah sampai di tepi tempat tidur."Sayang, ayo pindah ke tempat tidur..." Randi pindah posisi disebelahku persis. Aku sama sekali tidak berani menatap wajahnya, jelas saja ekspektasiku mengatakan ia kecewa sebesar-besarnya."Aku bisa sendiri!" Sedikit bentakan dengan penolakan untaian tangan Randi sudah menjadi jawaban atas kegundahanku saat ini.Aku kehilangan semuanya bahkan harapan tetap hidup.****"Randi bisa ngobrol keluar sebentar?" Aku mendengar jelas tante Alexa mengajak Randi untuk membicarakan kondisiku. Aku tidak bergeming, karna saat ini, aku hanya bisa nangis meratapi nasib yang gak tau akan muara kemana.Randi berjalan pelan meninggalkanku, begitu juga tante

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status