Gauri Bentlee, 20 tahun, harus melunasi utang orang tuanya dengan menikahi Adam Harraz, seorang CEO sekaligus pewaris keluarga konglomerat. Pernikahan mereka sangat dingin sampai akhirnya Gauri memutuskan pergi dari rumah karena memergoki Adam berselingkuh dengan sekretarisnya. Bahkan, perselingkuhan itu sampai membuat sekretarisnya hamil. Namun, ketika Gauri menjalin hubungan dengan pria lain, Adam kembali untuk mendapatkan hatinya. “Maafkan aku, Gauri,” ucap Adam saat melihat Gauri dalam balutan gaun pernikahan. “Apa kamu harus melihatku bersama orang lain terlebih dahulu supaya bisa menyadari perasaan kamu padaku, Adam?” *** IG: @prasidafai
View More“Aku terlalu banyak minum,” gumam Gauri pelan. Dia memberikan gelas kosong pada pelayan yang lewat di depannya.
Gauri Bentlee menelan ludah saat detak jantungnya semakin tak karuan. Dalam satu tahun pernikahan, malam ini adalah pertama kalinya Adam Harraz mengajak Gauri menghadiri sebuah pesta donasi bergengsi.
Pesta donasi ini diselenggarakan oleh komunitas penggiat kesehatan mental, yaitu Heal the Hearts Club bertajuk Asa Bibit Bangsa Korban Bencana Gempa Bumi. Acara ini hanya dihadiri oleh kalangan kelas atas di kota Jakarta.
Gauri dan Adam terlibat pernikahan kontrak yang konyol. Gauri perlu melunasi utang keluarganya dan Adam harus menikah demi memperoleh jabatan CEO di perusahaan keluarga.
Gauri menatap Adam yang berdiri di sebelahnya.
"Ikut aku!" Adam menggandeng tangan Gauri.
Adam menghampiri salah satu meja yang diisi oleh beberapa kenalannya. Dia hendak memperkenalkan Gauri pada mereka.
“Selamat malam, Pak Adam. Wah, ini dia langganan donatur terbesar setiap ada pesta donasi!” seru Seno begitu melihat Adam mendekat. “Siapa ini?” tanyanya seraya melirik Gauri.
“Kenalkan, ini Istri sayaーGauri,” ujar Adam.
Gauri memasang senyum termanis yang dia miliki sebagai sikap sopannya kepada semua kolega Adam. Dia juga berjabat tangan dengan mereka.
“Oh saya paham, kenapa Anda tidak pernah mengajaknya ke pesta seperti ini, Pak. Siapa saja pasti terhipnotis dengan kecantikan Istri Anda,” sahut pria tersebut.
Gauri melirik Adam. Suaminya hanya tersenyum sopan untuk merespons pujian tersebut.
Gauri memang cantik. Tubuh seksinya dibalut sleeveless midi dress berwarna hitam dengan belahan kaki hingga beberapa cm di atas lutut. High heels dengan warna senada pun menambah indah kaki jenjangnya.
Seno mengajak Adam dan Gauri bergabung dengan mejanya saat para penari mulai menguasai panggung. Kedua mata Gauri berbinar saat menyapu pandangannya ke panggung utama. “Ini menakjubkan!”
“Tentu,” timpal Adam dengan dingin.
Kempinski Grand Ballroom yang terletak di Jakarta telah disulap menjadi tempat yang penuh dekorasi meriah, tapi tetap elegan. Hanya tamu dengan undangan yang bisa masuk ke pesta.
Keluarga Harraz merupakan salah satu konglomerat di negara Indonesia. Maka, sudah pasti Adam mendapatkan undangan khusus dari Heal the Hearts Club.
Adam tidak pernah melepas tangannya dari pinggang ramping Gauri, kecuali saat pembawa acara memanggil namanya untuk menerima penghargaan sebagai donatur utama.
Tepuk tangan memenuhi ruangan. Adam tersenyum ramah, lalu berbisik pada Gauri, “Tunggu di sini.”
Adam tidak pernah kalah bersinar dari apa pun, termasuk sorot lampu panggung yang menyinarinya saat ini. Dia terukir sempurna, dengan rahang tegas dan tubuh berotot yang hampir selalu dibalut setelan jas lengkap.
“Sebagai tanda terima kasih, dengan bangga kami menyerahkan plakat ini pada kepada Adam Harraz atas donasinya sebesar satu miliar rupiah,” ucap pembawa acara memberikan plakat tersebut.
Beberapa juru kamera dan jurnalis yang diundang segera mengabadikan momen ini. Adam tersenyum sangat lebar. Dia tidak pernah memberikan senyum selebar itu pada Gauri.
Gauri tersenyum masam dan menunduk beberapa saat. Saat dia kembali melihat ke arah panggung, Adam sudah tidak ada. Dia tetap tidak menemukan Adam walaupun sudah melihat sekitar.
Dengan terpaksa, Gauri pergi ke toilet tanpa izin Adam. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara-suara yang berasal dari toilet pria.
“Aw!” pekik seorang wanita dari toilet pria. “Pelan-pelan, Pak! Ini sakit.”
“Ini belum masuk, kamu yang benar! Hadap sini!” perintah seorang pria.
Desahan selanjutnya terdengar lebih erotis sehingga memaksa Gauri bersembunyi di balik dinding toilet wanita.
“Ahh, ini benar-benar nyaman. Ayo, lebih cepat, Pak!” seru si wanita dengan suara yang begitu menggoda.
‘Mereka berani sekali melakukan hal mesum di sini,’ batin Gauri.
Detik berikutnya, desahan erotis itu terhenti. Gauri melihat seorang wanita ke luar dari toilet pria.
Mata Gauri membulat. Dia mengenal wanita itu.
"Hah?! Amora?! Kok dia bisa di sini?!"
Amora Maeve, sekretaris Adam yang cerdas dan dapat diandalkan. Dia telah bekerja selama 5 tahun di Harraz Mall. Hampir semua proyek yang ditanganinya berjalan lancar, tanpa kendala.
Tidak sampai di situ, degup jantung Gauri berpacu seperti kuda liar yang tak terkendali saat melihat Adam juga keluar dari toilet pria sambil merapikan jasnya.
Gauri kesulitan bernapas seolah udara di sekitarnya menghilang. Dia baru bisa kembali ke aula beberapa menit kemudian.
Hati Gauri hancur. Meskipun pernikahannya dengan Adam karena kepentingan pribadi, tapi hatinya mendadak sakit saat melihat Adam dan Amora sama-sama keluar dari toilet pria.
Gauri menerka-nerka, "Mereka pasti sudah melakukannya."
Dengan sisa tenaga, Gauri berjalan perlahan di aula. Dia kalut. Dia tidak bisa berhenti menangis. Air mata yang terjatuh tidak bisa dikontrol lagi.
Bruk!
Gauri terjatuh tepat di tengah aula pesta. Penampilannya berantakan. Tak ayal, dia menjadi pusat perhatian seluruh tamu.
"Aarrggghh!" teriak Gauri spontan.
Gauri melihat Adam sedang memperhatikannya dari kejauhan. Bukannya menolong, Adam justru memalingkan wajah. Darah di dalam tubuh Gauri sontak semakin mendidih saat melihat Adam pura-pura tidak melihatnya.
“Sudah selesai?” tanya Adam, berdiri di tepi kebun mawar yang membentang indah di belakang kediaman Thomas. Matahari mulai tenggelam, memberikan semburat jingga yang memukau.Gauri melangkah mendekat, gaun berwarna krem lembut yang memeluk tubuhnya berkibar tertiup angin sore. Di tangannya ada buket bunga mawar putih kecil yang baru saja wanita itu atur bersama Amelia.“Sudah,” jawab Gauri tersenyum tipis. “Kebun ini terlalu cantik jika tidak dipakai sebagai latar pesta kita.”Adam memandangnya dengan intens, mata gelap pria itu mengamati setiap detail wajah Gauri yang diterangi cahaya lampu sekitar. “Kamu lebih cantik.”“Mas Adam, jangan mulai lagi atau kamu ingin melihat pipiku semerah tomat.” Gauri mendesah kecil sambil menggeleng. “Orang-orang sudah berdatangan, kita harus segera bergabung.”Adam mengulurkan tangan, menarik Gauri mendekat hingga wanita itu berdiri hanya beberapa sentimeter darinya.“Kalau aku bilang kamu cantik, kamu terima saja,” tukas Adam.Gauri tertawa kecil,
“Mama ingin sesuatu dari laci itu?” tanya Gauri lagi, memastikan bahwa dia tidak salah mengerti.Arum mengangguk pelan, matanya tidak lepas dari laci kecil di samping ranjang. Gauri mengerutkan kening sejenak, merasa sedikit ragu, tetapi akhirnya dia mendekat ke laci itu.Gauri membuka laci kecil tersebut dengan perlahan. Di dalamnya, terdapat sebuah kotak perhiasan kecil berwarna merah marun dengan ukiran emas di bagian atasnya. Gauri mengangkat kotak itu, lalu menoleh ke arah Arum.“Ini, Ma?” tanya Gauri sambil mengangkat kotak itu.Arum mengangguk lagi, kali ini lebih mantap. Gauri membawa kotak itu ke hadapan Arum, tetapi wanita paruh baya itu membuat gerakan tangan seolah meminta Gauri membuka kotak tersebut.Dengan hati-hati, Gauri membuka kotak kecil itu. Di dalamnya, terdapat sebuah cincin mewah dengan desain yang klasik dan elegan. Kilauan berlian di tengah cincin itu tampak memikat di bawah cahaya lampu kamar.Gauri memandang cincin itu dengan kagum.“Cincinnya sangat indah,
“Jadi, Nona benar-benar akan meninggalkan griya tawang?” tanya Amelia, matanya menatap koper kecil yang ada di sisi Gauri.Gauri mendongak dan memandang griya tawangnya sekali lagi dari tempat parkir JCrown Tower, tempat tinggal yang penuh kenangan, baik manis maupun pahit.“Ya,” jawab Gauri dengan mantap. “Tempat ini terlalu penuh dengan bayangan masa lalu. Kakek benar, saya butuh tempat tinggal baru yang lebih baik.”Amelia tersenyum kecil. “Rona Village memang lebih cocok untuk Nona sekarang. Walaupun kita sudah dewasa, terkadang kembali ke rumah orang tua akan terasa menenangkan.”Gauri hanya tersenyum. Wanita itu mengangguk pelan, mengiakan pendapat Amelia.Beberapa saat kemudian, Gauri melangkah menjauh dari JCrown Tower sambil membawa barang-barang penting dan meninggalkan semua yang tidak lagi ingin wanita itu ingat di griya tawang.Hari-hari berlalu, dan selama Adam berada di Australia, Gauri mengisi waktunya dengan bekerja dan merawat Arum. Setiap malam, setelah menyelesaika
[Bagaimana bisa kamu lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan Mama daripada aku, Gauri?]Gauri membaca pesan itu dengan senyum tipis. Matanya memancarkan kehangatan yang bercampur geli. Adam selalu memiliki cara sendiri untuk mengungkapkan rasa cemburunya.Tanpa berpikir panjang, Gauri mengetik balasan. “Kamu sudah sampai di Australia?”Gauri menekan tombol kirim dan kembali menyandarkan tubuh di jok mobil. Amelia yang duduk di sampingnya sibuk dengan laptop, sementara sopir yang memegang kemudi sesekali melirik ke arah mereka melalui kaca spion.“Pesan dari Tuan Adam?” tanya Amelia dengan senyum menggoda tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.“Hmm,” gumam Gauri singkat sambil menyimpan ponsel ke dalam tas. “Mas Adam hanya ingin memastikan saya tidak lupa bahwa dia ingin menjadi prioritas saya.”Amelia terkekeh pelan, menggelengkan kepala. “Saya senang melihat hubungan Nona dan Tuan sudah membaik.”Mobil perlahan memasuki gerbang besar dengan lampu-lampu taman yang menyor
“Jadi, apa semuanya sudah selesai?” tanya Gauri sambil merapikan pakaiannya ke dalam koper kecil. Tangannya sibuk melipat gaun sederhana yang Amelia serahkan padanya.Amelia, yang berdiri di dekat lemari, mengangguk sambil membawa beberapa dokumen yang baru saja dia serahkan.“Ya, evaluasi mingguan Uno Rekayasa Industri berjalan dengan baik. Proyek-proyek besar berjalan lancar, meski ada beberapa kendala teknis kecil yang bisa diatasi dalam waktu dekat.” Amelia menjawab.“Bagus,” sahut Gauri, tersenyum tipis. “Amelia, kamu benar-benar sudah banyak membantu selama saya di sini. Terima kasih.”“Tapi, Nona Gauri … kalau saya lebih berhati-hati saat menyetir, kecelakaan itu tidak akan terjadi. Saya benar-benar minta maaf.” Amelia mendesah pelan, menatap Gauri dengan sorot mata penuh rasa bersalah.Gauri mengangkat wajah, menatap Amelia tajam, tetapi penuh kehangatan.“Saya sudah bilang berkali-kali, Amelia, saya tidak ingin mendengar permintaan maaf itu lagi,” desah Gauri sebal.“Baik, No
"Bagaimana dengan Mama Arum?" tanya Gauri pelan, matanya menatap Adam yang baru saja duduk di kursi di samping ranjangnya.Pagi tadi, Gauri mendengar bahwa Arum dilarikan ke rumah sakit. Dan baru sore ini, dia bisa mengonfirmasi hal itu ke Adam.Adam menghela napas panjang, menatap Gauri dengan tatapan lembut. “Hipertensinya kambuh semalam, dan sekarang Mama dinyatakan mengalami stroke.”Gauri terkejut, matanya membulat. “Stroke?”Adam mengangguk, rahangnya sedikit mengeras. “Semalam setelah aku bilang ingin membatalkan perceraian dan ingin kembali denganmu, Mama sangat marah. Mama belum bisa menerima itu.”“Mas Adam ….” Gauri menggigit bibir, matanya terlihat berkaca-kaca. “Aku ingin menjenguk Mama Arum.”Adam menatap Gauri cukup lama sebelum akhirnya menghela napas dan mengangguk pelan.“Kamu boleh menjenguknya. Tapi ada syarat!” tukas Adam.“Syarat?” Gauri menaikkan alis. “Apa?”“Kamu hanya boleh menjenguk Mama saat kamu sudah sembuh dan mengenakan gaun cantik yang biasa kamu pakai
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments